Usia Lanjut KAJIAN TEORI

27 yang mendorong motivasi hidup dan dapat meningkatkan resiliensi. Faktor I AM yang merupakan faktor-faktor positif dari dalam diri individu yang menjadi pondasi individu dalam menghadapi setiap permasalahan dan sangat berkaitan erat dengan kemampuan beresiliensi individu tersebut. Faktor I CAN atau faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi sosial dan kemampuan sosial akan membawa individu untuk mengetahui seberapa pentingkah dan seberapa mampukah individu tersebut dapat berperan dalam lingkungannya.

B. Usia Lanjut

1. Definisi Usia Lanjut Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut, yang dimaksud dengan usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas. Usia lanjut merupakan rentang usia diatas 60 tahun yang tahap menjadi akhir dari kehidupan manusia dan menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan seseorang semasa muda. Usia Lanjut menurut Departemen Kesehatan RI adalah seseorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih berkemampuan potensial maupun karena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan secara aktif dalam pembangunan tidak potensial. Usia lanjut terbagi menjadi dua yaitu usia lanjut yang masih memiliki potensi untuk berperan aktif dalam pembangunan dan usia 28 lanjut yang sudah tidak memiliki potensi untuk berperan dalam pembangunan. Sedangkan menurut Giriwijoyo dan Komariah 2002: 27 secara kronologik usia lanjut berumur 60 –70 tahun, sedangkan usia lanjut yang berisiko tinggi berusia di atas 70 tahun atau di atas 60 tahun yang mengidap penyakit. Usia lanjut yang mengidap penyakit lebih beresiko tinggi, karena hal tersebut menyebabkan usia lanjut tersebut tidak dapat beraktifitas dan tidak dapat mengembangkan potensinya secara maksimal. Usia lanjut merupakan seorang laki-laki ataupun perempuan dengan rentang usia diatas 60 tahun, yang terbagi menjadi dua yaitu usia lanjut yang masih memiliki potensi untuk berperan aktif dalam pembangunan dan usia lanjut yang sudah tidak memiliki potensi untuk berperan dalam pembangunan. Sedangkan usia lanjut yang mengidap penyakit lebih beresiko tinggi, karena hal tersebut menyebabkan usia lanjut tersebut tidak dapat beraktifitas dan tidak dapat mengembangkan potensinya secara maksimal. 2. Proses Menua Proses menjadi tua menurut Rita dkk disebabkan oleh faktor biologis yang terdiri atas 3 fase, yaitu fase progresif, fase stabil, dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih kearah kemunduran yang dialami dalam sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi menurun fungsinya karena lama berfungsi sehingga 29 mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan dengan terjadinya pemulihan. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokemis pada jaringan tubuh, dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan fisik secara keseluruhan. Proses dan kecepatan kemunduran ini sangat berbeda untuk masing-masing individu. Disamping itu, masing-masing organ mengalami proses dan kecepatan kemunduran atau kerusakan secara berbeda pula antara organ yang satu dengan yang lain. 2008: 167 Proses menua ini tentu sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis usia lanjut, yang tadinya mereka dapat melakukan aktivitas dengan mudah, saat mereka sudah mengalami proses menua maka akan menjadikan mereka dalam beraktivitas tidak dapat seteliti, seterampil dan selincah dahulu lagi. 3. Karakteristik Usia Lanjut Menurut Bustan 2007:76 ada beberapa karakterisktik usia lanjut yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan usia lanjut yaitu: a. Jenis Kelamin Usia lanjut lebih banyak wanita dari pada pria. 30 b. Status Perkawinan Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan mempengaruhi keadaan kesehatan usia lanjut baik fisik maupun psikologi. c. Living Arrangement Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami, tinggal bersama anak atau keluarga lainnya. d. Kondisi Kesehatan Pada kondisi sehat, usia lanjut cenderung untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Sedangkan pada kondisi sakit menyebabkan usia lanjut cenderung dibantu atau tergantung kepada orang lain dalam melaksanakan aktivitas sehai-hari. e. Keadaan ekonomi Pada dasarnya usia lanjut membutuhkan biaya yang tinggi untuk kelangsungan hidupnya, namun karena usia lanjut tidak produktif lagi pendapatan usia lanjut menurun sehingga tidak semua kebutuhan usia lanjut tidak terpenuhi. Jenis kelamin usia lanjut yang ada saat ini lebih dominan perempuan dibandingkan laki-laki, keadaan pasangan hidup masih ada atau sudah meninggal dan dengan siapa usia lanjut itu tinggal akan mempengaruhi kesehatannya, kondisi kesehatan yang baik menyebabkan usia lanjut masih bisa beraktifitas secara mandiri namun bagi usia lanjut yang memiliki kondisi kesehatan yang kurang 31 baik akan menyebabkan usia lanjut bergantung pada orang lain, dan ketidakproduktifan usia lanjut yang mengakibatkan keadaan ekonomi yang semakin menurun membuat usia lanjut tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara maksimal. 4. Perubahan yang Terjadi pada Usia Lanjut Perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut antara lain adalah sebagai berikut: a. Kondisi Fisik Departemen Kesehatan RI dalam Rita dkk, 2008: 168 menyatakan bahwa menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat dari gejala kemunduran fisik, antara lain: 1 kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang menetap, 2 rambut mulai beruban, 3 gigi mulai tanggal, 4 penglihatan dan pendengaran mulai berkurang, 5 mulai lelah, 6 gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, dan 7 kerampingan tubuh menghilang, terjadi timbunan lemak terutama dibagian perut dan pinggul. Semakin tua usia seseorang maka akan semakin banyak kemunduran-kemunduran fisik yang terlihat. b. Fungsi Kognitif Departemen Kesehatan RI dalam Rita dkk, 2008: 169-170 menyatakan bahwa menjadi tua ditandai oleh adanya kemunduran- kemunduran kognitif, antara lain sebagai berikut: 1 mudah lupa, 32 ingatan tak berfungsi dengan baik, 2 ingatan kepada hal-hal pada masa muda lebih baik daripada kepada hal-hal yang baru terjadi, yang pertama dilupakan adalah nama-nama, 3 orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruangtempat mundur, karena daya ingat sudah mundur dan juga karena penglihatan biasanya sudah mundur, 4 meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai dalam tes inteligensi menjadi lebih rendah, dan 5 tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru. Semakin tuanya usia seseorang membuat kemampuan berfikir seseorang menjadi semakin menurun, hal ini tentu saja berkaitan dengan kondisi kesehatannya yang kian menurun. c. Pekerjaan dan Masa Pensiun Dalam hal bekerja, para usia lanjut sebenarnya masih banyak yang menginginkan pekerjaan agar tidak menjadi beban orang lain, akan tetapi masa bekerja bagi seseorang terkait umur. Di berbagai lembaga pemerintah atau swasta ada aturan yang mengatur seorang pegawai atau karyawan harus berhenti dari pekerjaannya yakni yang disebut dengan purnatugas atau pensin. Hal tersebut mengakibatkan para usia lanjut tidak banyak yang memiliki pekerjaan. Rita dkk, 2008: 170 Usia yang menua membuat sebagian besar usia lanjut kesulitan dalam mencari lapangan pekerjaan, entah berkaitan dengan masa jabatan di instansi yang memberikan batas maksimal usia 33 seseorang atau berkaitan dengan ketidakmampuannya untuk bekerja secara maksimal. d. Kondisi Sosioemosional 2 Teori Sosial Usia Lanjut a Teori Disangement : semakin tinggi usia manusia akan diikuti secara berangsur-angsur oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik dan emosi dengan kehidupan dunia. b Teori Activity : semakin tua seseorang akan semakin memelihara hubungan sosial, fisik, maupun emosionalnya.Rita dkk, 2008: 171 Semakin tua usia seseorang, maka seseorang akan semakin kehilangan aktifitas sosial, baik dikarenakan pasangan hidup ataupun rekan-rekan seusia yang sudah banyak yang meninggal, ataupun dikarenakan orang-orang yang lebih muda tidak ingin berinteraksi dengan para usia lanjut karena faktor-faktor tertentu. Semakin tua usia seseorang, maka seseorang itu akan menjaga hubungan dengan orang-orang sekitar yang masih berada didekatnya, karena para usia lanjut tersebut membutuhkan teman dalam menjalani kehidupannya. 3 Stereotip Usia Lanjut Stereotip usia lanjut yang ada biasanya tercermin sebagai miskonsepsi, bahwa usia lanjut biasanya lelah, kurang koordinasi, dan cenderung kepada infeksi dan kecelakaan, yang 34 sebagian besar dari mereka tinggal disuatu lembaga, dimana mereka tidak berminat pada kegiatan seksual, bahwa mereka terisolasi dari orang lain, bahwa mereka tidak menggunakan waktunya secara produktif, dan bahwa mereka kasihan dan sakit-sakitan. Stereotip yang negatif ini merugikan bagi eksistensi usia lanjut. Rita dkk, 2008: 171-172 Stereotip negatif yang diberikan masyarakat kepada usia lanjut menjadikan orang-orang merasa enggan berhubungan dengan para usia lanjut. Hal ini tentunya dikarenakan orang- orang merasa malas berurusan dengan orang-orang yang sudah tidak dapat lagi berperilaku normal selayaknya orang-orang dengan usia yang masih muda. 4 Keluarga dan Hubungan Sosial Pola kehidupan keluarga mengalami perubahan seiring meningkatnya usia seseorang. Pensiun yang berarti berkurangnya pendapatan, kematian pasangan baik istri maupun suami, keduanya juga mempengaruhi kehidupan dalam keluarga. Semua perubahan itu menuntut penyesuaian. Keluarga merupakan sumber utama terpenuhinya kebutuhan emosional, semakin besar dukungan emosional, semakin menimbulkan rasa senang dan bahagia dalam keluarga begitupun sebaliknya. Rita dkk, 2008: 172 35 Usia lanjut memiliki perubahan sosial dan keluarga yang harus menuntut mereka untuk beradaptasi secara positif, baik beradaptasi dengan meninggalnya pasangan hidup, ditinggal anak-anaknya karena anak-anaknya sudah memiliki kehidupan sendiri, dan sebagainya. 5. Tugas-Tugas Perkembangan Usia Lanjut Tugas-tugas perkembangan pada usia lanjut menurut Havighurst dalam Hurlock, 2006: 264 antara lain sebagai berikut: 1 Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan 2 Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income penghasilan keluarga. 3 Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup. 4 Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia. 5 Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan. 6 Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes. Adanya penurunan kondisi fisik pada usia lanjut mengakibatkan para usia lanjut harus dapat menyesuaikan diri, baik pada kesehatan yang menurun, ingatan yang tidak secermat dahulu, kondisi badan yang mudah lelah, uban yang semakin banyak, kulit yang keriput dan sebagainya. Pada masa usia lanjut kebanyakan dari para usia lanjut tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan, dan berkaitan dengan hal tersebut, para usia lanjut harus menyesuaikan diri, bahwa kebutuhan-kebutuhan dirinya sudah tidak dapat dipenuhi seperti dahulu lagi. Kematian pasangan hidup tentu saja merupakan hal yang sangat berat untuk dirasakan. Ketika seorang usia lanjut harus tinggal sendiri 36 dan mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan dari pasangan hidup, tentunya hal ini membutuhkan penyesuaian pada diri individu. Usia lanjut perlu memiliki hubungan baik dengan teman sebaya agar para usia lanjut tersebut dapat saling melihat, berbagi dan belajar pengalaman dari masing-masing individu yang telah berusia lanjut tersebut. Hal tersebut akan membelajarkan banyak hal pada individu. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan akan membuat para usia lanjut merasa bahagia dan bangga. Para usia lanjut harus berusaha menjadikan kehidupan sehari-harinya menyenangkan. Para usia lanjut juga perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya, dimana para usia lanjut harus mengetahui bahwa pada usia tersebut para usia lanjut memiliki peran sebagai apa, tentunya sudah tidak seperti ketika usia masih muda. 6. Usia Lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso ini secara keseluruhan berjumlah 126 orang, dimana panti sosial ini memberikan dua macam pelayanan, yaitu: 1 pelayanan utama diperuntukkan bagi usia lanjut yang terlantar sosial-ekonomi berjumlah 113 orang dan seluruh biaya ditanggung pemerintah; dan 2 pelayanan untuk golongan menengah atas jumlah maksimal 13 orang dan membayar. Syarat-syarat untuk menjadi klien Panti Sosial Abiyoso ini adalah: 1 Berusia 60 tahun keatas 2 Sehat jasmani dan rohani ketika masuk 37 3 Mandiri dapat makan, mandi dan mengurusi keperluan pribadi secara mandiri 4 Ketika klien merasa tidak kerasan atau meninggal, klien dikembalikan kepada penanggungjawab 5 Klien berada di panti dengan sukarela 6 Antara keluarga dan klien harus tetap ada komunikasi dan menjenguk klien. Dalam panti sosial ini terdapat 11 wisma yang diperuntukkan sebagai tempat para usia lanjut yang menjadi klien di panti sosial, dimana setiap wisma berisikan beberapa orang usia lanjut dengan jumlah yang berbeda-beda. Pembagian dalam wisma tersebut sistemnya seperti sebuah keluarga dan pada masing-masing wisma terdapat usia lanjut yang kuat dan yang lemah baik dalam hal fisik dan psikis. Permasalahan-permasalahan usia lanjut yang sering muncul di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso adalah adanya ketidakcocokan antara satu usia lanjut dengan usia lanjut lain dikarenakan masing-masing usia lanjut memandang dirinya sudah tua, memiliki banyak pengalaman dan patut untuk dihormati yang seringkali menyebabkan timbulnya pertengkaran. Permasalahan lain yang sering timbul adalah ketika ada penghuni atau usia lanjut baru di wisma yang mereka tempati, mereka yang lebih dulu menghuni merasa bahwa dirinya lebih senior dibandingkan dengan usia lanjut yang baru. Hal tersebut menyebabkan usia lanjut yang baru masuk mengalami ‘ospek’ oleh usia lanjut yang 38 telah tinggal di wisma tersebut lebih dahulu. Selain itu permasalahan yang kerap dialami para usia lanjut adalah mereka merasa kesepian karena jarang atau bahkan tidak pernah dijenguk oleh keluarganya. Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan usia lanjut yang baru masuk tersebut merasa tidak betah berada di Panti. Usia lanjut yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso memiliki berbagai kegiatan sehari-hari yang telah ditentukan oleh pihak panti sosial tersebut dan wajib diikuti oleh semua usia lanjut yang masih mampu untuk mengikuti kegiatan. Adanya berbagai kegiatan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan resiliensi yang merupakan ranah bimbingan pribadi sosial, sehingga dengan adanya berbagai kegiatan tersebut diharapkan para usia lanjut di panti sosial dapat mengaktualisasikan dirinya dan dapat menggunakan waktunya secara efektif dan bermanfaat di masa tuanya. Bermacam kegiatan tersebut diperlukan demi dapat memberikan kepuasan hidup bagi para usia lanjut di panti sosial yang hidup jauh dari keluarga dan sanak saudaranya. Gaya hidup aktif atau partisipasi pada aktivitas sosial seperti pergi ke pertemuan-pertemuan, bepergian, dikaitkan dengan kesejahteraan psikologis akan lebih puas kehidupannya dibandingkan usia lanjut yang setia tinggal di rumah. Begitu juga dengan orang yang memiliki jaringan sosial pertemanan dan keluarga yang luas akan lebih puas dibanding usia lanjut yang terisolasi secara sosial. 39 Adanya kegiatan-kegiatan untuk para usia lanjut diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan sosial, kreatifitas, kepercayaan diri, optimisme dan kepuasan hidup bagi usia lanjut tersebut. Hal-hal tersebut berkaitan erat dengan adanya resiliensi yang merupakan ranah bimbingan pribadi-sosial. Kegiatan-kegiatan para usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso antara lain: 1 Senam setiap pagi hari kecuali pada hari libur 2 Bimbingan rohani setiap Senin dan Kamis 3 Bimbingan keterampilan setiap Selasa dan Rabu 4 Kerjabakti pada Jumat pertama 5 Bimbingan psikologi pada Jumat minggu ke-2 dan ke-4 6 Sarasehan pada Jumat minggu ke-3 dan ke-5.

C. Resiliensi Usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha

Dokumen yang terkait

PENGARUH MEMBACA AL-QURAN DENGAN METODE TAHSIN TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO PAKEM YOGYAKARTA

0 2 87

PENDAHULUAN DESAIN PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA ABIYOSO SLEMAN, YOGYAKARTA.

0 4 11

TINJAUAN UMUM DESAIN PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA ABIYOSO SLEMAN, YOGYAKARTA.

3 23 36

PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO.

8 37 194

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT BUDI LUHUR YOGYAKARTA

0 0 21

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL

0 0 11

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI PANTI SOSIAL TERSNA WERDHA ”ABIYOSO” PAKEMBINANGUN, PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA “ABIYOSO” P

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA SLEEP HYGIENE DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA YOGYAKARTA UNIT ABIYOSO PAKEMBINANGUN PAKEM SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Hubungan antara Sleep Hygiene dengan Kualitas Tidur pada Lanjut Usia di Panti Sosial T

0 0 12

HUBUNGAN LONELINESS LEVEL DENGAN KUALITAS TIDUR LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT ABIYOSO PAKEM SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Loneliness Level Dengan Kualitas Tidur Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Pakem Sleman Yog

0 0 12

HUBUNGAN KADAR ASAM URAT DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT ABIYOSO PAKEM SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Kadar Asam Urat dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Pakem Sle

0 0 14