1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia menjalani kehidupan untuk mencapai tujuan tertentu yang berbeda-beda pada setiap individu. Manusia adalah makhluk sosial yang
memerlukan orang lain dalam mencapai tujuan hidup dan dapat menjalani kehidupannya, ketika manusia tersebut merasa memiliki orang-orang yang
menyayanginya, maka seseorang tersebut akan merasa bahwa hidupnya berharga dan berguna.
Manusia dalam
rentang hidupnya,
melewati tahap-tahap
perkembangan dimana dalam tiap tahap kehidupannya memiliki berbagai tugas perkembangannya masing-masing. Tahap-tahap perkembangan pada
manusia menurut Hurlock, 1 Periode Pranatal; masa sebelum kelahiran, 2 Bayi; kelahiran sampai minggu kedua, 3 Masa bayi; akhir minggu kedua
sampai akhir tahun kedua, 4 Awal masa kanak-kanak; dua sampai enam tahun, 5 Akhir masa kanak-kanak; enam sampai sepuluh atau dua belas
tahun, 6 Masa pubertas; sepuluh atau dua belas sampai tiga belas atau empat belas tahun, 7 Masa remaja; tiga belas atau empat belas sampai delapan
belas tahun, 8 Awal masa dewasa; delapan belas sampai empat puluh tahun, 9 Usia pertengahan; empat puluh sampai enam puluh tahun, 10 Masa tua
atau usia lanjut enam puluh tahun sampai meninggal 2006: 21-25. Pada rentang kehidupan manusia tersebut, menurut Hurlock dalam
Rita dkk, 2008:1 terdapat fase-fase yang saling bertentangan yakni
2 pertumbuhan evolusi dan fase kemunduran involusi. Pada awal kehidupan
manusia yang berperan adalah evolusi sedangkan involusi lebih berperan pada akhir kehidupan yakni perubahan-perubahan yang bersifat mundur.
Usia lanjut yang merupakan fase terakhir kehidupan seseorang yang merupakan
cerminan bagaimana
seseorang tersebut
belajar dan
mempersiapkan dirinya untuk menghadapi hari tuanya, sehingga proses belajar individu tersebut di masa-masa sebelumnya sangat berpengaruh
terhadap kondisi usia lanjut tersebut di masa tua, hal ini berhubungan dengan psikologi perkembangan individu tersebut dimasa muda.
Pada usia lanjut akan ditemui berbagai kemunduran yang akan dialami oleh setiap manusia, yakni kondisi fisik, fungsi kognitif, hubungan sosial, dan
kemunduran-kemunduran lainnya. Untuk melalui proses-proses tersebut tidaklah mudah, yakni dalam rangka menjadi usia lanjut yang berhasil.
Apalagi saat ini sedang terjadi peningkatan jumlah usia lanjut di Indonesia. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun
2000-2005 Usia Harapan Hidup UHH adalah 66,4 tahun dengan persentase populasi usia lanjut tahun 2000 adalah 7,74, angka ini akan meningkat
pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun dengan persentase populasi usia lanjut tahun 2045 adalah 28,68. Begitu pula
dengan laporan Badan Pusat Statistik BPS terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun dengan persentase populasi
usia lanjut adalah 7,18. Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 dengan persentase populasi usia lanjut adalah 7,56 dan pada
3 tahun 2011 menjadi 69,65 tahun dengan persentase populasi usia lanjut
adalah 7,58. Kementrian Kesehatan RI, 2008: 1 Menurut data hasil wawancara dengan petugas Panti Sosial Tresna
Werdha Abiyoso, jumlah usia lanjut yang semakin meningkat itu mengakibatkan semakin banyak usia lanjut yang terlantar secara sosial dan
ekonomi yang mengakibatkan usia lanjut tersebut berada di panti sosial. Alasan sosial yang menyebabkan kebanyakan usia lanjut berada di panti
sosial yakni jika dilihat dari segi pola pikirnya, para usia lanjut kebanyakan memandang dirinya sudah tua, memiliki banyak pengalaman, harus
dihormati, suka mengatur tetapi tidak ingin diatur. Hal tersebut mengakibatkan usia lanjut tersebut mengalami konflik dengan keluarganya
dan menyebabkan mereka tinggal di panti sosial. Usia lanjut yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso ini
memiliki jumlah keseluruhan 126 orang maksimal, dimana panti sosial ini memberikan dua macam pelayanan, yaitu: 1 pelayanan utama
diperuntukkan bagi usia lanjut yang terlantar sosial-ekonomi berjumlah 113 orang dan seluruh biaya ditanggung pemerintah; dan 2 pelayanan untuk
golongan menengah atas jumlah maksimal 13 orang dan membayar. Berdasarkan jumlah maksimal yang ditentukan oleh Panti Sosial Tresna
Werdha Abiyoso tersebut, menurut hasil wawancara dengan petugas panti sosial ini ternyata masih banyak daftar tunggu usia lanjut yang akan dijadikan
klien di panti sosial ini. Seperti yang penulis lihat saat sedang berkunjung ke panti sosial tersebut, terdapat seorang ibu paruh baya yang sedang
4 menanyakan perihal persyaratan menjadi klien di panti sosial tersebut, akan
tetapi petugas menjawab bahwa daftar tunggu klien di panti sosial tersebut sudah sangat banyak sehingga ibu paruh baya tersebut tidak jadi menitipkan
orangtuanya ke panti sosial tersebut, melainkan menanyakan apakah ada panti sosial lain yang masih dapat menampung orangtuanya dalam waktu dekat.
Usia lanjut yang dapat tinggal dan menjadi klien di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso ini diharuskan memenuhi beberapa persyaratan,
yaitu antara lain: 1 Berusia 60 tahun keatas, 2 Sehat jasmani dan rohani ketika masuk, 3 Mandiri dapat makan, mandi dan mengurusi keperluan
pribadi secara mandiri, 4 Ketika klien merasa tidak kerasan atau meninggal, klien dikembalikan kepada penanggungjawab, 5 Klien berada di
panti dengan sukarela 6 Antara keluarga dan klien harus tetap ada komunikasi dan menjenguk klien.
Persyaratan-persyaratan untuk menjadi klien di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso tersebut dalam prakteknya ternyata ada yang tidak
terpenuhi, seperti klien yang berada di panti sosial ini harus dengan sukarela. Pada kenyataannya ternyata ada klien yang dibohongi oleh keluarganya agar
mau untuk tinggal di panti tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas panti, ada keluarga klien yang mengatakan pada klien tersebut bahwa
klien hanya ditinggal sebentar oleh keluarganya untuk nantinya dijemput kembali, akan tetapi pada kenyataannya keluarganya tidak pernah menjemput
klien tersebut untuk kembali pulang.
5 Persyaratan lainnya yang terkadang tidak terpenuhi adalah adanya
komunikasi antara pihak keluarga dengan klien yang seharusnya tetap terjaga guna meningkatkan motivasi dari para klien tersebut. Pada kenyataannya,
menurut hasil wawancara dengan petugas panti, ada keluarga yang menghilang selepas menitipkan klien ke panti tersebut. Padahal klien merasa
sangat rindu dengan keluarganya, sehingga pihak panti sibuk menelepon dan mencari dimana keluarganya berada akan tetapi pihak panti tidak menemukan
dimana keluarganya berada. Persyaratan lainnya yang terkadang ada yang tidak terpenuhi adalah
ketika klien merasa tidak betah tinggal di panti tersebut, maka akan dikembalikan ke penanggungjawab. Menurut hasil wawancara dengan
petugas panti, ada beberapa klien yang tidak betah berada di panti tersebut, namun penanggungjawab tidak dapat dimintai pertanggungjawaban untuk
mengembalikan klien tersebut. Menurut hasil wawancara dengan PA 22 mahasiswa keperawatan
yang pernah praktek merawat klien di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso, PA merasa kasihan dengan para klien yang merasa kesepian dan tidak betah
berada di lingkungan panti dikarenakan dia rindu dengan keluarganya. Selain itu juga alasan kesehatan yang menjadikan PA merasa iba, karena di usia
yang sudah lanjut tersebut para klien seharusnya membutuhkan keluarganya untuk men
support
dan merawat klien, akan tetapi pada kenyataannya para klien dihadapkan pada kenyataan bahwa dirinya harus tinggal di panti sosial
tersebut bersama dengan sesama usia lanjut.
6 Menurut hasil wawancara dengan salah satu klien, sebut saja A 75,
selama tinggal di panti sosial A merasa kesepian dan merasa tersingkirkan dari keluarganya, terutama anaknya. A merasa kecewa dengan anaknya
karena dirinya dititipkan di panti sosial dan sudah sangat lama tidak dijenguk. A merasa bahwa kegiatan di panti sosial tidaklah menarik bagi dirinya dan
dirinya merasa malas mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Akan tetapi, karena diwajibkan mengikuti kegiatan, A terpaksa mengikutinya.
Menurut hasil observasi di lapangan, para usia lanjut di panti tersebut merasa membutuhkan orang untuk berbagi pengalaman. Seperti ketika
peneliti sedang berkeliling di kawasan panti sosial, ada beberapa orang usia lanjut yang memanggil-manggil peneliti untuk diajak bercerita. Seperti B 79
yang sedang duduk-duduk di samping aula memanggil-manggil peneliti dan mengajak kenalan dengan sangat penuh harap lalu dia menceritakan
bagaimana dirinya sudah 10 tahun berada di lingkungan panti dan dirinya mencoba mengikuti kegiatan-kegiatan panti, seperti ikut menari dalam acara
karawitan setiap hari sabtu dan senam setiap pagi agar dia memiliki banyak teman sehingga tidak merasa kesepian. Dan C 72 yang sedang duduk-duduk
di teras wismanya juga memanggil-manggil peneliti, untuk diajak bercerita dan bermaksud menghalangi peneliti untuk pulang, kemudian C menceritakan
selama tinggal di panti sosial, C merasa mau tidak mau harus tinggal di panti karena adanya konflik dengan anak angkatnya sedangkan saat itu dirinya
sudah tidak memiliki sanak saudara yang mau merawatnya. C merasa kesepian dan merasa tersingkirkan dari keluarganya, terutama anak angkatnya
7 tersebut karena C tidak memiliki anak kandung sedangkan suaminya telah
meninggal. Lain halnya dengan D 83, D ketika diminta menceritakan tentang
apa yang dirasakan dan tentang keluarganya, D menceritakan tentang keempat anaknya yang sukses dan D berhasil menyekolahkan semua anak-
anaknya hingga ke bangku perguruan tinggi. D terlihat sangat senang dan bangga ketika menceritakan tentang anak-anaknya. Dan di lain waktu peneliti
melihat D sedang dikunjungi oleh anaknya dan cucunya, dan D terlihat sangat bahagia.
Menurut hasil observasi dan wawancara terhadap petugas panti, perawat yang praktek dan usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso
tersebut dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dialami para usia lanjut kebanyakan adalah berkaitan dengan perasaan kecewa karena tidak pernah
dijenguk dan diberikan motivasi oleh keluarganya, sehingga mereka merasa kesepian, sendiri dan memiliki beban hidup yang sangat berat. Hal tersebut
dikarenakan sesungguhnya para usia lanjut membutuhkan orang-orang terdekat yang menyayanginya agar dapat terus men-
support
dirinya. Permasalahan lainnya yang seringkali dialami para usia lanjut adalah
berkaitan dengan hubungan antar usia lanjut di panti sosial yang seringkali tidak harmonis dikarenakan masing-masing usia lanjut memiliki padangan
yang sama bahwa dirinyalah yang harus dihormati, senang mengatur tetapi tidak ingin diatur, sehingga seringkali menimbulkan konflik antar individu.
Seperti hasil wawancara dengan petugas panti bahwa di panti sosial tersebut
8 seringkali terjadi adu mulut dan pertengkaran antar klien. Dan seringkali klien
yang baru masuk ke lingkungan panti dikerjai oleh klien senior yang sudah lebih dulu tinggal di panti sosial tersebut.
Resiliensi merupakan ranah bimbingan pribadi sosial dimana menurut Hiew dalam Fransisca dkk: 103 mengatakan bahwa resiliensi merupakan
kemampuan adaptasi yang ada dalam diri individu untuk mengatasi permasalahan yang sulit dalam hidupnya dan tetap terbebas dari simtom
psikopatologi. Dalam tahap perkembangan usia lanjut sangat diperlukan adanya
resiliensi dalam rangka menyesuaikan diri dan bertahan dalam keadaan yang malang danatau tidak menyenangkan dalam hidupnya, terlebih untuk para
usia lanjut yang tinggal di panti sosial. Adanya resiliensi tersebut akan berpengaruh terhadap pencapaian kebahagiaan di usia lanjut.
Resiliensi menurut Reivich dan Shatte 2002: 36-46 memiliki tujuh aspek pembentuk, yaitu: 1 regulasi emosi, 2 pengendalian impuls, 3
optimisme, 4 kemampuan menganalisis masalah, 5 empati, 6 efikasi diri, dan 7 pencapaian.
Menurut penuturan petugas panti terdapat beberapa klien di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso yang dapat dengan mudah menyesuaikan dan
melenturkan diri dengan lingkungan panti, yaitu klien yang memiliki sikap ‘lembah manah’ dan ‘nerimo’ sehingga klien tersebut dapat meregulasi
emosinya, mengendalikan
keinginan-keinginan negatifnya,
mampu menganalisis masalah serta memiliki pencapaian yang lebih baik. Seperti
9 wawancara yang telah dilakukan dengan E 77, dirinya bisa menceritakan
masa lalunya dengan gembira, kemudian menceritakan bahwa dirinya dapat berada disana karena sebelumnya E tinggal bersama kakak laki-lakinya
sedangkan saat ini kakak laki-lakinya sudah meninggal sehingga sudah tidak ada yang mengurusinya lagi, dan E mengatakan bahwa E yang sudah 5 tahun
lebih tinggal di panti tersebut merasa betah disana karena disana lingkungannya sejuk dan disana dia punya banyak teman, selain itu E juga
selalu mengikuti kegiatan-kegiatan panti. Begitu pula hasil wawancara dengan F 60 bahwa F semenjak awal
memang menginginkan dirinya untuk tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso sehingga F mencari informasi tentang keberadaan PSTW Abiyoso
yang kemudian mengajukan diri untuk dapat tinggal didalam PSTW Abiyoso tersebut. F juga mengaku senang dengan tempat tinggalnya sekarang karena F
memang menyukai banyak kegiatan dan senang melakukannya dibandingkan hanya duduk-duduk tanpa kegiatan. F juga mengaku senang karena adanya
kegiatan-kegiatan di panti, F dapat berkenalan dan memiliki banyak teman. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas panti, bahwa ada
beberapa orang klien di panti tersebut mengalami permasalahan psikologis berkaitan dengan tidak mampunya mereka dalam menyesuaikan diri dan
melenturkan diri dengan lingkungan panti. Diantara mereka ada yang sering menyendiri dan merasa kesepian, terutama mereka yang baru saja tinggal di
dalam panti tersebut. Selain itu diantara mereka juga ada yang seringkali bertengkar karena tidak saling mengalah sehingga timbul permasalahan antar
10 klien. Hal lain yang seringkali timbul adalah adanya ‘ospek’ dari klien yang
lebih dahulu tinggal di dalam panti tersebut kepada klien yang baru saja tinggal di dalam panti menyebabkan mereka merasa tidak betah dan tertekan.
Pihak panti sendiri sudah memberikan layanan psikologis rutin bagi semua klien dan ada layanan psikologis khusus bagi klien yang benar-benar
membutuhkan. Berdasarkan data wawancara dan observasi diatas dapat disimpulkan
bahwa usia lanjut merupakan usia sulit dalam hidup berkaitan dengan permasalahan kesehatan, menurunnya kondisi fisik dan hubungan sosial serta
diperlukan adanya resiliensi penyesuaian dirikelenturan dalam menghadapi permasalahan dan kesengsaraan hidup khususnya bagi usia lanjut yang
berada di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso yang tinggal jauh dari keluarganya. Usia lanjut berada di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso
cenderung memiliki kemampuan beresiliensi yang cukup rendah, maka hal tersebut mendukung “Tingkat Resiliensi Usia Lanjut di Panti Sosial Tresna
Werdha Abiyoso, Pakem, Sleman, Yogyakarta” untuk diteliti.
B. Identifikasi Masalah