Follow Up Evaluasi Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Proses Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Teknik

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 5. Merasa gelisah  6. Kurang bersyukur  Saat konselor melakukan follow up pada hari Sabtu, 7 Januari 2017, konseli sudah terlihat menunjukkan sikap lebih dewasa. Konseli juga bercerita bahwa aktivitas barunya telah membawa dampak yang positif . konseli jadi bisa memanfaatkan waktu dengan baik dan ketika stres melandanya ia sudah dapat menghibur dengan pergaulan yang baru. Dan inilah hasil perilaku yang ditunjukkan konseli setelah menjalani proses konseling. Tabel 3.5 Perilaku yang ditunjukkan konseli sesudah proses konseling No. Perilaku yang ditunjukkan konseli sebelum proses konseling Sangat terlihat Sedikit terlihat Tidak terlihat 1. Melakukan balap liar  2. Minum-minuman keras  3. Tidak melakukan sholat 5 waktu  4. Mudah emosi  5. Merasa gelisah  6. Kurang bersyukur  Berdasarkan data dari proses konseling yang telah dilakukan dan dibuktikan dengan konselor melakukan observasi dan melakukan wawancara pada subjek sekunder telah di ketahui bahwasannya dari 6 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id indikasi kenakalan remaja seorang pelaku balap motor liar setelah dilakukan treatment atau terapi sudah ada perubahan pada konseli. BAB IV ANALISIS DATA Setelah menyajikan data hasil lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi maka langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan analisis data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif komperatif, yaitu membandingkan proses pelaksanaan terapi dengan teori yang digunakan. Adapun analisis data yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Proses Pelaksanaan Terapi Behavior Dengan Teknik Modelling Untuk Menangani Kenakalan Remaja Seorang Pelaku Balap Liar Selama melakukan proses konseling dan terapi, peneliti yang juga sebagai konselor telah melakukannya sesuai dengan langkah-langkah pada teori konseling. Sehingga berdasarkan penggunaan langkah dan tahapan konseling tersebut peneliti dapat menjelaskan data dan proses konseling, yaitu dimulai dengan identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment dan follow up atau evaluasi secara deskriptif sebagaimana metode penelitian yang digunakan yakni metode penelitian kualitatif. Pada langkah pertama, peneliti yang sekaligus berperan sebagai konselor mulai mengumpulkan data terlebih dahulu dengan cara membangun hubungan dengan konseli Be Friend dan informan lainya hal tersebut dilakukan guna mendapatkan trust atau kepercayaan konseli dan informan lainnya. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, akhirnya peneliti dapat mengetahui gejala-gejala yang muncul pada diri konseli sekaligus factor yang menyebabkan gejala-gejala tersebut timbul. Sehingga pada langkah ini, peneliti berhasil melakukan pengumpulan data sebagaimana pada langkah pertama yang ada pada teori bimbingan dan konseling yakni melakukan identifikasi masalah. Pada langkah kedua yakni peneliti melakukan penilaian terhadap gejala- gejala yang konseli alami dan menetapkan jenis masalah konseli. Jadi, berdasarkan pengidentifikasian masalah yang dilakukan konselor kepada konseli, dapat diketahui bahwa konseli memiliki perilku yang tergolong kenakalan remaja yaitu berupa balap liar dikarenakan adanya gaya hidup yang selalu megikuti hawa nafsu semata di tambah lagi dengan lingkungan pergaulan konseli yang mendukung serta mudahnya konseli terpengaruh oleh teman. Sehingga, waktu demi waktu seringnya konseli melakukan balap liar yang kemudian berpengaruh dalam segala aspek kehidupannya. Langkah ketiga, yaitu peneliti sekaligus konselor merencanakan dan merumuskan teknik terapi yang sesuai dan relevan dengan masalah konseli. Disini konselor menggunakan terapi Behavior dengan tehnik modelling untuk menangani kenakalan remaja berupa balap liar. konselor menggunakan karena teknik modeling dirasa sangat cocok untuk konseli, karena konseli akan mendapatkan perilaku yang dikehendakinya hasil dari proses peniruan role model yang dilakukan berulang-ulang dan akan terbiasa konseli lakukan dan hasil akhirnya akan menjadi perilaku yang terus menerus melekat pada diri konseli, selain itu konseli juga mendapat motivasi atau dorongan dari orang lain. Apalagi setelah konseli mengutarakan keinginan-keinginannya selama proses treatment, yang mana akan mempengaruhi konseli untuk selalu memotivasi dirinya menjadi lebih baik dari sebelumnya, karena konseli memiliki mimpi yang ingin dicapai. Langkah keempat adalah proses pelaksanaan treatment oleh konselor. Setelah melakukan beberapa kali pertemuan dengan konseli, konselor dapat melihat bahwa konseli sudah mulai menunjukkan penilaiannya terhadap perilakunya selama ini. Oleh karena itu sebelum konseli memiliki keraguan lagi dan menunda pekerjaan ini, konselor akan membantu konseli dalam mengarahkan perilakunya menjadi yang lebih bertanggung jawab lagi. Akhirnya treatment yang diberikan oleh konselor adalah teknik Modelling dimana teknik ini akan konselor gunakan dalam proses konseling untuk merubah perilaku sesuai keinginan konseli. Pada proses pelaksanaan treatment konselor meminta konseli untuk mengamati modell yang sudah disepakati oleh konseli dan meniru perilaku yang saat ini dicontohkan oleh model. Model yang dipilih dirasa akan cukup berpengaruh untuk merubah perilaku konseli karena modell sendiri memiliki masa lalu yang sangat mirip dengan konseli. Setelah tiga kali pertemuan dengan model dan model sudah memberikan contoh. Pada awalnya konseli merasa ragu untuk meniru perilaku yang telah di contohkan oleh model kemudian konselor memberikan penguatan positif reinforcement hal ini diberikan bertujuan untuk menepis segala keraguan yang ada pada diri konseli, sehingga diharapkan konseli lebih yakin dan konsisten dari apa yang telah didapat dari proses modeling. Langkah terakhir, peneliti selaku konselor mengevaluasi proses konseling dan treatment yang diberikan. Setelah melakukan tahap evaluasi dan peninjauan kembali, konselor telah menjalankan tahap-tahap konseling dan terapi sesuai dengan dengan apa yang ada pada prognosis dan teori yang ada. Mulai dari identifikasi, diagnosis, prognosis, dan treatment. Lalu untuk evaluasi treatment yang digunakan, teknik modeling telah menunjukan hasil perubahan perilaku konseli kearah yang lebih baik dari pada sebelumnya. Dalam melakukan terapi peneliti atau konseli mengalami kendala selama proses pelaksanaan terapi diantaranya: 1. Dalam menentukan model konselor mengalami kesulittan karena model yang dipilih oleh konselor belum tentu konseli kehendaki. 2. Konselor mengalami kesulitan untuk meyakinkan klien selama proses treatment berlangsung. 3. Terkadang konseli inkonsistensi untuk merubah perilakunya. 4. Konseli sering merasa bahwa gaya hidupnya harus di samakan dengan modell dan menghilangkan gaya konseli sendiri. 5. Tehnik asertif yang sulit untuk mempengaruhi klien . Untuk menangani kendala yang terjadi ketika proses penelitian konseli mencari jalan keluar agar penelitian ini dapat berjalan. Diantaranya : 1. Konselor meminta konseli untuk memilih model dengan tetap mempertimbangkan karateristik model yang sesuai dengan konseli. 2. Konselor memberikan motivasi kepada klien agar klien tetap memiliki keinginan untuk berubah menjadi lebih baik. 3. Konselor meyakinkan konseli bahwassanya tetap memiliki gaya hidup konseli namun saat ini gaya hidup tersebut sedang diarahkan untuk lebih baik. B. Analisis Hasil Pelaksanaan Terapi Behavior Dengan Teknik Modelling Untuk Menangani Kenakalan Remaja Studi Kasus Balap Liar Setelah melakukan proses bimbingan dan konseling dengan Terapi Behavior pada remaja, pada hasil akhir untuk lebih jelasnya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling islam yang dilakukan dari awal hingga akhir pelaksanaan konseling maka dipaparkan tabel antara kondisi sebelum mendapatkan terapi dan sesudah mendapatkan terapi. Apakah ada perubahan pada diri konseli antara sebelum dan sesudah proses terapi dilakukan. Adapun gambaran hasil proses pelaksanaan bimbingan dan konseling islam pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Perilaku yang ditunjukkan konseli sebelum proses konseling No. Perilaku yang ditunjukkan konseli sebelum proses konseling Sangat terlihat Sedikit terlihat Tidak terlihat 1. Melakukan balap liar  2. Minum-minuman keras  3. Tidak melakukan sholat 5 waktu  4. Mudah emosi  5. Merasa gelisah  6. Kurang bersyukur  Tabel 4.2 Perilaku yang ditunjukkan konseli sesudah proses konseling Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwasanya setelah mendapatkan bimbingan dan konseling islam melalui terapi behavior dengan teknik modeling terjadi perubahan kondisi dri yang awalnya masih terlihat menjadi sedikit terlihat bahkan menjadi tidak terlihat sama sekali. Hal tersebut dibuktikan dengan tanda- tanda melakukan balap liar sudah sangat berkurang meskipun tidak mencapai hasil yang signifikan 100. Konseli memiliki tingkah laku baru yang adaptisi dari model dan hal paling terlihat adalah konseli mulai berkumpul dengan lingkungan yang baru yang jauh dari bahasan balap liar dan berhenti untuk minum-minuman No. Perilaku yang ditunjukkan konseli sebelum proses konseling Sangat terlihat Sedikit terlihat Tidak terlihat 1. Melakukan balap liar  2. Minum-minuman keras  3. Tidak melakukan sholat 5 waktu  4. Mudah emosi  5. Merasa gelisah  6. Kurang bersyukur  keras sehingga konseli menjadi bisa mengontrol emosi karena terpacu dari adaptasi dari role model sehingga merubahnya konseli menjadi pribadi yang lebih positif. Untuk melihat tingkat keberhasilan dan kegagalan konseling tersebut, peneli berpedoman pada prosentase perubahan perilaku dengan standart uji sebagai berikut : 1. 75 atau 75 sampai 100 dikategorikan berhasil 2. 60 atau 60 sampai 75 dikategorikan cukup berhasil 3. 60 dikategorikan kurang berhasil 1 Ada 6 indikasi atau gejala awal bahwasannya konseli memang benar-benar melakukan Balap liar. Namun setelah pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dan telah dianalisis berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil sesudah proses konseling yaitu : 1. Gejala yang sangat terlihat = 0 × 100 = 0 2. Gejala yang sedikit terlihat =26 × 100 =33 3. Gejala yang tidak terlihat =46 ×100 = 67 Berdasarkan hasil presentase diatas dapat diketahui bahwasannya bimbingan dan konseling islam dengan teknik modeling untuk menangani kenakalan remaja seorang pelaku Balap liar diperoleh hasil gejala yang sedikit terlihat sebesar 33 1 Ismail Nawawi Uha, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Aplikasi Untuk Ilmu Sosial,EkonomiEkonomi Islam, Agama Menejemen, dan Ilmu sosial Lainnya Jakarta: Dwi Putra Pustaka Jaya, 2012, Hal. 284 dan gejala yang tidak terlihat 67 dengan standart 75 atau 75 sampai dengan 10 dikategorikan cukup berhasil. ☞ ✌ BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis proses dan hasil pelaksanaan terapi behavior dengan teknik modeling untuk menangani kenakalan remaja dengan studi kasus balap liar di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Proses terapi behavior dengan teknik modeling untuk menangani kenakalan remaja dengan studi kasus balap liar dengan menggunakan langka-langkah sebagai berikut, yaitu a. Masalah konseli mengenai merasa gelisah ketika tidak melakukan balap liar. Adapun langkah-langkahnya adalah : 1 Mengontrol diri dengan melakukan sholat berjamaah, 2 Mengajak konseli untuk berkumpul dengan lingkungan yang baru yang jauh dari balap liar; b. Masalah konseli mengenai kurangnya rasa bersyukur ketika melakukan balap liar Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1 Mengajak untuk lebih bersyukur dengan selalu mengucap “Alhamdulillahirobbilaalamin”, 2 Membandingkan kehidupan konseli dengan orang miskin; c. Mengenai masalah konseli mudah terpancing emosi. Adapun langkah-langkahnya adalah : 1 Mengajak konseli untuk berpuasa, 2 Mengajak konseli untuk berfikir akibat dari emosi tersebut. 2. Hasil dari proses konseling dengan treatment teknik modeling untuk menganangi kenakalan remaja pelaku balap liar terhadap konseli ini cukup membawa perubahan meskipun tidak sempurna 100. Hal ini dapat dilihat dari ✍ ✎ hasil follow up yang dilakukan konselor bersama konseli deserta informan lainnya, yang mana dari beberapa perilaku yang ditunjukkan konseli sebelum menjalani proses konseling dan treatment mengalami perubahan kearah yang lebih baik, seperti : konseli jadi bisa memanfaatkan waktu dengan baik, konseli mulai rutin melakukan sholat 5 waktu, dan ketika stres melandanya ia sudah dapat menghibur dengan pergaulan yang baru. Dan konseli mulai mau memulai usaha baru dengan berjualan alat-alat motor yang di lakukan secar online.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan saran- saran sebagai berikut : 1. Bagi konselor Pelaksanaan konseling behavior dengan teknik modeling untuk menangan Kenakalan remaja dengan studi kasus balap liar di Desa Kermat Kabupaten Nganjuk hendaknya dipertahankan dan alangkah baiknya jika konselor lebih banyak menambah ilmu pengetahuan dengan banyak membaca buku dan mencari lebih banyak lagi pengalaman konseling. Sehingga dalam melakukan proses konseling mendapatkan hasil yang memuaskan dan guna dapat membantu sesema dengan lebih maksimal dan lebih banyak lagi cakup lingkungan yang dituju. 2. Bagi konseli Menjadi seseorang yang di sukai oleh banyak orang sangat lah menyenangkan tapi pilih lah jalan yang tanpa merugikan atau mengganggu ✏ ✑ orang lain untuk menjadi orang yang disukai. Tetaplah tegar dalam menghadapi masalah yang ada jangan sampai salah jalan. Berjanjilah pada dirimu sendiri untuk membahagiyakan mamah, papah,dan keluarga besar. Serta mengurangi untuk bergaul dengan teman-teman yang membawa dampak buruk. 3. Bagi orang tua Keluarga merupakan pilar yang sangat menentukan pribadi dan perkembangan anak terutama ayah dan ibu, sesibuk apapun pekerjaan seberapa penting pekerjaan alangkah baiknya jika masih menyempatkan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak agar mereka tidak merasa kurang kasih sayang dn juga perhatian sehingga tidak terjerumus kedalam hal-hal yang kurang baik bagi mereka. 4. Bagi pembaca Jadikanlah fenomena kenakalan remaja kali ini sebagai proses pembelajaran dalam menambah khasanah keilmuan kalian, selalu bersyukur dan jadilah individu yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarmu meskipun itu hanya hal sepele. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR PUSTAKA Asasmita Atm Romli, Problema Kenakalan Anak-AnakRemaja Yuridis Sosio- Kriminoligis, Bandung, Armico, 1983 Bachtiar Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1999 Corey Geralg, Teori dan praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: PT. Refika aditama, 2003 Daradjat Zakiyah, Kesehatan Mental, Jakarta, Bulan Bintang, 1989 D. Gunarsa Singgih, konseling dan psikoterapi, Jakarta: gunung mulia 2000 D. Gunarsa Singgih, teori-teori konseling, Bandung: Bani quraisy, 2003 Gunarsah Singgih, konseling dan psikoterapi, Jakarta: Gunung Mulia, 2007 Kartono Kartini, kenakalan remaja Jakarta: Pt. Raja grafindo persada, 2014 Kartono Kartini, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1998 Kartono Kartini, Psikologi Sosial Jilid I, Jakarta, Rajawali, 1992 kartono Kartini, psikologi umum, Bandung: mandar maju,1996 Kartono Kartini, Psikologi Sosial Jilid I, Jakarta, Rajawali, 1992 Komalasari Gantina, Teori dan teknik konseling,Jakarta: PT Indeks,2011 Laela Noer Faizah, Bimbingan Konseling Sosial, surabaya : UIN Sunan Ampel press,2014 Latipun, Psikologi Konseling, UMM Press, 2002 Lubis Lumongga Namora, Memahami Dasar-Dasar Konseling: Dalam Teori Dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011 Lutfi Fauzan, “Teknik Modelling”, http:lutfifauzan. Wordprees.com teknik modeling. L. Zulkifli, psikologi perkembangan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2003 Mohammad Asrori Mohammad Ali, Psikologi Remaja,Jakarta: PT BUMI AKSARA, 2005 Ninin Dwilestari Nusa putra, penelitian Kualitatif, Jakarta:Rajagrafindo persada,2012 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Nurihsan Juntika Achmad, Bimbingan Konseling: Dalam Berbagai Latar Kehidupan, Bandung: Reflika Aditama, 2006 Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, Ragwan Albaar dan Zidayatul Fildza, Bimbingan konseling islam denganteknik modeling dalam mengatasi polah asuh otoriter orang tua, jurnal bimbingan konseling islam, vol 01 Fakultas dakwah UIN sunan ampel Surabaya, 2011 Salahudin Anas, Bimbingan dan Konseling, Bandung: PUSTAKA SETIA, 2010 Sarwono Wirawan Sarlito, Psikologi Remaja I, Jakarta, Rajawali Pres, 1991 Simanjuntak .B, Latar Belakang Kenakalan Anak, Bandung, Alumni, 1979 Simanjuntak. B, Latar Belakang Kenakalan Anak, Bandung, Alumni, 1979 Singgih D Gunarsa dan Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Remaja, Jakarta, Mulia, 1990 Sirajd Shahudi, pengantar bimbingan dan konseling, Surabaya: PT Revka Petra Media, 2012 soehartono Irawan, Metode penelitian sosial Bandung: PT. Rosdakarya,2004 Soesilo .R, KUHP KUHAP, Surabaya: graha media press 2012 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta, 2014 Sutoyo Anwar, Bimbingan Konseling Islam: Teori dan Praktik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013 Surya Mohamad, Teori-teori Konseling, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2013 Sukanto, Kenakalan Remaja, Paper diskusi Ilmiah, Dosen IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2001 S. Willis Sofyan, Remaja Masalahnya, Bandung : ALFABETA. 2014 ujam jaenudin dan Adang Hambali, Psikologi Kepribadian lanjutan studi atas teori dan tokoh psikologi kepribadian Bandung: Pustaka setia, 2013 Walgito Bimo, Kenakalan Remaja, Yogyakarta, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1982

Dokumen yang terkait

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR DALAM MENGATASI SEORANG REMAJA PECANDU JUDI BALAP MOTOR DI TAMAN PENDIDIKAN AL QUR`AN MIFTAHUL HUDA DESA TROPODO KEC. WARU KAB. SIDOARJO.

0 1 103

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SEORANG ANAK DI DESA GUMENG BUNGAH GRESIK.

6 42 114

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENUNTASKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SEORANG SISWA DI MTS MA’ARIF RANDEGANSARI DRIYOREJO GRESIK.

0 0 135

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONSELING KELUARGA DALAM MENGATASI PELAKU CYBERBULLYING SEORANG REMAJA DI WONOCOLO SURABAYA.

1 3 103

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN HYPNOSLEEP UNTUK MENANGANI PERILAKU NEGATIF SEORANG ANAK DI DESA GADUNG KECAMATAN DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK.

0 0 135

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENANGANI KETERASINGAN SEORANG LESBI DI SEMOLOWARU SURABAYA.

0 4 112

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENANGANI SIKAP FEMINISME PADA SEORANG PEMUDA DI DESA BALONGMASIN KECAMATAN PUNGGINNG MOJOKERTO.

0 0 110

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR DALAM MENANGANI KASUS SEORANG ANAK USIA SD YANG KECANDUAN GAME ONLINE DI DESA TEBEL GEDANGAN SIDOARJO.

1 9 122

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI SILATURAHMI PADA SEORANG REMAJA YANG MENGALAMI DEPRESI

0 0 20

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENANGANI ADIKSI MEROKOK PELAJAR SD

0 0 20