Money Politic calon Kepala Desa dalam Proses Pemilihan Kepala Desa Putra Aji II Tahun 2011 di Kabupaten Lampung Timur

(1)

MONEY POLITIC CALON KEPALA DESA DALAM PROSES PEMILIHAN KEPALA DESA PUTRA AJI II TAHUN 2011

DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh Molani

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRACT

Money Politic candidate head of village in the Process of Head Elections of Putra Aji II in 2011

in East Lampung District

By MOLANI

Practice Money Politics in village elections in Putra Aji II be an excellent candidate to vie for power for head of village who are willing to justify variety of ways. One of the candidates for head of village in the process of getting campaign help from local regent, aid in the form of funds dedicated to be distributed to Putra Aji II, every citizen who attended was given an envelope containing cash amounting to Rp 50,000.

The aim of this study was to determine the characteristics Money Politics Candidates in the head election of Putra Aji II in 2011 in East Lampung regency. This type of research used in this study is a descriptive study with a qualitative approach.


(3)

1. Buying Votes 2. Using Team Success 3. Dawn Attack

4. Giving Help To Become Winners Selected


(4)

ABSTRAK

Money Politic calon Kepala Desa dalam Proses Pemilihan Kepala Desa Putra Aji II Tahun 2011

di Kabupaten Lampung Timur

Oleh

MOLANI

Praktek Money Politic dalam pemilihan kepala desa di Desa Putra Aji II menjadi ajang untuk berebut kekuasaan bagi calon kepala desa yang rela menghalalkan berbagai macam cara. Salah satu calon kepala desa dalam proses kampanyenya mendapatkan bantuan dari bupati setempat, bantuan tersebut berupa dana yang dikhususkan untuk dibagi-bagikan kepada warga Desa Putra Aji II, setiap warga yang hadir diberikan amplop yang berisikan uang sebesar Rp 50.000

Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui Karakteristik Money Politic Calon Kepala Desa dalam pemilihan Kepala Desa Putra Aji II Tahun 2011 di Kabupaten Lampung Timur. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Berkaitan dengan Money Politic yang terjadi dalam pemelihan kepala desa di Desa Putra Aji II maka hasil penelitian yang penulis dapatkan bahwa terdapat 4


(5)

1. Menggunakan Tim Sukses 2. Serangan Fajar

3. Pemberian Langsung Oleh Kandidat


(6)

(7)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Tentang Perilaku Pemilih di Indonesia ... 13

B. Tinjauan Tentang Money Politic ... 16

C. Tinjauan Tentang Transaksional ... 22

D. Tinjauan Tentang Desa dan Pemerintahan Desa ... 23

E. Tinjauan Tentang Pemilihan Kepala Desa ... 34

1.Pemilihan Secara Langsung ... 34

2.Pemilihan Kepala Desa ... 37

F. Kerangka Pikir ... 39

BAB III . METODE PENELITIAN A.Tipe Penelitian ... 42

B. Fokus Penelitian ... 44

C.Lokasi Penelitian ... 45

D.Sumber Data ... 45

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

F. Teknik Pengolahan Data ... 49


(9)

A.Sejarah Lokasi Penelitian ... 53

B.Tugas Pokok dan Fungsi Desa Putra Aji II ... 56

C.Jadwal Kegiatan Pilkades Desa Putra Aji II 2011 ... 63

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Informan ... 64

B. Ketentuan Pelaksanaan Pilkades di Indonesia ... 65

C. Karakteristik Money Politik ... 71

D. Analisis Pembahasan ... 77

1.Pelaksanaan Pilkades di Desa Putra Aji II ... 80

2.Keterkaitan Pilkades Desa Putra Aji II dengan Teori Transaksional ... 85

3.Money Politic pada Pilkades di Desa Putra Aji II ... 88

BAB VI . SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia dibangun dan dibentuk dari desa. Desa adalah pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat penuh. Desa telah memiliki sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial masing-masing. Inilah yang menjadi cikal bakal sebuah negara bernama Indonesia ini. Pengertian desa menurut UU No. 32 Tahun 2004, Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Otonomi Daerah sebagai salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan, merupakan wujud dari terciptanya otonomi desa, dimana otonomi desa merupakan capaian dari usaha desa yang dilandasi motivasi. Motivasi untuk berada pada pusat hubungan antar agen atau subjek. Desa yang memiliki otonomi adalah desa yang memenangkan pertempuran agenda antar subjek.


(11)

Desa yang mampu menduduki pusat hubungan, mempengaruhi tujuan agen yang lain, dan dengan demikian menjadikan agendanya sebagai agenda umum. Otonomi desa, sejatinya adalah sifat dinamis desa. Otonomi desa secara sederhana dapat disebut sebut sebagai identitas kemenangan desa.

Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Kepala desa diangkat berdasar hasil suara terbanyak dari pemilihan langsung yang diikut oleh penduduk desa setempat. Namun, pada desa-desa yang masih menjadi kesatuan hukum adat dapat merujuk pada ketentuan hukum adat yang sudah mendapat penetapan dari peraturan daerah.

Berkaitan dengan hal di atas, hakekatnya otonomi daerah ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Arah pembangunan Indonesia saat ini menuju otonomi yang sesungguhnya serta penerapan prinsip-prinsip good governance disetiap tingkatan pemerintahan. Selain itu pengertian desa menurut UU No. 32 Tahun 2004, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.


(12)

3

Berdasarkan asal-usul dan adat istiadat masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Landasan pemikiran dalam desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Dimana dalam desa, peran Kepala Desa dibutuhkan untuk memimpin suatu desa tertentu.

Desa juga mengenal adanya pemilihan Kepala Desa yang bertujuan untuk membentuk masyarakat desa yang demokratis. Pemilihan Kepala Desa, atau seringkali disingkat Pilkades, adalah suatu pemilihan Kepala Desa secara langsung oleh warga desa setempat. Berbeda dengan Lurah yang merupakan Pegawai Negeri Sipil, Kepala Desa merupakan jabatan yang dapat diduduki oleh warga biasa.

Berlakunya peraturan pemerintah (PP) Republik Indonesia nomor 72 Tahun 2005 tentang desa (pemilihan kepala desa) telah menciptakan suasana baru dalam proses pilkades dan tidak dapat dipungkiri bahwa ketrlibatan masyarakat dan bangsa dalam system pemilihan kepala desa (pilkades) ini telah menambah semaraknya mereka didalam mengembangkan kehidupan berdemokrasi.

Pilkades dilakukan dengan mencoblos tanda gambar Calon Kepala Desa. Pelaksanaan Pilkades telah ada jauh sebelum era Pilkada Langsung ada, namun belakangan ada kecenderungan Pilkades dilakukan secara serentak dalam satu Kabupaten, yang difasilitasi oleh Pemerintah Daerah. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaannya lebih efektif, efisien, dan lebih terkoordinasi dari sisi keamanan.


(13)

Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 sbb:

1. Bertakwa kepada Tuhan YME

2. Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI, serta Pemerintah

3. Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat 4. Berusia paling rendah 25 tahun

5. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa 6. Penduduk desa setempat

7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 tahun

8. Tidak dicabut hak pilihnya

9. Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa jabatan

10.Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota

Pemerintah desa merupakan struktur pemerintahan yang paling bawah dalam sistem pemerintahan nasional. Pemerintah desa mempunyai kedekatan dengan masyarakat dari berbagai lapisan, golongan, kepentingan dan berbagai persoalan dalam masyarakat menunjukkan bahwa jika pemerintahan desa berfungsi dengan baik, maka akan sangat memberikan pengaruh signifikan terhadap kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.


(14)

5

Berkaitan dengan hal di atas, pemerintahan desa seringkali menerapkan gaya kepemerintahan yang berbeda seperti yang ada di Indonesia, mereka cenderung menggunakan kepemimpinan yang masih menganut paham terhadap adat dan budaya yang berlaku. Lebih lanjut, kemunduran paham dalam menerapkan kepemimpinan yang baik dan benar ini kerap memicu timbulnya penyalahgunaan dalam kepemimpinan.

Pemerintah desa yang tidak paham akan pentingnya kepemimpinan, membiarkan keadaan ini menjadi semakin carut marut dengan membudayakan penyalahgunaan untuk mendapatkan kekuasaan. Dimana pemilihan kepala desa yang seharusnya menjadi pesta demokrasi warga, justru menjadi ajang untuk berebut kekuasaan bagi para calon kepala desa dengan menghalakan berbagai macam cara. Munculnya ambisi yang berlebihan terhadap jabatan hingga cenderung menghalalkan segala cara, melalui politik uang (Money Politic) dan kampanye negatif. Secara umum memang sudah lazim bahwa untuk memenangkan pemilihan kepala desa seseorang memerlukan dana yang tidak sedikit, baik untuk membiayai kegiatan yang legal maupun yang ilegal seperti Money Politic guna mempengaruhi masyarakat memilih.

Kehidupan politik sejatinya adalah untuk mewujudkan idealisme bagi masyarakat dan negara. Namun dalam prakteknya politik adalah untuk mempengaruhi dan menggiring pilihan dan opini masyarakat dengan segala cara. Sehingga, seseorang dan sekelompok orang bisa meraih kekuasaan dengan pilihan dan opini masyarakat yang berhasil di bangunnya atau dipengaruhinya. Ini memerlukan modal atau dukungan pemilik modal.


(15)

Suatu hal yang mustahil apabila Kepala Desa yang terpilih dengan biaya sedemikian besar akan merelakan begitu saja biaya yang telah di keluarkan. Berbagai macam cara mereka lakukan, mulai dari melakukan pertemuan umum, pertemuan khusus, pertemuan di rumah makan sampai pertemuan di rumah warga. Mulai dengan membagi-bagi semen, sembako, amplop, bahkan sampai dengan mengobral janji-janji gombal dan sumpah serapah yang ke semua itu mereka lakukan semata untuk menggaet hati rakyat.

Sehingga dapat dipastikan bahwa Kepala Desa seperti itu akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan ganti rugi biaya yang dimaksud untuk itu, Potensi terjadinya korupsi kolusi dan nepotisme dalam era kepemimpinan kepala desa tersebut menjadi sangat besar.

Berbagai kenyataan yang disinggung di atas dapat mengantarkan orang pada pertanyaan-pertanyaan tentang pilkades, terutama yang terkait dengan masalah ambisi terhadap jabatan, Money Politic dan eksistensi pilkades itu sendiri. Seorang Kepala Desa biasanya akan mencari simpati warganya dengan cara memberikan imbalan uang, beras, gula atau bahkan pekerjaan dan jasa-jasa lainnya dengan tujuan agar warganya bersimpati dan mendukungnya sehingga terpilih menjadi Kepala Desa.


(16)

7

Hasil penelitian yang peneliti dapatkan ada salah satu calon yang berkampanye mempromosikan dirinya agar terpilih menjadi kepala desa tidak tanggung-tanggung mengeluarkan biaya yang sangat banyak. Seperti ini dapat merugikan dirinya jika dikemudian hari dia tidak terpilih menjadi Kepala Desa dan apakah biaya yang telah dikeluarkan sebagai suap atau hadiah tadi harus dikembalikan oleh warga yang telah menerima suap atau hadiah tersebut.

Salah satu upaya mensejahterakan kehidupan umat manusia adalah memilih pemimpin yang adil dan bijaksana. Upaya ini telah dilakukan oleh masyarakat Desa Putra Aji II dalam memilih Kepala Desa melalui pilkades. Sebagaimana masyarakat lain, masyarakat Desa Puta Aji II, mendambakan pelaksanaan pilkades yang murni, tulus dan berjalan sesuai prosedur. Namun yang terjadi, para calon Kepala Desa berusaha menarik simpati masyarakat dengan berbagai cara demi memenangkan pilkades.

Menarik simpati masyarakat itu lumrah, namun bila cara menarik simpati itu dilakukan dengan Money Politic akan merugikan masyarakat sendiri. Selain memang juga dituntut harus memiliki integritas, dedikasi, loyalitas terhadap warga dan bahkan kapabilitas untuk memimpin sebuah desa. Bila calon Kepala Desa sudah terpilih, ia akan lupa janjinya sebab yang ia tawarkan adalah janji sebagai umpan untuk mendapatkan kekuasaan bukan rencana untuk memakmurkan rakyat dan melaksanakan tugas kepemimpinan dengan ikhlas. Pemilihan Kepala Desa Putra Aji II Kecamatan Sukadana Kabupaten


(17)

Lampung Timur yang dilaksanakan pada 21 desember 2011 yang diikuti oleh tiga calon kandidat Kepala desa berikut dengan hasil perolehan suara, yaitu :

Tabel 1. Nama calon dan hasil perolehan suara pilkades

No. Nama Calon Kepala Desa Hasil Perolehan

1. Rozikin 423

2. Tamrin 198

3. Herni Sapli 229

JUMLAH 850

Sumber : Data Pilkades Tahun 2011 Desa Putra Aji II

Pemilihan diikuti oleh 949 orang pemilih, dari hasil perolehan suara pada tabel diatas terdapat 99 orang tidak memilih (golput). Berdasarkan hasil perolehan suara pada tabel diatas, Rozikin menempati posisi tertinggi dalam perolehan suara mengungguli dua calon lainnya yaitu Tamrin dan Herni Sapli.

Berdasarkan pra riset yang dilakukan peneliti pada 11 februari 2013 pukul 20.00 WIB bertempat dikediaman salah satu Perangkat Desa Putra Aji II, peneliti mendapatkan beberapa informasi yang cukup untuk menjadi bahan dalam penelitian ini. Beliau menjelaskan bahwa Pemilihan Kepala Desa Putra Aji II dilaksanakan pada tanggal 21 Desember 2011 yang diikuti oleh tiga calon yaitu Rozikin, Tamrin, dan Herni Sapli.

Rozikin merupakan warga biasa di desa Putra Aji II, akan tetapi beliau juga ikut berperan dalam pembangunan kemajuan desa terutama dibidang pertanian, beliau berhasil menggerakkan kelompok tani yang sempat tidak


(18)

9

berjalan akibat tidak ada yang dapat mengkoordinasikannya kepada masyarakat. Kemudian Tamrin adalah ketua RT 07 di Desa Putra Aji II, dalam tugasnya Tamrin bekerja sangat baik itu terbukti sejak beliau menjadi ketua RT 07 menggantikan bapak Selamet Pattah terlihat pembangunan infrastruktur di RT 07 yang begitu pesat dan berjalan dengan baik.

Herni Sapli merupakan mantan Kepala Desa Putra Aji II pada dua periode sebelumnya. Semasa kepemimpinan beliau, Desa Putra Aji II mengalami banyak kemajuan terutama dibidang keamanan dan pembangunan desa. Dapat dilihat saat beliau menjadi Kepala Desa tingkat kriminalitas yang terjadi di Desa Putra Aji II menurun drastis hal tersebut terjadi karena beliau menerapakan sistem jaga malam kepada warga. Kemudian pembangunan jalan desa dan pemasangan listrik bagi warga-warga yang belum mendapatkan penerangan listrik.

Pada tahun 2011 tepatnya pada saat pemilihan kepala desa Putra Aji II berlangsung, penulis menemukan fakta-fakta adanya praktek Money Politic dalam proses pemilihan kepala desa Putra Aji II, hal tersebut dapat dilihat karena penulis menjadi salah satu tim sukses dari salah satu calon. Dalam tugasnya menjadi salah satu tim sukses, penulis menjelaskan bahwa dalam proses pemilihan Kepala Desa Putra Aji II ini setiap calon melakukan kampanye yang berbeda-beda selayaknya kampanye yang dilakukan oleh seseorang yang mencalonkan diri menjadi pemimpin pemerintahan. Akan tetapi ada salah satu calon yang menurut widarto dalam proses kampanyenya mendapatkan bantuan dari Elite Daerah, bantuan tersebut berupa dana yang


(19)

dikhususkan untuk dibagi-bagikan kepada warga Desa Putra Aji II. Calon tersebut melakukan kampanye dengan cara menggelar pengajian yang bertempat dikediamannya dan mengundang semua warga Desa Putra Aji II, etiap warga yang hadir diberikan amplop yang berisikan uang sebesar Rp 50.000.

Calon tersebut juga mengajak beberapa warga untuk makan siang bersama di suatu rumah makan di Daerah Tridatu dengan dalih silaturahmi dan setiap warga yang diajak diberikan uang sejumlah Rp 100.000. Tidak sampai disitu saja, pada saat hari pemilihan tepatnya pukul 05.00 WIB dini hari, calon tersebut melelui orang-orang yang menjadi tim suksesnya memberikan uang sebesar Rp 100.000 kepada setiap warga agar pada saat pemilihan disuruh memilih dirinya. Widarto mengatakan semua dana yang diberikan oleh salah satu calon Kepala Desa kepada warga tersebut semuanya berasal dari Elit Daerah yang mendukungnya.

Menurut sumber data yang peneliti dapatkan dari informan tentang proses pemilihan Kepala Desa Putra Aji II tersebut diatas, terdapat praktek Money Politic yang dilakukan oleh salah satu calon Kepala Desa. Peneliti menemukan indikasi adanya Money Politic berdasarkan informasi yang didapat dari informan yang mengetahui tentang proses Pemilihan Kepala Desa tersebut. Diperlukan penelitian mendalam untuk mengetahui bagaimana fenomena Money Politic yang terjadi dalam proses pemilihan Kepala Desa Putra Aji II Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur.


(20)

11

Berdasarkan uraian tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang praktek Money Politic yang terjadi dalam pemilihan Kepala Desa Putra Aji II. Bentuk dan proses pemberian seorang calon Kepala Desa untuk mempromosikan dirirnya agar memperoleh jabatan dan dipilih menjadi Kepala Desa. Bagaimana kasus suap ini terjadi dan apa kaitannya dengan pelaksanaan pilkades.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Karakteristik Money Politic Calon Kepala Desa Dalam Proses Pemilihan Kepala Desa Putra Aji II Tahun 2011 Dikabupaten Lampung Timur?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini antara lain adalah untuk mengetahui Karakteristik Money Politic Calon Kepala Desa dalam pemilihan Kepala Desa Putra Aji II Tahun 2011 di Kabupaten Lampung Timur.


(21)

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis: penelitian ini merupakan salah satu kajian politik, khususnya Praktek Money Politic dalam proses pemilihan Kepala Desa. 2. Secara praktis: penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

penilaian terhadap Pemerintah Desa Putra Aji II dalam proses pemilihan Kepala Desa.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Perilaku Pemilih di Indonesia

Kajian mengenai perilaku pemilih telah banyak dijelaskan oleh para ahli seperti Afan Gaffar dan Kristiadi, dan hingga sekarang kosep tersebut masih di kumandangkan oleh para ahli-ahli penerusnya. Penelitian Afan Gaffar (1992) dalam Leo Agustino (2009:203-204), tentang perilaku pemilih adalah empat variable yang dapat menjelaskan perilaku pemilih. Variable pertama, keyakonan sosioreligius (the socio-religious beliefs), keyakinan keagamaan merupakan variabel yang sangat siknifikan dalam memperngaruhi pilihan seseorang terhadap partai politik. Pada penelitian Geertz yang terdapat pada, The Religion Of java. Menurutnya, kaum santri, yang memiliki keyakinan keislaman lebih baik dibanding dengan kaum abangan (ataupun priyai) kan memilih calon-calon atau partai-partai yang berideologikan keislaman, sedangkan mereka-mereka yang mengidentifikasikan dirinya sebagai kaum abangan akan memilih partai yang non-islam. Variabel kedua, menurut Gafar adalah partai identification, perilaku sangan bergantung pada perilaku psikologis-ideologis. Maksudnya, sejauhmana seseorang merasa dekat secara psikologis dengan partai tertentu, maka sejauh itu pulalah ia akan berhubungan dengan apartai tersebut. Kedekatan psikologis-ideologis ini


(23)

dapat terbentuk dan dibentuk melalui institusi yang bernama sosialisasi (politik). Sebagai contoh, seseorang yang berorganisasi disebuah organisasi yang sekular atau nasionalis, maka secara psikologis ia akan memilih partai yang non-islam, sedangkan mereka yang besar hidup dipesantren, maka secara psikologis mereka akan meilih partai yang bernafaskan keislam.

Variabel ketiga, menurut gafar pola kepemimpinan (the patiern of leadership), perilaku pemilih di Yogyakarta sangat dipengruhi oleh peran pemimpin di dalam masyarakat jawa; pemimpin birikratik-formal dan pemimpin non-formal. Biasanya perilaku pemilih atau masyarakat di desa jawa sangat dipengruhi oleh peran pemimpin non-formal, seperti; kyai, ustadz, guru, dukun, dan lain sebagainya. Menurut Geertz, perilaku kaum santri atau pilihan politik kaum santri akan sangat dipengaruhi oleh petuah kyai-kyai dan ustadz-ustadznya, sedangkan perilaku pemilih kaum abangan akan banyak dipengaruhi oleh peran guru dan dukun yang dipercayai mempunyai kemampuan spiritual yang lebih dibandingkan orang kebanyakan. Variabel keempat, klas dan status sosial, klas atas (bersetatus sosial tinggi) akan memilih partai politik yang pro status quo sedangkan mereka-mereka yang berada pada klas bawah (yang bersetatus soisal rendah) akan memilih partai yang non-status quo atau bahkan partai-partai oposisi.


(24)

15

Menurut Nursal (2004) dalam Leo Agustino (2009:212-213), perilaku pemilih ditentukan oleh tujuh domain kognitif dalam pendekatan Political Marketing, yakni :

1. Issu dan kebijakan (issues and policies), yang merepresentasikan issu-issu dan kebijakan-kebijakan yang diperjuangkan dan dijanjikan oleh kandidat atau partai ketika berkampanye dan ketika kelak menjadi kandiadat terpilih.

2. Citra sosial (social imagery), upaya membangun „kedekatan sosial‟ atau „keberadaan diri‟ kandidat atau partai dengan masyarakat atau para pemilih yang heterogen.

3. Perasaan emosional (emosional felling), upaya membangun kedekatan atau kelekatan emosional antara kandidat atau partai dengan warga masyarakat.

4. Citra kandidat (candidate personality), membagun gambaran-gambaran positif tentang diri kandidat (karakter, wibawa, dll) atau partai (kapabilitas, transparansi, dll).

5. Peristiwa-peristwa mutakhir (current events), yang berkembang menjelang dan selam kampanye.

6. Peristiwa-peristiwa personal (personal events), mengacu pada kehidupan pribadi dan peristiwa yang pernah dialami oleh seorang kandidat atau partai.

7. Issu-issu epistemik (epistemic issue), adalah issu-issu spesifik atau khusus yang memicu keingin tahuan para pemilih mengenai hal-hal baru.


(25)

B. Tinjauan Tentang Money Politic

Arti dari Money Politic (politik uang) sebagai suatu istilah, dipahami dalam konteks yang berbeda-beda, di dunia Internasional, tergantung kepada berbagai macam faktor seperti lingkungan politik atu suasana pemilihan yang ada disetiap Negara. Dengan kata lain, politik uang memiliki sejumlah definisi, tergantung konteks ia diaplikasikan. Misalnya, Flores (2000) menyubutkan apa yang didefinisikan sebagai Money Politic di Amerika Serikat, politik uang dipahami dalam konteks sumbangan uang dalam jumlah banyak kesuatu partai politik atau calon presiden/Gubernur untuk melindungi kepentingan bisnis sang donator dengan cara mempengaruhi tindakan atau kebijakan pemerintah jika calon Presiden/gubernur yang disumbangnya menjadi penguasa pucuk pimpinan jabatan politik.

Lebih jauh, Flores (2000) menyebutkan bahwa di Filipina, politik uang bisa diartikan sebagai penggunaan uang atau imbalan dalam kegiatan pembelian suara untuk secara langsung memengaruhi pilihan yang dicoblos oleh si pemilih terhadap calon untuk memastikan pilihan mereka yang bersimpati melindungi kepentingan si penyumbang dana. Pada kedua konteks yang berbeda ini (baik di amerika serikat maupun di Filipina), tujuan utama politik uang adalah untuk melindungi kepentingan sang penyandang dana dengan mempengaruhi tindakan pemerintah (jika kandidat presiden/gubernur yang disokongnya terpilih) guna membela kepentingannya (Flores, 2000).

Sementara itu, untuk kasus Indonesia, Teten Masduki (2004) menyebutkan bahwa politik uang (Money Politics) berbeda dengan ongkos politik (Political


(26)

17

Cost). Politik uang menurutnya ialah pemberian uang, atau barang, atau fasilitas tertentu, dan janji kepada orang-orang tertentu agar seseorang dapat dipilih apakah misalnya menjadi Kepala Daerah/wakil Kepala Daerah. Sedangkan biaya politik (Cost Politic) misalanya biaya kampanye yang dikeluarkan oleh seorang calon untuk memenangkan suatau jabatan, biaya sang calon mengadakan pertemuan dengan tamu dan para pendukungnya atau bila si calon datang ke suatu tempat untuk berkampanye untuk kemenangannya dapat dikatakan ini adalah uang politik, atau biaya, atau ongkos politik. Biaya atau ongkos politik memilki aturan yang kesemuanya berdasarkan kesepakatan yang dibuat. Artinya aliran dana yang digunakan jelas dan merujuk kepad tata aturan sebagaimana yang telah diatur oleh PP No. 6 Tahun 2005.

Lebih jauh Teten Masduki (2004) menyebutkan bahwa politik uang merupakan fenomena baru yang muncul dalam dua kali pemilu terakhir. fenomena politik uang dalam Pilkades digerakkan oleh sistem nilai yang sama antara publik atau masyarakat bawah (Demos) dan para elit politik di desa, yaitu nilai non demokratis, yang meruntuhkan tidak saja demokrasi prosedural (Procedural Democracy), akan tetapi juga menyulitkan perwujudan demokrasi hakiki. Pemilihan Kepala Desa (pilkades), dalam sejarahnya, dikatakan sebagai pemilihan umum paling demokratis, langsung dan adil, karena dalam pilkades, aspirasi masyarakat relatif bisa terartikulasi dan tersalurkan dengan jernih, tanpa rekayasa dan manipulasi seperti yang sering terlihat pada pemilu lainnya, baik pemilukada, pileg maupun pilpres.


(27)

Desa juga merupakan level pemerintahan terendah yang langsung bersentuhan dan berkaitan dengan kepentingan masyarakat, yang dengan demikian mereka akan berpikir seribu kali untuk melakukan rekayasa, oleh karena efeknya, akan langsung mereka rasakan sendiri. Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini, kemurnian dan kejernihan pilkades, sudah tercemari dengan berbagai macam bentuk penyimpangan, terutama politik uang (Money Politic).

Dalam pemilu-pemilu pada era Orde Baru, tindak korupsi dalam pemilu lebih didominasi oleh manipulasi perhitungan suara dan pemiliha, yang dilakukan oleh panitia pemilih dan birokrasi pemerintah. Di masa lalu, upaya untuk memengaruhi pemilih dilakukan oleh partai penguasa (The Ruling Party) dalam penggunaan fasilitas publik, seperti pembangunan proyek-proyek pemerintah yang populis menjelang pelaksanaan pemilu. Perkembangan ini ada kaitannya dengan semakin terbukanya penyelenggaraan pemilu karena dijalankan oleh sebuah lembaga yang relatif independen dan bukan oleh birokrasi pemerintah di masa lalu.

Besarnya pengaruh politik partai yang berkuasa terhadap penyelenggaraan pemilu juga semakin berkurang. Dengan demikian, korupsi dalam pamilu sekarang telah bergeser ke ranah yang melibatkan uang, misalnya dalam bentuk pembelian suara (Vote Buying), baik langsung atau tidak. Teten Masduki (2004).

Dari kedua paparan di atas yang diungkapkan oleh Flores (2000) mengenai politik uang dan Teten Masduki (2004), dapat diambil garis demarkasi yang membedakan antara politik uang dan dana politik. Politik uang adalah uang


(28)

19

yang dimaksudkan untuk memengaruhi kandidat penguasa baik local maupun nasional guna melindungi kepentingan bisnis maupun politik sang penyumbang dana. Politik uang juga kita biasa definisikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh seorang kandidat yang ditujukan untuk membeli suara (Vote Buying) dalam pemilu. Kesepakatan ini dibuat umumnya dengan tidak transparan dan tidak merujuk kepada tata aturan yang ditetapkan oleh lembaga penyelenggara pemilihan umum.

Sedangkan dana politik ialah uang yang digunakan guna menjalankan operasionalisasi kampanye seorang kandidat penguasa baik lokal maupun nasional yang harus merujuk kepada tata aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan komisi pemilihan umum. Besarnya sumbangan sudah diatur dan harus diaudit secara terbuka oleh auditor independen. Uang politik tidak dimaksudkan untuk memengaruhi kandidat penguasa lokal maupun nasional jika nantinya terpilih. Uang politik juga tidak dimaksudkan untuk memengaruhi pemilih untuk memilih kandidat-kandidat lokal maupun nasional tersebut.

Sementara itu, Pfeiffer (2004: 76) menyebutkan bahwa korupsi pemilu dengan melakukan politik uang bisa terjadi pada relasi antara partai politik dan kandidat penyumbang pada satu sisi, dan antara partai politik dengan penyelenggaraan pemilu dan pemilih pada sisi lain, pada kasus-kasus tertentu. Antara politik uang dan ongkos politik/uang politik ini sulit dibedakan, misalnya ketika penyumbang memberikan sejumlah uang atau „kebaikan‟ kepada pemilih secara langsung. Hal ini bisa dikatakan bahwa manipulasi


(29)

pendanaan politik (ongkos politik) dan politik uang bisa terjadi secara bersama. Sementara itu, sumbangan kepada kandidat seharusnya dilakukan lewat mekanisme tertentu yang diatur oleh undang-undang (misalnya lewat rekening dana kampanye) dan pada sisi yang lain telah terjadi praktek beli suara antara penyumbang dana dengan partai politik maupun antara penyumbang dana dengan pemilih (Voters). Hal yang sama juga terjadi ketika penyumbang adalah kandidat atau elit partai itu sendiri (Djani dan Badoh, 2006: 13).

Dalam sistem politik yang lain ada yang namanya “Serangan Fajar” bagi para bakal calon kepala daerah beserta tim suksesnya pada calon pemilih, adapun masa yang paling rawan adalah H-2 dan H-1 pemilihan. Dalam masa inilah masing-masing calon saling melakukan pengintaian guna semaksimal mungkin dan seakurat mungkin mendapatkan informasi tentang berapa besar dan yang beredar bagi satu suara. Informasi ini menjadi sangat penting karena pada H-1 merupakan kesempatan terakhir dalam perebutkan suara tersebut. Namun, dalam praktek juga terjadi Serangan Fajar yang dimaksud sebenarnya adalah dengan Serangan Fajar ialah pada hari Fajar hari H (Hari Pemilihan), kandidat kepala daerah atau tim suksesnya memanfaatkan informasi paling mutakhir tentang berapa harga satu suara dari para calon pemilih yang akan melakukan pencoblosan pada pagi harinya dan mana saja yang kemungkinan masih dapat digarap untuk dimintai suaranya dalam pemungutan suara dan masa uji publik serta masa pelantikan kepala daerah. Ada beberapa kategori yang dapat di ketahui yaitu sebagai berikut : Pertama, Anggota Dewan (DPRD) yang selama ini dikenal dengan kondisi siap


(30)

21

menyeberang asal sesuai harga. Kedua, Anggota Dewan (DPRD) yang masih dihadapkan pada keraguan antara misi partai dengan iming-iming uang yang berjumlah besar.

Ada beberapa macam-macam bentuk pemberian uang dari kandidat kepada masyarakat yang terlibat dengan politik uang (Money Politics). Macam-macam itu adalah sebagai berikut:

1. Melalui tim sukses calon. 2. Serangan Fajar

3. Pemberian langsung oleh kandidat.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Politik uang adalah uang yang dimaksudkan untuk memengaruhi kandidat penguasa baik local maupun nasional guna melindungi kepentingan bisnis maupun politik sang penyumbang dana. Melihat modus dan bentuk politik uang yang terbuka yang ditujukan untuk memengaruhi suara pemilih, bisa ditarik kesimpulan bahwa wilayah yang paling rawan politik uang adalah masyarakat miskin yang sering disebut sebagai pemilih irasional.


(31)

C. Tinjauan Tentang Transaksional

Menurut Jeremy Boissevain dalam Nizam Sulaiman pendekatan transaksional terdapat pada peraturan normatif dan peraturan pragmatif. Peraturan normatif adalah menggariskan panduan umum terhadap tingkah laku anggota masyarakat, membentuk peraturan umum yang formal dan unggul dalam masyarakat. Sedangkan yang dimaksud peraturan pragmatik adalah peraturan permainan atau tidak melanggar norma. Nizam Sulaiman (1999:81)

Menurut Jeremy Boissevain dalam Nizam Sulaiman transaksional adalah menjelaskan hubungan pertemanan atau persaudaraan dalam setiap tindakan untuk memenuhi permintaan. Faktor persahabatan adalah penting dan jadi keutamaan. Pada kondisi tertentu pendekatan transaksional meletakkan peran individu lebih dominan, dan tidak terikat kepada peraturan atau sistem. Nizam Sulaiman (1999:82)

Persaingan dalam hubungan transaksional hanya boleh berjalan apabila semua peraturan telah ditentukan, dipahami dan dipersetujui. Dalam hubungan transaksional terdapat individu yang mencari kesempatan, menipu, memaksimumkan keuntungan dan mencari jalan pintas untuk menang.

Menurut Jeremy Boissevain dalam Nizam Sulaiman fokus pendekatan hubungan transaksional adalah, pergerakan yang bersifat pragmatis, berada diluar peraturan yang sewajarnya. Pendekatan transaksional coba membongkar ruang pribadi dalam masyarakat, mencoba membedah fakta sosial yang tersembunyi. Nizam Sulaiman (1999:83).


(32)

23

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa transaksional adalah cara untuk memastikan kepentingan seseorang atau kelompok dengan menerapkan kepentingan kelompok berbeda. Pada Desa Putra Aji II diketahui konsep transaksional berperan dalam Pemilihan Kepala Desa Putra Aji II di Kecamatan Sukadan Kabupaten Lampung Timur.

D. Tinjauan Tentang Desa dan Pemerintahan Desa

Desa merupakan badan hukum adat yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Lebih lanjut Sadu Wasistiono mengatakan bahwa kata desa sendiri berasal dari bahasa India yakni “Swadest” yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas. Sadu Wasistiono (2006:7)

Desa berdasarkan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(33)

Menurut Bintarto dalam Wasistiono (2006:8) memandang desa dari segi geografi, mendefinisikan desa sebagai:

“Suatu hasil dari perwujudan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau penampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, social ekonomis, politis dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah lain”

Menurut Bouman dalam Wasistiono (2006:8) yang mendefinisikan desa: “Sebagai salah satu bentuk kuno dari kehidupan bersama sebanyak beberapa ribu orang, hamper semuanya saling mengenal, kebanyakan yang termasuk di dalamnya hidup dari pertanian, perikanan dan sebagainya, usaha yang dapat dipengaruhi oleh hukum dan kehendak alam. Dan dalam tempat tinggal itu terdapat banyak ikatan-ikatan keluarga yang rapat, ketaatan pada tradisi dan kaidah-kaidah sosial.”

Menurut Widjaja (2005:46) Desa adalah kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa untuk melaksanakan pemerintahan sendiri. Sedangkan persyaratan terbentuknya desa terdiri dari lima syarat: 1. Jumlah penduduk minimal 1500 atau 33 kepala keluarga (KK)

2. Luas wilayah 3. Sosial budaya 4. Potensi desa/marga 5. sarana dan prasarana

Desa didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang desa, menyebutkan yang dimaksud dengan desa atau nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang


(34)

25

diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut HAW. Widjaja pemerintahan desa/marga adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa/Marga dan Badan Perwakilan desa/Marga. HAW. Widjaja (2005:44)

Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang desa, memberikan definisi Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan penyelenggaraan pemerintahan desa dapat dirumuskan dari berbagai segi, yaitu:

1. Dari segi politis, bertujuan untuk menjaga tetap tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang dikonstruksikan dalam system pemerintahan yang memberi peluang turut sertanya rakyat dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,

2. Dari segi formal dan konstitusional, yang bertujuan untuk melaksanakan ketentuan dan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan perundangan yang mengatur mengenai desa,


(35)

3. Dari segi operasional, yang bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan desa, terutama dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat,

4. Dari segi administrasi pemerintah, yang bertujuan untuk lebih memperlancar menertibkan tata pemerintahan agar dapat terselenggara secara efektif, efisien, dan produktif dengan menerapkan prinsip-prinsip rule of law dan demokrasi.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:

1. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa, 2. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang

diserahkan pengaturannya kepada desa,

3. membantu tugas pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota,

4. urusan pemerintah lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa desa adalah tanah tumpah darah atau tanah kelahiran, desa dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi wilayah hukum yang memiliki wilayah, masyarakat, dan kekuasaan atau wewenang untuk mengatur pemerintahannya sendiri dengan ciri khas atau adat istiadat yang dimiliki tiap-tiap wilayah. Sedangkan pemerintahan desa adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa/Marga dan Badan Perwakilan desa/Marga.


(36)

27

1. Pengertian Kepala Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 11 menyebutkan bahwa pemerintah desa atau pekon terdiri dari kepala desa atau pekon dan perangkat desa atau pekon. Kepala desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa atau pekon berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau Badan Hippun Pemekonan (BHP), dengan kata lain bahwa kepala desa atau pekon merupakan pemimpin lembaga eksekutif desa atau pekon yang dibantu oleh para perangkat desa atau pekon yang telah dibentuk oleh kepala pekon tersebut untuk membantu menjalankan tugas-tugas kepala pekon.

Menurut Sutardjo Kartohadikusumo dalam buku Saparin (1985 : 30) menyatakan :

Pimpinan yang berwenang dalam Pemerintahan Desa ialah Kepala Desa atau dengan istilah adat dengan sebutan Lurah, Kuwu, Bekel, Petinggi (Jawa Tengah), Mandor, Lembur, Kekolot (Jawa Barat dan Banten), Kejuron, Pengulu Suku, Keucik, Pentua (Gayo, Alas, Aceh), Pengulu Adiko (Sumatera Barat), Penyimbang, Kepala Marga (Sumatera Selatan), Orang Kaya, Kepala Desa (Hitu, Ambon), Raja Penusunan (sekitar Danau Toba), Kesair Pengulu (Karo Batak), Parek, Klain, Marsaoleh (Gorontalo), Komelaho (Kalimantan Selatan).


(37)

Dalam buku yang berbeda menurut Yumiko dan Prijono (2012 : 83) pada dasarnya pemimpin-pemimpin desa terdiri dari :

a. Pemimpin formal yaitu kepala desa dengan pamongnya.

b. Pemimpin infolmal yang terdiridari para alim ulama atau pemuka agama, para tetua desa atau seringkali disebut pemuka desa/pemipin adat, dan tokoh-tokoh partai politik yang saat ini tidak begitu berfungsi lagi karena usaha golkarisasi sejak menjelang pemilu 1971.

Masa jabatan kepala desa sendiri adalah selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 53. Dengan demikian seorang kepala desa hanya dapat menjabat sebagai kepala pekon maksimal selama dua periode masa jabatan, pada periode ke tiga seorang kepala desa tersebut harus digantikan dengan orang lain.

Kepala desa dipilih langsung melalui Pemilihan kepala desa oleh penduduk desa setempat. Seseorang yang akan mencalonkan diri sebagai kepala desa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 44 yaitu :

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI, serta Pemerintah.


(38)

29

c. Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat.

d. Berusia paling rendah 25 tahun.

e. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa. f. Penduduk desa setempat.

g. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 tahun. h. Tidak dicabut hak pilihnya.

i. Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun dan atau 2 kali masa jabatan.

j. Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota.

2. Tugas dan Wewenang Kepala Desa

Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, urusan pembangunan, dan urusan kemasyarakatan, hal tesebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 14 ayat 1. Pada tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan antara lain pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti, pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Pekon, dan kerjasama antar desa.

Pada tugas menyelenggarakan urusan pembangunan antara lain pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, pasar desa. Sedangkan pada tugas menyelenggarakan urusan kemasyarakatan meliputi


(39)

pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, serta adat istiadat. Untuk melaksanakan tugas-tugas kepala desa di atas, maka Kepala Desa juga mempunyai wewenang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 14 ayat 2, yaitu :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa. b. Mengajukan rancangan peraturan desa.

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersamaBPD.

d. Menyususn dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB-Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

e. Membina kehidupan masyarakat desa. f. Membina perekonomian desa.

g. Mengkoordinasikan pembangunan desa (memfasilitasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pengembangan, dan pelestarian pembangunan di desa.

h. Mewakili di desanya di dalam dan diluar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


(40)

31

3. Kewajiban Kepala Desa

Dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenang kepala pekon seperti yang telah dijabarkan di atas, maka kepala pekon juga mempunyai kewajiban sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 15 ayat 1 yaitu :

a. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. d. Melaksanakan kehidupan demokrasi.

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.

f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa.

g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan. h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik.

i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa.

j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa. k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa.


(41)

m. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat.

n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa.

o. Mengembangka potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

Selain itu Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan pekon kepada bupati atau wali kota, memberikan laporan pertanggungjawaban kepada BHP, dan menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan pekon kepada masyarakat.

4. Larangan Bagi Kepala Desa

Kepala desa atau pekon juga mempunyai larangan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 16 yaitu :

a. Menjadi pengurus partai politik.

b. Merangkap jabatan sebagai ketua dan atau anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatan di desa bersangkutan.

c. Merangkat jabatan sebagai anggota DPRD.

d. Terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan kepala daerah.

e. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain.


(42)

33

f. Melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang, dan atau jasadari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya.

g. Menyalahgunakan wewenang.

h. Melanggar sumpah atau janji jabatan.

5. Pemberhentian Kepala Desa

Kepala Desa dapat berhenti atau diberhentikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 17 yaitu :

a. Meninggal dunia. b. Permintaan sendiri. c. Diberhentikan.

Seorang kepala desa diberhentikan dari jabatannya sebagai kepala desa dikarenakan :

1) Berakhinya masa jabatan dan telah dilantiknya pejabat baru yang akan menggantikannya sebagai kepala desa.

2) Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan.

3) Tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala desa. 4) Dinyatakan melanggar sumpah atau janji jabatan. 5) Tidak melaksanakan kewajiban kepala desa. 6) Melanggar larangan bagi kepala desa.


(43)

Pemberhentian kepala desa seperti hal yang telah dijeaskan di atas diusulkan oleh pimpinan BHP kepada bupati atau walikota melalui camat berdasarkan keputusan musyawarah BHP yang dihadiri oleh minimal 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BHP.

Pengesahan pemberhentian kepala pekon ditetapkan dengan keputusan bupati atau walikota paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak usulan dari BHP yang melalui camat diterima oleh bupati atau walikota, dan selanjutnya bupati atau walikota mengangkat pejabat kepala pekon yang tata caranya di atur melalui peraturan daerah atau kota.

E. Tinjauan Tentang Pemilihan Kepala Desa

1. Pemilihan Secara Langsung

Pemilihan umum merupakan sarana politik untuk memilih para pejabat politik dalam negara yang menganut sistem demokrasi. Rudini dalam Archna Sutomo (2007:25) menyatakan bahwa pemilihan umum merupakan sarana demokrasi untuk membuat suatu sistem kekuasaan negara yang pada dasarnya lahir dari rakyat, menurut sistem permusyawaratan dan perwakilan, dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa pemilihan umum itu tiada lain sebagai alat atau sarana untuk mengembangkan demokrasi.

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dalam UU No.32/2004 Pasal 56 Pasal 19 dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 6/2005 tentang cara pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan Pemberhentian


(44)

35

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Secara khusus ketentuan pilkada langsung tercermin dalam cara pemilihan dan asas-asas yang digunakan dalam penyelenggaraan pilkada. Dalam pasal 56 ayat (1) disebutkan :

“ Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil”.

Dipilihnya sistem pilkada langsung mendatangkan optimisme dan fesimisme tersendiri. Pilkada langsung dinilai sebagai perwujudan pengambilan “hak -hak dasar” masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekruitmen pemimpin daerah sehingga mewujudkan kehidupan demokrasi ditingkat lokal.

Tahapan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah langsung menurut UU No.32 Tahun 2004 pasal 65 ,yaitu masa persiapan, dan tahap pelaksanaan. Masa persiapan meliputi:

a. Pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai berakhirnya masa jabatan.

b. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan kepala daerah.

c. Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah.

d. Pembentukan Panitia Pengawas, PPK, PPS dan KPPS. e. Pemberitahuan dan pendaftaran pemantau.


(45)

Tahap pelaksanaan meliputi: a. Penetapan daftar pemilih.

b. Pendaftaran dan Penetapan calon kepala daerah/ wakil kepala daerah. c. Kampanye.

d. Pemungutan suara. e. Penghitungan suara, dan

f. Penetapan pasangan calon kepala daerah/ wakil kepala daerah terpilih, pengesahan, dan pelantikan.

Menurut Amirudin (2003: 184-186), kelebihan sistem Pemilihan Kepala Daerah langsung sebagai berikut :

a. Konkritisasi Demokrasi, dengan memberikan perspektif baru bahwa peroses Pemilihan Kepala Daerah akan memenuhi keidah proses demokrasi di dua level struktural dan kultural. Di level strukturasl, proses Pemilihan Kepala Daerah diduga akan lebih beradab karena melibatkan unsur partisipasi publik yang makin meluas dari bawah sesuai aspirasi masyarakat lokal. Di level kultural, Proses Pilkada memberi kelulasaan bagi merembesnya nilai-nilai transparansi, independensi, dan kejujuran. b. Adanya kemungkinan kekerasan terhadap proses dan kekerasan terhadap

data, sedikit terkurangi.

c. Berkurangnya praktek premanisme politik uang. Jika Pilkada dilakukan sacara langsung, kemungkinan politik uang dapat diminimalisasi.


(46)

37

2. Pemilihan Kepala desa

Dalam sistem pemerintahan desa, kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat serta mempunyai suara terbanyak. Sepanjang sejarah pemerintahan di Indonesia hanya kepala desa yang dipilih langsung oleh rakyat, sedangkan presiden dan wakil presiden berdasarkan undang-undang nomor 23 tahun 2004 baru dilaksanakan pada pemilu 2004, hal itu merupakan perkembangan baru dalam pemerintahan Indonesia. Pemilihan kepala desa memiliki sejarah panjang sejak sebelum undang-undang nomor 5 tahun 1979. Dengan demikian soal pemilihan kepala desa sampai saat ini masih relevan untuk dibahas dan dikaji. Agar mendapat kejelasan yang mendalam kita perlu mengetahui sejarah perjalanan pemilihan kepala desa di Indonesia adalah sebagai berikut : Periode sebelum berlakunya undang-undang nomor 22 tahun 1999

a. Berdasarkan konstitusi kerajaan Belanda tahun 1948 diterbitkanlah Indische Staatregeling yang berlaku mulai tahun 1854, ketentuan mengenai desa diatur dalam pasal 128 :

1) Desa-desa bumiputra dibiarkan memilih kepada anggota pemerintahan desanya sendiri, dengan persetujuan penguasa yang ditunjuk untuk itu menurut ordonasi. Gubernur jendral menjaga hak tersebut terhadap segala pelanggarannya.

2) Dengan ordonasi dapat ditentukan keadaan dimana kepala desa dan anggota pemerintah desa diangkat oleh penguasa yang ditunjuk untuk itu.


(47)

3) Kepala desa bumiputra diberikan hak mengatur dan mengurus rumah tangganya dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh gubernur jendral, pemerintah wilayah dan residen atau pemerintah otonom yang ditunjuk dengan ordonasi.

4) Jika yang ditentukan dalam ayat (1) dan (2) daripasal ini tidak sesuai dengan lembaga masyarakat atau dengan hak-hak yang diperkenankan dimiliki, maka berlakunya ditangguhkan.

5) Dengan ordonasi dapat diatur wewenang dari desa bumiputra untuk : (a) memungut pajak dibawah pengawasan tertentu ; (b) didalam batas-batas tertentu menetapkan hukuman terhadap pelanggaran atas aturan yang diadakan oleh desa. (Suhartono, 2001: 46).

Ketentuan pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa juga tertuang dalam Undang-undang Nomor 72 Tahun 2005, dimana disebutkan bahwa 6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(48)

39

F. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah konsep yang terjadi dari hubungan antara sebab akibat atau kausal hipotesa antar variabel bebas dan variabel terikat atau tidak bebas dalam rangka memberikian jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang diselidiki, (Sukardi, 2005:97).

Konsep pendekatan Teori Transaksional memiliki keterkaitan pada pelaksaan pilkades di desa Putra Aji II Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur terlihat dengan adanya pendekatan secara pribadi yang dilakukan oleh salah satu calon kepala desa yang pada saat itu mengikuti pemilihan kepala desa. Adapun keterkaitannya dalam penelitian ini diukur dari karakteristik yang menyebabkan terjadinya Money Politic.

Dalam konteks ini, politik uang terjadi dalam relasi antara kandidat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Swing Voters untuk mempengaruhi mereka untuk memilih kandidat tertentu. Praktik politik uang juga bisa terjadi dalam relasi antara kandidat dengan partai politik yang bersedia mengusung dengan mensyaratkan pengelontoran dana untuk partai politik yang mau mengusungnya.


(49)

Terdapat 4 Karakteristik Money Politic yang terjadi dalam pemilihan kepala desa Putra Aji II yaitu:

a. Menggunakan Tim Sukses b. Serangan Fajar

c. Pemberian Langsung Oleh Kandidat

Berdasarkan uraian diatas, Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Money Politic yang dilakukan oleh calon kepala desa dalam pemilihan kepala desa putra aji II tahun 2011 di kabupaten lampung timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir sebagai berikut :


(50)

41

Gambar 1. Kerangka Pikir

Kandidat/ Calon

Karakteristik Money Politics 1. Menggunakan Tim Sukses 2. Serangan Fajar

3. Pemberian Langsung Oleh Kandidat

Elit Politik

Pemilihan Kepala Desa

Pendekatan Teori

Transaksional


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Money Politic Calon Kepala Desa dalam proses Pemilihan Kepala Desa Putra Aji II tahun 2011 Di Kabupaten Lampung Timur, maka tipe penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang didasarkan pada data kualitatif.

Berkenaan dengan penelitian kualitatif, Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong berpendapat bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam pendekatan kualitatif, penelitian dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk meneliti obyek kajian. Hal ini ditunjukkan untuk memperoleh informasi yang mendalam dangan jalan berinteraksi lansung kepada masyarakat. Moleong (2000; 3)

Prosedur penelitiannya bersifat menjelaskan, menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan atau kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti. Selanjutnya Mathew B. Miles dan A. Mitchel Huberman menjelaskan bahwa data kualitatif sangat menarik. Ia


(52)

43 merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandaskan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Dengan data kualitatif, kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab-akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat. Dan lagi, data kualitatif dapat membimbing kita untuk memperoleh penemuan-penemuan yang tak diduga sebelumnya dan untuk membentuk kerangka teoritis baru; data tersebut membantu para peneliti untuk melangkah lebih jauh lagi dari praduga dan kerangka kerja awal”. (1991: 1-2)

Dalam pelaksanaan penelitian ini yang menjadi penekanan adalah unsur manusia sebagai instrumen penelitian. Hal tersebut sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang lentur dan mengikuti pola pemikiran manusia. Diharapkan dari sifat inilah penulis mampu secara tanggap merespon kondisi dan kenyataan di lapangan selama pelaksanaan penelitian. Proses penelitian ini menuntut kecermatan, ketelitian dan konsistensi tentang topik dan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan serta menjaga obyektifitas penelitian.

Berdasarkan konsepsi tipe penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah ingin melihat gambaran secara menyeluruh mengenai Money Politic dalam proses Pemilihan Kepala Desa Putra Aji II.


(53)

Untuk dapat menyelesaikan masalah yang diajukan dalam penelitian ini secara tepat, maka diperlukan upaya-upaya pembatasan dan pemfokuskan terhadap data-data yang ada di lapangan. Pembahasan yang dilakukan nantinya bisa menghindari sikap bias peneliti dalam melakukan analisis data. Secara sederhana fokus penelitian adalah hal-hal ataupun fenomena yang menjadi pusat perhatian dari seorang peneliti. Menurut Lexy.J.Moleong penetapan fokus sebagai masalah yang penting dalam penelitian artinya dalam usaha menentukan batas penelitian sehingga dengan menentukan batas penelitian dapat menemukan lokasi penelitian dan dapat menyaring informasi yang masuk. Fokus dalam penelitian berkaitan erat bahkan sering disamakan dengan masalah yang dirumuskan dan menjadi acuan dalam penentuan fokus penelitian. Lexy.J.Moleong (2002:94)

Berdasarkan penjelasan di atas, Fokus penelitian dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk menjawab praktek Money Politic yang dilakukan oleh calon kepala desa dalam pemilihan Kepala Desa Putra Aji II Tahun 2011 di Kabupaten Lampung Timur.

Dalam penelitian ini peneliti ingin membahas mengenai temuan-temuan yang peneliti dapatkan dari hasil sumber data riset yaitu ada salah satu calon Kepala Desa yang mendapatkan dana bantuan dari Elite Daerah yang kemudian dana tersebut digunakan oleh calon untuk diberikan kepada masyarakat yang tujuannya untuk menarik simpati masyarakat dan pada saat pemilihan Kepala Desa masyarakat memilihnya menjadi Kepala Desa. Jika merujuk kepada


(54)

45 fenomena yang terjadi pada proses pemilihan Kepala Desa Putra Aji II tahun 2011, sejatinya beberapa tindakan yang dilakukan oleh salah satu calon Kepala Desa tersebut sudah bisa dikategorikan sebagai Politik Uang (Money Politic). Adapun yang akan diamati dalam penelitian ini dilihat dari bentuk dan proses terjadinya Money Politic.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian pada penulisan ini dilakukan di Desa Putra Aji II Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur, mengingat lokasi tersebut merupakan lokasi yang baru saja melakukan pemilihan Kepala Desa, dimana terdapat Money Politic pada pilkades yang dilakukan oleh salah satu calon kepala desa tersebut, hal ini mendasari penulis untuk menggali lebih dalam informasi mengenai permasalahan tersebut dengan melakukan riset di lokasi penelitian terhitung sejak Februari 2013.

D. Sumber Data

Menurut Loftland dan Loftland (1984:47) sumber data utama pada penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti sumber data tertulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer yang digunakan adalah yang berasal dari hasil wawancara. Sumber data dapat ditulis atau direkam. Wawancara akan dilakukan


(55)

wawancara mengenai bentuk dan proses terjadinya Money Politic.

Sumber informasi dalam penelitian ini didapatkan dengan menggunakan metode Purposive Sampling, berdasarkan pertimbangan peneliti. Menurut Sogiono (2005:52), sumber informasi yang dipilih secara Purposive Sampling adalah yaitu sebagai sampel sumber data yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti, lazimnya didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu. Penggunaan Purposive Sampling bertujuan untuk mengambil sampel secara subjektif, dengan anggapan bahwa sampel yang diambil itu merupakan keterwakilan (Representatif) bagi peneliti, sehingga pengumpulan data yang langsung pada sumbernya dapat dilakukan secara proporsional demi keakuratan penelitian.

Adapun beberapa informan yang memberikan informasi untuk penulis yaitu :

1. Calon Kepala Desa Putra Aji II 2. Tim Sukses Pilkades Putra Aji II 3. Aparatur Desa Putra Aji II 4. Masyarakat Desa Putra Aji II

Alasan pemilihan informan di atas dikarenakan nama-nama di atas adalah orang-orang yang memahami dan mengetahui tentang proses pemilihan Kepala Desa Putra Aji II yang dapat memberikan informasi-informasi


(56)

47 yang akurat melalui pertanyaan-pertanyaan wawancara terhadap topik penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebenarnya. Misalkan memvalidasi data hasil wawancara. Data-data tersebut dapat bersumber dari dokumentasi berupa majalah, surat kabar, buku arsip, televisi, radio, situs dan sumber-sumber lain yang dapat diterima.

Data sekunder dalam penelitian ini didapat secara tidak langsung yang diperlukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer. Data sekunder ini berupa bahan-bahan tertulis yang mencakup Undang-undang dan peraturan terkait, serta referensi-referensi yang menjadi panduan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka memperoleh berbagai informasi yang akurat bagi penelitian ini, maka teknik, maka teknik pengumpulan data yang akan penulis gunakan adalah wawancara secara mendalam dan dokumentasi.

1. Wawancara mendalam

Teknik tersebut dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan beberapa narasumber yang dianggap telah memenuhi atau relevan dengan penelitian ini. Wawancara ini dilakukan secara terbuka serta mendalam


(57)

rangka menjawab secara bebas. Hal ini bertujuan memperoleh kejelasan dari sumber-sumber data dokumentasi yang belum dipahami oleh peneliti, serta untuk memperoleh pengertian maupun penjelasan yang lebih mendalam tentang realita dari obyek yang akan diteliti tersebut.

Peneliti dalam hal ini mempersiapkan daftar pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian yang berkaitan dengan Money Politic dalam Pilkades di Desa Putra Aji II Wawancara dilakukan kepada informan yang telah ditentukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang serupa. Dalam proses wawancara peneliti merekam dan atau mencatat hasil jawaban yang diberikan oleh informan.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data-data yang bersifat tertulis baik berupa dokumen, arsip, buku, buletin, maupun literatur tertulis lainnya yang selaras serta mendukung penyelesaian penelitian yang dilakukan. Pada hal ini, peneliti mengumpulkan data-data yang berupa dokumen baik menyerupai arsip, buku, bulletin, literatur bahkan gambar-gambar yang menunjukan proses pembuatan penelitian pada saat peneliti melakukan pra riset dan riset.


(58)

49 F. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh di lapangan selanjutnya akan dilolah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahapan Editing

Editing merupakan proses pemeriksaan data-data yang telah diisi dan dijawab oleh informan. Proses yang dilakukan pada tahap ini adalah data yang diperoleh kemudian diperiksa kembali, terutama data dari hasil wawancara, apakah masih ada kekurangan atau terdapat kekeliruan. Tujuan dari editing ini adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada dalam pertanyaan yang telah diajukan kepada narasumber penelitian.

2. Tahapan interpretasi.

Interpretasi data adalah proses penafsiran atau penjabaran atas hasil penelitian yang telah dilakukan untuk dicari makna yang lebih luas dengan menghubungkan jaawaban yang diperoleh dengan data lain. Dalam hal ini, peneliti mengumpulkan semua data yang telah didapatkan kemudian peneliti membuat gambaran dari semua data yang diperoleh dengan menarik benang merah dari semua data sehingga dapat dijadikan sumber dalam penelitian yang sewaktu-waktu bisa penulis gunakan untuk memperbaiki penulisan penelitian.


(59)

Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif, maka teknis analisis datanya disajikan dalam bentuk paparan atau gambaran dari temuan-temuan di lapangan baik, berupa data dan informasi hasil wawancara, dokumentasi dan lain sebagainya. Menurut Mathew B. Miles dan Huberman, analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, meliputi:

1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, dan transformasi data kasar yang mencul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Pada tahap ini, penulis merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.


(60)

51 2. Penyajian data, yaitu usaha menampilkan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada tahap ini penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang disesuaikan dan diklarifikasi untuk mempermudah peneliti dalam menguasai data dan tidak terbenam dalam setumpuk data.

3. Menarik kesimpulan, merupakan bagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenaran, kekokohan dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Proses ini merupakan kegiatan yang sudah dilakukan sejak pengumpulan data, meskipun masih bersifat sementara. Pada permulaan pengunpulan data, seorang peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur-alur sebab akibat dari proposisi.


(61)

Gambar 3. Komponen-komponen Analisis Data : Model Interkatif Sumber : Miles (1992 : 20)

Berdasarkan gambar tersebut terlihat jelas tiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data merupakan proses siklus dan interaktif. Dengan demikian, siklus interaktif ini juga dapat menunjukan adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk memahami atau mendapatkan pengertian yang mendalam, komprehensif dan rinci mengenai suatu masalah, sehingga dapat melahirkan kesimpulan-kesimpulan.

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data Penarikan Kesimpulan


(62)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Lokasi Penelitian

Desa Putra Aji II adalah merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur yang pada tahun 2012 berpenduduk 1.361 jiwa, banyaknya rumah tangga 390 dengan luas Desa 531 Ha, luas ini termasuk luas Desa yang berbatasan dengan sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukadana Selatan

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pakuan Aji; 3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pakuan Aji; 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sukadana Baru.

Secara topografis wilayah Desa Putra Aji II sebagian besar daerahnya adalah daratan dan sedikit berbukit – bukit yang mempunyai ketinggian 27-31 meter diatas permukaan laut. Selain itu, Desa Putra Aji II berada pada Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur yang terdiri dari 17 desa/kelurahan sebagai berikut:

1. Desa Sukadana 11. Desa Bumi Ayu 2. Desa Pakuan Aji 12. Desa Sukadana Ilir 3. Desa Bumi Nabung Udik 13. Desa Muara Jaya 4. Desa Rajabasa Batanghari 14. Desa Sukadana Timur 5. Desa Negara Nabung 15. Desa rantau jaya Udik II 6. Desa Terbanggi Marga 16. Desa Putra Aji I


(63)

8. Desa Pasar Sukadana 9. Desa Surabaya Udik 10. Desa Rantau Jaya Udik

1. Visi

Terciptanya Kehidupan Masyarakat Yang Mampu Memenuhi Kebutuhan Dasar Bagi Seluruh Lapisan Masyarakat Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur.

2. Misi

1. Meningkatkan program pembangunan pertanian desa; 2. Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat;

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat pedesaan; 4. Memperbaiki sarana penunjang ekonomi perdesaan; 5. Meningkatkan pengembangan budaya masyarakat;

6. Menciptakan pelayanan prima kepada seluruh lapisan masyarakat oleh segenap aparatur kecamatan.

3. Tujuan

1. Terciptanya sarana dan prasarana dibidang pertanian perdesaan; 2. Terciptanya peningkatan kualitas pendidikan masyarakat; 3. Terciptanya pelayanan kesehatan yang berkualitas; 4. Terciptanya suasana rasa aman masyarakat;

5. Terciptanya sarana penunjang perekonomian perdesaan; 6. Terciptanya fasilitas pengembangan budaya masyarakat;

7. Terwujudnya pelayanan prima terhadap masyarakat kecamatan sukadana.


(64)

55

4. Strategi

Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut diatas diperlukan adanya strategi antara lain:

1. Peningkatan dana bantuan perdesaan yang diwujudkan dana stimulan; 2. Peningkatan pembenahan sarana dan prasarana pendidikan;

3. Peningkatan jumlah tenaga kesehatan masyarakat perdesaan; 4. Peningkatan keterampilan masyarakat dengan mengadakan

penyuluhan-penyuluhan

5. Peningkatan peran serta lembaga ketahanan masyarakat perdesaan; 6. Peningkatan pembinaan bagi pegawai kantor camat sukadana.

5. Kebijakan

1. kebijakan internal diantaranya:

a. Pembinaan terhadap pegawai kantor kecamatan sukadana;

b. Pembinaan terhadap segenap pamong desa se- kecamatan sukadana.

2. kebijakan eksternal diantaranya:

a. Mengikutsertakan pegawai dalam rangka Bimbingan Teknis (bimtek) yang dilaksanakan oleh badan, dinas, kantor ataupun bagian setdakab lampung timur;

b. Mengikutsertakan bimtek bagi kepala desa/ lurah diadakan oleh dinas instansi pemerintah kabupaten lampung timur;

c. Pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah kabupaten lampung timur.


(65)

B. Tugas Pokok dan Fungsi Desa Putra Aji a. Kepala Desa

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk Desa Putra Aji dari calon yang memenuhi syarat. Kepala Desa memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui BPD dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati dengan tembusan kepada Camat. Secara rinci dapat diketahui bahwa tugas Kepala Desa, yakni:

1. Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

2. Dalam melaksanakan tugas, kepala desa mempunyai wewenang :

Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD.

Mengajukan Rancangan PERDES

Menetapkan PERDES yang telah mendapat persetujuan bersama BPD Membina kehidupan masyarakat dan perekonomian Desa.


(66)

57

b. Perangkat Desa 1. Sekretaris Desa

Kedudukan dari sekretaris Desa Putra Aji yaitu sebagai staff pembantu Kepala Desa dan pemimpin sekretaris desanya sendiri. Tugasnya yaitu menjalankan administrasi pembangunan pemerintahan dan kemasyarakatan desa serta memberikan pelayanan administrasi kepada Kepala Desa.

2. Kepala Urusan

Kedudukannya yaitu sebagai unsur pembantu sekretaris desa dalam bidang tugasnya. Tugaa utamanya yaitu menjalankan kegiatan-kegiatan sekretaris Desa dalam bidang tugasnya masing-masing. Kepala Urusan di Desa Putra Aji ada 5 yaitu: Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Umum, Kepala Urusan Pembangunan, Kepala Urusan Keuangan, Kepala Urusan Pertanian. Adapun tugas dari masing-masing Kepala Urusan di Desa Putra Aji II, yaitu:

a. Kepala Urusan Pemerintahan

1. Merumuskan progam kegiatan Sub Tata Pemerintahan Desa berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun lalu sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku serta sumber data yang tersedia sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan;

2. Menjabarkan perintah atasan melalui pengkajian permasalahan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan kebijakan atasan;


(67)

3. Membagi tugas bawahan sesuai bidang tugasnya baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas;

4. Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian di lingkungan Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan instansi terkait baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan masukan, data dan informasi untuk memperoleh hasil kerja yang optimal;

5. Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan kebijakan Bupati di bidang Tata Pemerintahan Desa;

6. Melaksanakan pengkajian dan penelitian dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa;

7. Melaksanakan monitoring penyelenggaraan pemerintahan desa dan melakukan inventarisasi permasalahan yang muncul dalam penyelenggaraan pemerintah desa;

8. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sesuai ketentuan yang berlaku;

9. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar pengambilan kebijakan;

10. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan baik secara lisan maupun tertulis sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas


(68)

59

b. Kepala Urusan Umum

1. Menyelenggarakan penyusunan, pengetikan/penggandaan dan proses surat menyurat beserta pengirimannya ;

2. Mengatur dan menata surat-surat yang dimintakan tanda tangan Kepala Desa/Carik ;

3. Mengatur rumah tangga Sekretariat Desa, tamu-tamu, kebutuhan kantor, penyimpanan dan pemeliharaannya: menyimpan, memelihara dan mengamankan arsip, mensistematisasikan buku-buku inventaris, dokumen-dokumen, absensi

4. Perangkat Desa dan memberikan pelayanan administratif kepada semua urusan ;

5. Mengurus pemeliharaan kendaraan dinas, kebersihan kantor dan sebagainya.

6. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Carik dalam bidang umum ;

7. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Carik.

c. Kepala Urusan Pembangunan

Membantu Kepala Desa dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengembangan ekonomi masyarakat dan potensi desa, pengelolaan administrasi pembangunan, pengelolaan pelayanan masyarakat serta penyiapan bahan usulan kegiatan dan pelaksanaan tugas pembantuan. Dimana kepala urusan pembangunan mempunyai fungsi sebagai berikut;


(69)

a.Penyiapan bantuan-bantuan analisa & kajian perkembangan ekonomi masyarakat

b. Pelaksanaan kegiaatan administrasi pembangunan c. Pengelolaan tugas pembantuan

d. Melaksanakan tugas lain yang dibaerikan oleh Kepala Desa

d. Kepala Urusan Keuangan

1. Mengelola administrasi keuangan Desa, mempersiapkan data guna menyusun rancangan anggaran, perubahan dan perhitungan, penerimaan dan pengeluaran keuangan Desa, melaksanakan tata pembukuan secara teratur ;

2. Menyelesaikan administrasi pelaksanaan pembayaran, upah dan gaji Perangkat Desa ;

3. Mengadakan penilaian pelaksanaan APBDes dan mempersiapkan secara periodik program kerja di bidang keuangan ;

4. Membantu kelancaran pemasukan pendapatan Daerah, menginventarisir kekayaan Desa, bondo Desa (luas, status, penggunaan dan lain-lain) ;

5. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Carik dalam bidang keuangan;


(70)

61

e. Kepala Urusan Pertanian

Membantu Kepala Desa dalam melaksanakan penyiapan bahan Penyusunan Program Pertanian serta melaksanakan Program pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasyarakatan. Selain daripada itu, kepala urusan pemerintahan juga mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Penyiapan bahan pelaksanaan program kegiatan

2. Penyiapan dan pelaksanaan program perkembangan pertanian

3.Penyiapan pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasyarakatan


(1)

STRUKTUR ORGANISASI

PEMERINTAH DESA PUTRA AJI II KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Bagan Struktur Organisasi Desa Putra Aji II Kepala Desa Rozikin Sekdes Widarto Kaur Pembangunan HERWANTO Kaur Umum Mat Nawawi Kaur Pemerintahan Sukri Kadus V Kadus IV Kadus III Kadus II Kadus I Kaur Keuangan Yulda Sari Kaur Pertanian Rupitoyo Ketua BPD

Ahmad Adel Nuri

Ketua RT 01, 02, dan 03. Ketua RT 05, 06 dan 12. Ketua RT 07, 08 dan 13 Ketua RT 09 dan 10 Ketua RT 04 dan 11


(2)

63

C. Jadwal Kegiatan Pilkades Desa Putra Aji II 2011

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Putra Aji II dilaksanakan pada tahun 2011, Berikut rangkaian jadwal pelaksanaan kegiatan :

JADWAL KEGIATAN

PEMILIHAN KADES DESA PUTRA AJI II TAHUN 2011

1 Sosialisasi Pilkades dan Pembentukan Panitia Pilkades 19 Sep – 2 Okt 2 Penjelasan Teknis Pilkades di Kabupaten 3 – 5 Okt

3 Pengumuman Pencalonan dan Pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa 3 - 10 Okt 5 Pendaftaran Pemilih dan pembuatan Daftar Pemilih Sementara (DPS) 3 - 18 Okt 6.Kesempatan melengkapi persyaratan administrasi bakal calon yang persyaratannya masih kurang (belum lengkap) 27 Okt- 4 Nov

7 Penelitian Keabsahan Persyaratan Administrasi Bakal Calon 5 - 8 Nov 2011 8 Penetapan dan Pengumuman Bakal Calon yang memenuhi persyaratan administrasi 9 Nov 2011

9 Ujian Penyaringan Bakal Calon 16 Nov 2011 10 Penyiapan Kartu Suara 16 Nov 2011

11 Penyampaian Undangan kepada Pemilih 9 - 12 Nov 2011 12 Pengumuman Hasil Ujian Penyaringan 18 Nov 2011 13 Penetapan Calon Kepala Desa 18 Nov 2011

14 Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara 21 Des 2011 15 Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih oleh BPD 21 Des 2011

16 Pembuatan dan penyerahan SK BPD tetang penetapan Calon Kepala Desa Terpilih/usulan pengesahan calon Kepala Desa terpilih oleh BPD kepada Bupati melalui Camat 19 - 23 Des 2013


(3)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan maka terdapat kesimpulan yang peneliti dapatkan bahwa dalam proses pemilihan kepala desa di desa Putra Aji II terdapat salah satu calon kepala desa yang melakukan praktek Money Politic dalam pemenangannya. Adapun karakteristik Money Politic yang dilakukan oleh salah satu calon kepala desa tersebut, yaitu:

1. Menggunakan tim sukses yang dikirim langsung kepada masyarakat untuk mencairkan dana yang bahasa mereka uang tersebut sebagai uang saku.

2. Strategi penyodoran uang sebelum atau pada saat fajar menyingsing pas hari pencoblosan dilakukan oleh anggota Tim Sukses dengan sasaran warga yang kemungkinan besar pendukung calon Kades lawan.

3. Pemberian Langsung Oleh Kandidat

Penggelontoran uang besar-besaran secara sporadis oleh kubu calon Kepala Desa.


(4)

97

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan dalam penulisan ini, peneliti dapat memberikan saran bahwa :

1. Untuk mengantisipasi terjadinya Money Politic dengan memberikan pendidikan politik terutama terhadap lingkungan keluarga, kemudian kepada masyarakat secara luas agar menaati peraturan terutama untuk tidak melakukan Money Politic. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memudarkan berkembangnya praktek Money Politic karena sebagian besar masyarakat hanya memikirkan keuntungan sendiri tanpa menyadari efek yang timbul di masa depan.

2. Selain itu pemerintah juga harus lebih giat memberikan sosialisasi kepada kandidat yang akan di pilih oleh rakyat untuk mengutamakan moralitas politik sehingga dapat berlaku jujur dengan tidak melakukan praktek Money Politic.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adman Nursal, 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta. Gramedia.

Agustino, Leo. 2009. Pilkada dan Dinamika politik Lokal. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Amirudin. 2003. Sistem Pemilihan Kepala Daerah. Bumi Aksara. Jakarta

Djani, Luki, dan Badoh, Ibrahim, 2006. Dana Kampanye Kerap Luput dari Perhatian, Kompas, 16 Desember 2006.

Forest Liacco and Teresita Dy, 2000. Controlling Illegal Influence Of ‘Money Politics’, IFES.

Kuntur, Roni. 2003. Metode penelitian Untuk Penelitian Skripsi dan Tesis. PPM. Jakarta.

Masduki, Teten, 2004, Politik Uang Dalam Pemenangan Pemilu, Kompas 2 Juli 2004.

Moleong, J Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Mahyudin, Gazali (Nidzam Sulaiman).2002. Politik Malaysia Perspektif Teori dan Praktik. Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM). Kuala Lumpur. 210 hlm.

Pfeiffer, Silke, 2004. Vote Buying And Its Implications For Democracy: Evidence From Latin America, (TI 2004, pp. 76-83).

Saparin. 1985. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat, Cetakan Kedua, Jakarta. Rajawali Pers.

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta.Jakarta. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

Sukardi, 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Bumi Aksara. Jakarta.


(6)

Sutomo, Archna. 2007. Pemilihan Kepala Desa di Indonesia. PT. Ghalia Utama. Jakarta

Wasistiono, Sadu. 2006. Prospek Pengembangan Desa. CV. Bandung. Fokusmedia.

Widjaja, H.A.W. 2005. Pemerintahan Desa/Marga Berdasarkan Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. PT. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Yumiko dan Prijono, 2012. Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum. Bogor. Ghalia Indonesia

Sumber Lain

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa