20 c.
Tar Lebih dari 2000 zat kimia baik berupa gas, maupun partikel padat
terkandung dalam asap rokok. Tar adalah komponen dalam asap rokok yang tinggal sebagai sisa sesudah dihilangkan nikotin dan tetesan-tetesan
cairannya. Sebatang rokok menghasilkan 10 – 30 mg tar. Cerutu dan
rokok pipa justru menghasilkan tar yang lebih banyak. Tar merupakan kumpulan berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau sendiri,
maupun yang ditambahkan pada tembakau dalam proses pertanian dan industri sigaret serta bahan pembuat rokok lainnya Mandagi, 1996: 152.
Oleh karena itu, kadar tar yang terkandung dalam rokok inilah yang berhubungan dengan resiko timbulnya kanker karena tar mempunyai efek
karsinogen.
4. Definisi Perilaku Merokok
Merokok pada dasarnya merupakan tindakan membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun
menggunakan pipa Sitepoe, 2000: 20. Menurut Bigham 1991: 2 perilaku merokok merupakan perilaku yang dianggap menyenangkan dan bergeser
menjadi aktivitas yang bersifat obsesif, karena sifat nikotin adalah adiktif menyebabkan ketergantungan.
Merokok pada umumya merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara terus-menerus. Hal demikian dikarenakan merokok dirasakan dapat
mendatangkan berbagai kenikmatan yang menenangkan pikiran sehingga tidak sedikit seorang perokok tidak bisa berhenti melakukan kebiasaan
21 merokok Mangunegoro dalam Mangunprasodjo, 2005: 39. Berdasarkan
uraian tersebut, dapat dipahami bahwa pada dasarnya merokok merupakan tindakan membakar tembakau dan menghisap asapnya.
5. Status Merokok pada Remaja
Pengukuran status merokok dapat dilakukan dengan melihat beberapa aspek sebagai berikut Rapeah
et.al.,
2008: 79: a.
Merokok atau tidaknya seseorang b.
Sejak kapan perilaku merokok pertama kali dilakukan c.
Jumlah rokok yang dikonsumsi setiap harinya d.
Jumlah rokok yang dibeli setiap pembelian per batang, per bungkus, atau per slop rokok
e. Sumber uang yang digunakan untuk membeli rokok
Menurut Mutschler dalam Noviawati, 2001: 254 berdasarkan intensitasnya maka perokok dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
a. Perokok ringan, adalah perokok yang menghisap kurang dari 10
batang per hari b.
Perokok sedang, adalah perokok yang menghisap 10-20 batang per hari
c. Perokok berat, adalah perokok yang menghisap 21-40 batang per
hari d.
Perokok amat berat, adalah perokok yang menghisap lebih dari 41 batang per hari
Pengelompokan menurut Mutschler tersebut berlaku umum. Artinya yaitu pengelompokan perokok berdasarkan intensitasnya oleh Mutschler
tidak dibedakan berdasarkan jenis rokok yang dihisap. Seseorang yang menghisap rokok jenis apapun dengan jumlah kurang dari 10 batang per hari
akan dikatagorikan sebagai perokok ringan. Sementara menurut Richardson
et.al.,
2000: 999, status merokok pada seseorang dapat dikategorikan menjadi beberapa tingkatan sebagai berikut:
22 a.
Individu yang tidak pernah merokok
never smokers
b. Individu yang mencoba atau pernah mencoba merokok namun
tidak merokok setiap hari atau tidak merokok selama 30 hari
experimental smokers
c. Individu yang merokok sekurang-kurangnya 1 sampai 29 hari
terakhir
intermittent smokers
d. Individu yang merokok seharu-hari
regulerestablished
e. Responden yang sudah berhenti merokok selama kurun waktu 30
hari atau lebih
ex-smokers
Lebih lanjut, dalam hal ini menurut Leventhal dan Clearly dalam Mulyadi dan Uyun, 2007: 10 dapat diketahui bahwa perilaku merokok
meliputi beberapa tahapan sebagai berikut: a.
Tahap
preparatory.
Seseorang mendapatkan
gambaran yang
menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan yang menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap
invitation.
Tahap ini juga disebut sebagai tahap perintisan. Maksudnya yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak
perilaku merokok yang telah dimulai. c.
Tahap
becoming a smoker.
Tahap ini ditandai dengan jumlah rokok yang dikonsumsi, yaitu sebanyak empat batang rokok perhari. Apabila
seseorang telah mencapai tahap tersebut, maka kecenderungan untuk menjadi seorang perokok seterusnya akan semakin besar.
d. Tahap
maintenance of smoking.
Tahap ini sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri
self regulating
. Dalam hal ini merokok dilakukan untuk efek psikologis yang menyenangkan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa status merokok pada remaja dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Penentuan status
23 merokok remaja dalam hal ini secara umum dilihat dari jumlah rokok yang
dikonsumsi.
6. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok