29 Berdasarkan hal demikian, dapat dikatakan bahwa remaja mengalami
perkembangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah. Perkembangan tersebut mengarah pada kondisi yang lebih matang.
Lebih lanjut, masa remaja juga dapat dipahami sebagai masa penghubung antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa Kartono, 1995:
148.
World Health Organization
WHO mendefinisikan remaja sebagai suatu masa yang dialami individu ketika Sarwono, 2006: 7:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa. c.
Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Remaja adalah kelompok manusia yang penuh dengan potensi Mappiare, 1982: 12. Kondisi emosional remaja dalam hal berbeda dengan
orang-orang dewasa sehingga diperlukan upaya untuk membuat potensi yang ada dalam diri remaja dapat dikembangkan dengan optimal.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pada pokoknya remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju
dewasa. Masa tersebut ditandai dengan perkembangan kondisi fisik maupun psikis menuju arah yang lebih matang.
2. Makna Remaja dalam Beberapa Perspektif
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa remaja pada dasarnya merupakan masa transisi dari anak-anak menuju kedewasaan.
Lebih lanjut, dalam hal ini remaja dapat dimaknai dalam beberapa perspektif
30 yang berbeda. Berikut merupakan beberapa perspektif yang dimaksud:
a. Perspektif Biososial
Perspektif ini fokus pada hubungan antara mekanisme biologis dengan pengalaman sosial. Melalui mekanisme evolusi, remaja dinilai
dapat memperoleh sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat tersebut kemudian diteruskan melalui keturunan. Oleh sebab itu, remaja yang berkembang
dalam lingkungan kondusif akan memperoleh sifat-sifat positif dan nilai insaninya Yusuf, 2009: 185. Perspektif ini juga meyakini bahwa
perkembangan fisik seorang remaja akan berkaitan erat dengan perolehan sifat-sifat yang diterima remaja atau pengalaman sosialnya Yusuf, 2009:
186. b.
Perspektif Relasi Interpersonal Remaja merupakan suatu periode yang ditandai dengan
berkembangnya minat terhadap lawan jenis. Kegagalan dalam hubungan sosial tersebut kemungkinan dapat
menjadi penghambat bagi
perkembangan remaja selanjutnya, baik dalam persahabatan, pernikahan, dan keluarga. Perasaan tertarik pada teman dalam kelompok dalam hal ini
merupakan dasar bagi perkembangan hubungan pribadi yang lebih akrab Yusuf, 2009: 186.
c. Perspektif Sosiologis dan Antropologis
Perspektif ini menekankan pada pengaruh norma moral, harapan- harapan budaya dan sosial, ritual, tekanan kelompok, dan dampak
31 teknologi terhadap perilaku remaja. Perspektif ini menandai masa remaja
dengan pertentangan antara orang tua dengan anaknya. Hal demikian terjadi karena masyarakat mengalami perkembangan yang cepat sehingga
setiap generasi diasuh dan dikembangkan oleh situasi lingkungan sosial yang berbeda. Hal demikian berakibat adanya perbedaan pengalaman
budaya antara orang tua dengan anaknya. Orang tua kemudian kesulitan dalam mengasuh anaknya karena keduanya tidak dapat saling
menyesuaikan diri. Oleh sebab itu, masa remaja kemudian dalam perspektif ini ditandai dengan pertentangan antara anak dengan orang
tuanya Yusuf, 2009: 187. d.
Perspektif Psikologis Teori psikologis dan psikososial dengan kondisi-kondisi sosial
mengkaji hubungan antara mekanisme penyesuaian psikologis dengan kondisi-kondisi sosial yang memfasilitasinya. Stres dan krisis merupakan
elemen-elemen pokok dalam perspektif ini. Remaja dalam hal ini tidak dipandang sebagai suatu periode konsolidasi kepribadian, tetapi sebagai
tahapan penting dalam siklus kehidupan seorang manusia. Jati diri seorang remaja akan dapat ditemukan apabila seorang remaja dapat
memahami dirinya, peran, serta makna hidup beragama. Apabila hal-hal tersebut gagal dilakukan, maka akibatnya seorang remaja dapat
mengalami kebingungan atau kekacauan Yusuf, 2009: 188.
32 e.
Perspektif Belajar Sosial Perspektif ini menunjukkan bahwa prinsip-prinsip belajar yang
dapat digunakan untuk memahami tingkah laku remaja dalam berbagai status sosial. Terdapat beberapa pandangan dalam perspektif tersebut
dalam memahami tingkah laku remaja. Tingkah laku remaja dinilai sebagai bagian dari perkembangan manusia yang merupakan dampak
akumulatif dari pengalaman belajar yang terintegrasi dalam kepribadian. Elemen-elemen pemaksa
reinforcement
dalam masyarakat juga dinilai memberikan dampak komplek pada pola-pola tingkah laku remaja
Yusuf, 2009: 189. f.
Perspektif Psikoanalisis Remaja dalam hal ini dikaitkan dengan masa anak akhir. Masa
tersebut merupakan periode terbebasnya ego dari konflik antara insting dengan norma-norma sosial. Anak pada masa remaja awal akan berupaya
untuk mencapai kesimbangan antara ego dengan super egonya. Remaja awal juga dipandang sebagai masa untuk mensublimasi insting melalui
saluran-saluran yang secara sosial dapat diterima. Masa remaja juga diistilahkan sebagai masa ketidakharmonisan internal. Remaja dipandang
sebagai individu yang sedang mengalami kondisi
strom and stress
Yusuf, 2009: 191. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat terdapat beberapa perspektif
yang dapat digunakan untuk mendefinisikan remaja. Masing-masing
33 perspektif tersebut memiliki sudut pandang yang berbeda sehingga
menghasilkan definisi yang berbeda pula satu sama lain mengenai remaja.
3. Batasan Usia Remaja