Upaya Represif Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Guru Pkn dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Pakis Tahun Ajaran 2013/2014) T1 172010004 BAB IV

Sementara menurut AK tentang perilaku Guru PKn dia menyatakan : ”Guru PKn sudah cukup rajin namun terkadang juga masih telat. Pemberian contoh yang berkaitan dengan tata tertib juga sudah di lakukan, tetapi memang anak berasal dari kepribadian buruk yang kadang kurang memperhatikan pelajaran, entah itu karena pelajarannya yang membosankan atau karena dari gurunya yang suaranya kurang begitu jelas. Untuk sebagian guru masih ada yang memberikan contoh kurang begitu sopan dalam menyampaikan materi, penyampaian tidak pantas di dengarkan siswa atau dalam bahasa jawa “saru” dan masih juga di temui guru merokok di lingkungan sekolah, namun itu bukan guru PKn” Wawancara AK kelas VIII C:23-04-2014. Hal itu juga di katakan oleh Y bahwa : “Guru Pkn dan guru lain dalam memberikan sanksi kurang begitu tegas, karena hanya ditegur sehingga hal ini membuat siswa tidak jera dan cenderung membuat siswa melakukan pelanggaran lagi bahkan memancing siswa lain untuk melakukan pelanggaran juga. Seperti misalnya ketika di kelas siswa tidak memperhatikan tetapi mainan handphone” Wawancara Y kelas VIII B:23-04- 2014.

b. Upaya Represif

Pelaksanaan tata tertib pasti tidak semuanya berjalan sesuai dengan apa yang di harapkan. Sesuai dengan tata tertib sekolah yang telah ada bahwa setiap pelanggaran akan diberikan sanksi sesuai tingkatannya ringan, sedang ataupun berat sanksi telah dipersiapkan. Tata tertib sekolah merupakan ketentuan yang mengikat dengan tujuan untuk menunjang terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Tata tertib sekolah akan efektif jika setiap pelanggarannya mengandung sanksi yang bersifat memaksa. Namun yang lebih utama adalah apakah sistem penanganan pelanggaran yang terjadi mampu membuat jera siswa atau masih bisa saja di lakukan di waktu mendatang. Dalam upaya represif SW menyatakan: “Bentuk penanganan represif adalah dengan memberikan sanksi berupa teguran dan nasihat bagi siswa yang melanggar tata tertib yang ditemui secara langsung, biasanya guru memberi teguran dengan bahasa yang halus atau pujian dahulu yang bisa di terima misalnya”kamu itu cantikganteng jika bajumu di masukkan” itu untuk kategori pelanggaran ringan, berbeda untuk pelanggaran yang tingkatannya sedang dan berat ketika menemui pelanggaran akan membawa ke ruang BK biar didata dan diproses oleh guru BK.” Wawancara: 21-04-2014. Diakui oleh NK bahwa: “Dalam penanganan pelanggaran yang dilakukan oleh siswa sebenarnya menggunakan system akumulasi angka kredit pelanggaran yang berjumlah 100 angka, jika siswa melakukan banyak pelaggaran maka siswa akan cepat mencapai angka tersebut, tergantung dengan pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, jika pelanggaran yang dilakukan termasuk pelanggaran yang berat-berat maka kemungkinan yang paling buruk adalah siswa di keluarkan. Namun system untuk sekarang ini belum bisa dijalankan karena meningkatnya jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Latar belakang siswa yang berasal dari daerah terpencil dan pelosok membuat siswa masih di beri kebijakan oleh guru. Kasus yang masih bisa di bebaskan dari system point ini adalah terlambat, baju tidak di masukkan dan bolos, sedangkan untuk kasus yang tidak bisa diberi kebijakan adalah perbuatan-perbuatan kriminal dari minum-minuman keras atau asusila” Wawancara:23-04-2014. Penanganan atau pemberian sanksi bagi pelanggar ringan, sedang dan berat tidaklah sama, hal tersebut seperti yang dikatakan PW bahwa: “Hukuman bagi pelanggaran ringan adalah penambahan bentuk tugas misalnya disuruh mengerjakan soal-soal di perpustakaan, hukuman fisik lari 5x mengelilingi lapangan, membersihkan lingkungan sekolah, namun terkadang hukuman itu tidak membuat siswa jera dan melakukan pelanggaran lagi sehingga hukuman selanjutnya adalah memanggil orang tua. Biasanya yang paling banyak melakukan pelanggaran ini justru siswa yang berasal dari siswa yang rumahnya dekat dengan sekolah. Untuk siswa yang jauh dari sekolah atau yang berada di lereng merbabu justru disiplin dan tidak pernah terlambat. Dalam hal pelanggaran sedang dan berat siswa di beri sanksi dari diberikannya tugas yang mendidik, orang tua di panggil sampai menghadap langsung ke kepala sekolah atau bahkan bisa saja di keluarkan. Adapun bentuk-bentuk pelanggaran yang masih sulit di atasi adalah terlambat, baju tidak di masukkan sampai membawa handphone. Pihak sekolah sudah membuat tata tertib sebaik yang di harapkan namun hal ini sulit di taati. Kondisi ini salah satunya di sebabkan asal siswanya yang tidak sedikitnya berasal dari siswa yang tidak di terima di sekolah favorit atau berasal dari kota yang notabennya berasal dari lingkungan yang kurang baik Wawancara:23-04-2014 Pendapat mengenai hukuman yang diberikan oleh guru dikatakan A VIII A bahwa : “Guru kurang begitu mampu mengurangi pelanggaran tata tertib sekolah karena kurangnya ketegasan dari guru. Misalnya ketika mendapati siswa yang melanggar guru hanya menakut-nakuti tidak akan di naikkan ke kelas berikutnya. Hal itu tidak akan membuat jera bagi siswa karena satu dua kali tidak ada tindakan dari guru selanjutnya maka akan membuat pelanggaran lagi dan bahkan lebih”Wawancara:21-5-2014

c. Upaya Kuratif

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25