Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan kejuruan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 15 adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sehingga Sekolah Menengah Kejuruan SMK mempunyai peran strategis dalam mendukung secara langsung pembangunan nasional, khususnya dalam mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan terdidik yang diperlukan oleh dunia industri. Mengacu pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 15, maka penyempurnaan atau perbaikan pendidikan menengah kejuruan untuk mengantisipasi kebutuhan dan tantangan masa depan perlu terus menerus dilakukan. Tujuan penyelenggaraan lembaga pendidikan sekolah menengah kejuruan SMK adalah untuk menciptakan lulusan yang siap terjun ke dunia kerja. SMK yang menjadi penghasil tenaga kerja teknik tingkat menengah yang sangat dibutuhkan oleh dunia industri harus dapat meningkatkan kualitas lulusannya. Pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan dunia industri, harus ditanamkan pada peserta didik di SMK sebagai bekal untuk masuk dunia industri. Sebagai salah satu usaha tersebut, setiap SMK bidang teknologi dan industri selalu membekali peserta didik tentang pengetahuan perkakas tangan. Pengetahuan tentang perkakas tangan pada umumnya terangkum dalam mata pelajaran kerja bangku. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi manusia produktif, ,mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah. Pembelajaran kerja bangku meliputi teori dan praktik jadi pada umumnya dilaksananakan di ruang kelas untuk teori dan di bengkel untuk praktik seperti halnya di SMK Negeri 1 Seyegan. SMK yang terletak di Sleman dan merupakan salah satu SMK Negeri di Sleman yang bergerak dibidang teknologi dan rekayasa. Berdasarkan hasil observasi di Jurusan Tenik Fabrikasi Logam ternyata peralatan dan fasilitas bengkel yang digunakan untuk praktik kerja bangku cukup lengkap, serta tenaga pengajar yang terdiri dari 9 orang guru dengan jenjang pendidikan S1 sebanyak 6 orang, S2 sebanyak 1 orang dan tidak diketahui jenjang pendidikannya sebanyak 2 orang, hanya saja ada beberapa hal yang perlu disempurnakan. Adapun hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran kerja bangku di SMK Negeri 1 Seyegan: 1 metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran kerja bangku berupa ceramah, demonstrasi, dan latihan; 2 media pembelajaran yang dipakai masih menggunakan OHP; 3 simulasi yang diberikan oleh guru hanya sebatas demonstrasi yang dipresentasikan, kemudian peserta didik mengikutinya dengan latihan. Simulasi tersebut oleh guru dinilai kurang efektif, karena setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menangkap materi demonstrasi yang disampaikan guru, selain itu juga pembelajaran kerja bangku diajarkan pada peserta didik baru. Akibatnya, guru harus mejelaskan satu per satu peserta didik agar mampu mengikuti penugasan yang ada; 4 nilai rata-rata mata pelajaran kerja bangku tahun ajaran 20102011 untuk TFL 1 sebesar 79,05 dan untuk kelas TFL 2 sebesar 78,02. Sedangkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik, didapat hasil antara lain sebagai berikut: 1 Belum adanya ringkasan materi yang diberikan kepada peserta didik; 2 sebagian besar peserta didik tidak mencatat materi yang disampaikan guru; 3 sebagian besar peserta didik tidak memahami materi yang disampaikan guru; 4 sesampainya di rumah, sebagian besar peserta didik tidak mempelajari kembali materi yang telah disampaikan guru sehingga ketika diadakan tes peserta didik banyak yang tidak bisa mengerjakan. Berdasarkan pemaparan di atas, maka pengadaan media pembelajaran guna mendukung peningkatan kualitas proses belajar mengajar pada pembelajaran kerja bangku merupakan suatu hal yang perlu dilaksanakan. Media pembelajaran yang dibutuhkan nantinya mengacu pada kriteria- kriteria, antara lain: 1 Ada tidaknya dana dan fasilitas untuk memproduksinya; 2 Media tidak harus berbentuk digital mengingat media yang digunakan di bengkel kerja bangku SMK Negeri 1 Seyegan berupa OHP; 3 Media yang dibuat ringkas namun mencakup seluruh materi dan mampu mengatasi keterbatasan alokasi waktu, kemudahan peserta didik dalam menggunakannya. Pemilihan media tidak bisa asal-asalan, sering kali terjadi salah tafsir penggunaan alat bantu pengajaran menjadikan pekerjaan guru lebih efisien. Padahal sebenarnya, alat bantu pengajaran lebih banyak berguna membantu peserta didik belajar ketimbang guru mengajar. Setelah mengetahui faktor- faktor penghambat tujuan pembelajaran kerja bangku dan kriteria-kriteria media yang dibutuhkan, maka peneliti mencoba menerapkan media pembelajaran cetak. Diantara media pembelajaran cetak yang ada handout dinilai yang paling tepat untuk diterapkan mengingat mata pelajaran kerja bangku terdiri dari teori dan praktik sehingga handout cocok digunakan karena sifat kepraktisannya selain itu pada mata pelajaran kerja bangku belum tersedia handout. Adapun maksud utama pemberian handout tersebut, yaitu untuk menunjang kemandirian belajar peserta didik, menuntut peserta didik untuk tetap aktif dalam pembelajaran, dan membantu peserta didik lebih memahami materi secara utuh. Dengan adanya pengembangan handout pembelajaran kerja bangku diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran kerja bangku di SMK Negeri 1 Seyegan.

B. Identifikasi Masalah