Uji Stapylococcus a ureus

lxxxi Tidak hanya uji biokimia tetapi juga dilakukan uji serologi. Uji serologi dilakukan untuk membedakan bakteri berdasarkan sifat-sifat antigeniknya. Identifikasi dengan pengamatan terbentuk atau tidaknya aglutinasi atau penjendalan setelah penambahan antisera polivalen atau antigen O, H, Vi. Indikasi adanya Salmonella terlihat terbentuknya aglutinasi setelah penambahan antigen O, H, Vi. Menurut Fardiaz, 1993 Salmonella mempunyai beberapa jenis antigen yaitu antigen O somatik, H flagella, K Kapsul, dan Vi kapsul virulen. Sehingga dalam pengujian serologi, sampel dikatakan positif adanya Salmonella ditunjukkan dengan terjadinya aglutinasi setelah penambahan antisera polivalen atau antigen O, H, Vi.

d. Uji Stapylococcus a ureus

Pada umumnya untuk mengidentifikasi bakteri pathogen, misalnya Stapylococcus aureus, metode identifikasi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis produk olahan pangan akan kehadiran bakteri Stapylococcus aureus dilakukan berdasarkan Prosedural Operasional Baku Metode Analisis Mikrobiologi Badan Pengawas Obat dan Makanan. Uji ini untuk menetapkan angka Staphylocpccus aureus dalam makanan dan minuman. Dimana menumbuhkan Staphylococcus aureus pada media lempeng yang sesuai, mereduksi Kalium telurit, menghidrolisis kuning telur dan mengkoagulasi plasma. Dalam analisis Staphylococcus aureus menggunakan hitungan cawan dengan metode tuang. Media pertumbuhan yang digunakan adalah BPA yang ditambahkan dengan Kalium Tellurit EY. Identifikasi awal meliputi seleksi pada medium BPA dan EY, uji biokimiawi, dan pewarnaan gram. Selanjutnya dilakukan uji koagulase menggunakan plasma kelinci. Pada uji koagulase, kuman S. aureus akan menunjukkan reaksi positif dengan menunjukkan terjadinya aglutinasi dengan serum kelinci pada tabung reaksi Keberadaan S. aureus dalam pangan, khususnya produk olahan hewan juga membahayakan bagi masyarakat karena diketahui bahwa kuman ini mengandung berbagai macam enterotoksin. Dari hasil pengamatan penumbuhan dicawan petri dengan media BPA diketahui bahwa semua isolate dari pengenceran hasilnya tidak ada dugaan koloni lxxxii S. aureus yang tumbuh. Koloni S. aureus adalah bulat, halus, konveks, lembab, diameter 2-3 nm, berwarna abu-abu kehitaman. Apabila pada uji identifikasi dugaan S. aureus hasilnya positif maka dilanjutkan pada tahap konfirmasi. Dimana tahap ini untuk mengindikasikan bahwa yang diduga tersebut murni S. aureus. Isolate positif diinokulasi pada agar miring TSA dan kemudian diinokulasikan dalam larutan BHIB. Setelah diinkubasi, ditambahkan plasma kelinci, proses terjadi tidaknya koagulasi pada tahap ini. Koagulase merupakan protein ekstraseluler yang dihasilkan oleh S. aureus yang dapat menggumpalkan plasma dengan bantuan faktor yang terdapat dalam serum. Faktor koagulase coagulase reacting factor, CRF serum bereaksi dengan koagulase untuk menghasilkan esterase dan aktivitas pembekuan dengan cara sama seperti pengaktifan protrombin menjadi trombin. Menurut Isrina, 2005 bahwa reaksi ini terjadi berdasarkan reaksi antara S. aureus dengan fibrinogen yang terdapat dalam serum yang ditunjukkan dengan media tetap ditempatnya apabila membalikkan tabung. Oleh karena itu peran koagulase yang dihasilkan oleh S. aureus ini dapat digunakan sebagai sarana mendiagnosa positif S. aureus dan kriteria penentuan S. aureus. Dari perngujian S. aureus pada sampel abon ikan tuna diperoleh hasil angka Staphylococcus aureus abon adalah 10 koloni. Hasil ini telah memenuhi syarat dalam SNI 01-3707-1995 yang mensyaratkan angka Staphylococcus aureus untuk abon adalah 0 koloni. Dengan pemeriksaan terhadap Staphylococcus aureus yang dilakukan, sampel Abon ikan tuna berada pada batas toleransi sehingga aman untuk dikonsumsi.

2. Pengujian M ikrobiologi Kecap