commit to user
melakukan praktek tersebut. Dan juga Undang-Undang yang melandasi hukum tersebut terkdang tidak jelas dan masih
dimungkinkan adanya bias sehingga para cukong kayu ilegal masih mempunyai celah untuk lolos dari hukum.
5 Kurangnya koordinasi antara Departemen-departemen pemerintah. Koordianasi antar departemen-depertmen pemerintah dan juga aparat
hukum dan peradilan kurang sehingga menimbulkan celah untuk melakukan perbuatan suap-menyuap untuk memperlancar dalam
lingkungan departemen tertentu. 6 Integritas dan transparansi antar aparat hukum rendah.
Integritas penegak hukum Polisi hutan, Polri, Jaksa, TNI, hakim yang sangat rendah yang berpotensi melahirkan kompromi-kompromi
dalam proses penegakan hukum. Transparansi pelaksanaan hukum yang rendah juga memungkinkan terjadinya praktek korupsi dan
kolusi mendukung Illegal logging menjadi lebih mudah.
3. Tinjauan tentang Putusan Mahkamah Agung
Penegakan hukum di Indonesia dapat diibaratkan bagai menegakkan benang basah. Law enforcement hanya slogan dan retorika tak bermutu.
Kenyataan di lapangan menunjukkan, hukum bukan lagi keadilan melainkan identik dengan uang. Hukum dan keadilan dapat dibeli, pengadilan tak
ubahnya seperti balai lelang. Siapa yang menjadi pemenang, bergantung pada
jumlah penawaran. Pemenangnya tentu yang mampu memberikan penawaran
tertinggi. Kalau lelang dilakukan dalam amplop tertutup, di pengadilan tawar menawar
dilakukan dalam sidang terbuka. Akibatnya, hukum menjadi barang mahal di
negeri ini. Setidaknya ada 5 lima faktor yang mempengaruhi penegakan
hukum, mencakup : a. substansi hukum, yaitu peraturan
perundang-undangan; b. faktor struktur hukum, yaitu penegak hukum yang
menerapkan hukum; c. faktor sarana atau fasilitas yang mendukung
penegakan hukum;
commit to user
d. faktor masyarakat, yaitu lingkungan tempat hukum tersebut berlaku atau
diterapkan,dan; e. faktor budaya, yaitu hasil karya,
cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Dari faktor-faktor tersebut, bagi sosiolog hukum yang lebih diutamakan adalah integritas penegak hukum ketimbang substansi hukumnya. Soetandyo
Wignyosubroto mengutip pendapat Taverne menyatakan, berikanlah aku hakim
yang baik, jaksa yang baik, dan polisi yang baik, meski dengan undang-undang
yang kurang baik sekalipun, hasil yang dicapai pasti akan lebih baik.
a. Pengertian Mahkamah Agung
Pengertian mahkamah agung menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 Tentang Mahkamah Agung : Menurut Pasal 1 yang berbunyi :
“ Mahkamah Agung adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 ”. Menurut Pasal 2 yang berbunyi :
“ Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara Tertinggi dari semua lingkungan peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari
pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya ”. Berdasarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor IIIMPR1978 tentang kedudukan dan hubungan Tata kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan atau antar lembaga-lembaga
Tinggi Negara dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, Mahkamah Agung
diberi kekuasaan dan kewenangan untuk : 1 Memeriksa dan memutus;
2 Permohonan kasasi;
commit to user
3 Sengketa tentang kewenangan mengadili; 4 Permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap. 5 Memberikan pertimbangan dalam bidang hukum, baik diminta
maupun tidak, kepada Lembaga Tinggi Negara; 6 Memberikan nasihat hukum kepada Presiden selaku Kepala Negara
untuk pemberian atau penolakan grasi; 7 Menguji secara materiil hanya terhadap peraturan perundangan-
undangan dibawah undang-undang; 8 Melaksanakan tugas dan kewenagan lain berdasarkan Undang-
Undang.
Untuk dapat menyelenggarakan kekuasaan dan kewenangan tersebut dengan sebaik-baiknya, Mahkamah Agung melaksanakan hal-hal
sebagai berikut : 1 Wewenang pengawasan meliputi :
a Jalannya peradilan; b Pekerjaan pengadilandan tingkah laku para hakim di semua
lingkungan peradilan; c Pengawasan yang dilakukan terhadap penasihat hukum dan notaris
sepanjang yang menyangkut peradilan; d Pemberian peringatan, teguran, dan petunjuk yang diperlukan.
2 Meminta keterangan dan pertimbangan dari : a Pengadilan disemua lingkungan peradilan;
b Jaksa Agung; c Pejabat lain yang diserahi tugas penuntutan perkara pidana.
3 Membuat peraturan sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran jalannya
peradilan. 4 Mengatur sendiri administrasinya baik mengenai administrasi peradilan
maupun administrasi umum.
commit to user
b. Pengertian Putusan
Putusan hakim dapat diartikan sebagai putusan pengadilan yang merupakan hasil akhir dari proses peradilan tersebut berupa putusan
pengadilan, atau sering juga digunakan kata kata putusan hakim, oleh karena hakimlah yang memimpin sidang pengadilan itu. Peradilan
menunjuk kepada proses mengadili, sedang pengadilan merupakan salah satu lembaga dalam proses tersebut. Lembaga-lembaga lain yang terlibat
dalam proses mengadili adalah kepolisian, kejaksaan, dan advokat. Macam-macam putusan hakim, menurut isinya maka putusan
hakim pada tahap akhir ada tiga macam, yaitu : 1 Putusan Pemidanaan strafrecht
Putusan pemidanaan adalah putusan yang berisi penghukuman atau putusan yang berisi pernyataan salah terdakawa. Hal ini sesuai dengan
asas dalam hukum pidana, tiada pidana tanpa kesalahan jo. Pasal 193 ayat 1 KUHAP jo. Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1970 jo. Pasal 183 KUHAP. Jadi terdakwa dipidana sebagai akibat kesalahan.
2 Putusan Bebas vrijspraak Apabila didakwakan kepadanya tidak terbukti dengan sah dan
menyakinkan, maka hakim memutus bebas terhadap terdakwa Pasal 191 ayat 1 KUHAP.
3 Putusan Lepas
dari segala
tuntutan hukum
onslag van
allerechtsvervolging Putusan ini dijatuhkan jika perbuatan terdakwa yang terbukti itu tidak
merupakan suatu tindak pidana baik kejahatan maupun pelanggaran Pasal 191 ayat 2 KUHAP.
Terhadap putusan hakim yang bebas maupun yang lepas dari segala tuntutan hukum mempunyai akibat hukum yang sama yaitu tidak adanya
pidana sehingga terdakwa segera dibebaskan dalam hal ia ditahan, serta biaya perkara ditanggung dan terdakwa harus direbilitir. Terhadap putusan
commit to user
bebas tidak dapat diajukan banding atau diajukan kasasi, tetapi terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dapat diajukan permohonan
kasasi.
B. Kerangka Pemikiran
1. Bagan Kerangka Pemikiran