Tinjauan tentang Tindak Pidana

commit to user 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Tindak Pidana

a. Pengertian Tindak Pidana

Strafbaar feit Pembentukan undang-undang menggunakan perkataan ”strafbaar feit” untuk menyebutkan apa yang dikenal dengan ”tindak pidana” didalam suatu Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Kata ”feit” sendiri dalam bahasa belanda berarti ”sebagian dari suatu kenyataan” dan ”strafbaar” berarti ”dapat dihukum”, sehingga secara harfiah perkataan ”strafbaar feit” dapat diterjemahkan sebagai ”sebagian dari suatu kenyataan yang dapat dihukum” P.A.F Lamintang, 1997 : 181. Para ahli hukum mempunyai pandangannya sendiri dalam memberikan pengertian mengenai tindak pidana. Beberapa ahli hukum yang memberikan definisi diantaranya yaitu : 1 Menurut Moeljatno mendefinisikan tindak pidana sebagai perbuatan pidana yaitu perbuatan yang dilarangan oleh suatu aturan hukum yang disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. 2 Menurut Pompe strafbaar feit sebenarnya tidak lain dari suatu tindakan yang menurut rumusan Undang-Undang dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum. 3 Menurut Vos memberikan definisi strafbaar feit adalah suatu kelakuan manusia yang diancam pidana oleh peraturan perundang- undangan. 4 Menurut R. Tresna memberikan definisi peristiwa pidana sebagai suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia, yang bertentangan dengan Undang-Undang atau peraturan perundang-undangan lainnya, commit to user terhadap perbuatan mana diadakan tindakan penghukuman Adami Chazawi, 2002 : 72 .

b. Unsur-unsur Tindak Pidana

Untuk menguraikan pengetahuan hukum pidana, terdapat dua pandangan mengenai unsur-unsur tindak pidana, yaitu : 1 Pandangan Monistis , yaitu bahwa untuk adanya tindak pidana maka harus ada perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. Para ahli yang berpendapat demikian tidak memisahkan antara unsur adanya perbuatan, unsur pemenuhan rumusan undang-undang, dan unsur sifat melawan hukum sebagai perbuatan pidana dengan unsur kemampuan bertanggungjawab, unsur adanya kesalahan, dan unsur alasan penghapusan pidana sebagai pertanggungjawaban pidana. 2 Pandangan Dualistis, yaitu bahwa adanya pemisahan antara perbuatan pidana dengan pertanggungjawaban pidana, dimana jika hanya ada unsur perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang serta melawan hukum saja maka sudah cukup untuk mengatakan bahwa itu adalah tindak pidana dan dapat dipidana. Selain dari kedua pandangan tersebut, unsur-unsur tindak pidana juga dikemukakan oleh para ahli hukum, unsur akan disampaikan menurut Moeljatno, R. Tresna, Vos, dan Jonkers. Menurut Moeljatno, unsur tindak pidana adalah : 1 Perbuatan; 2 Yang dilarang oleh aturan hukum ; 3 Ancaman pidana bagi yang melanggar larangan . Menurut R. Tresna, Tindak Pidana terdiri dari Unsur-unsur, yaitu : 1 Perbuatan rangkaian perbuatan manusia ; 2 Yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; 3 Diadakan tindakan penghukuman. commit to user Menurut batasan yang diberikan oleh Vos, unsur-unsur tindak pidana yaitu : 1 Kelakuan manusia; 2 Diancam dengan pidana; 3 Dalam peraturan perundang-undangan. Menurut Batasan yang diberikan Jonkers, unsur-unsur Tindak Pidana antara lain : 1 Perbuatan; 2 Melawan hukum yang berhubungan dengan ; 3 Kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dapat ; 4 Dipertanggungjawabkan. Selain pendapat dari pakar ahli hukum, terdapat juga pandangan dari Undang-Undang kenyataan tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana tertentu dalam pasal- pasal peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari rumusan- rumusan tindak pidana tertentu yang terdapat dalam KUHP, maka unsur- unsur tindak pidana yaitu : 1 Unsur tingkah laku aktif dan pasif ; 2 Unsur sifat melawan hukum; 3 Unsur kesalahan schuld , terdiri dari kesengajaan, kelalaian atau culpa; 4 Unsur akibat konstitutif; 5 Unsur keadaan yang menyertai; 6 Unsur syarat tambahan untuk dapat dituntut pidana; 7 Syarat tambahan untuk memperberat pidana; 8 Unsur syarat tambahan untuk dapat dipidana. Perbuatan yang dapat dikategorikan termasuk di dalam suatu perbuatan melawan hukum atau tindak pidana atau tidak, maka dapat dilihat dari unsur-unsur perbuatan tersebut. Adapun yang termasuk dalam unsurunsur tindak pidana menurut Hazewinkel Suringa meliputi : commit to user 1 Unsur kelakuan orang: 2 Unsur akibat pada tindak pidana yang dirumuskan secara materiil; 3 Unsur Psikis dengan sengaja atau dengan alpa; 4 Unsur objektif yang menyertai keadaan tindak pidana, seperti di muka umum; 5 Unsur syarat tambahan untuk dapat dipidananya perbuatan pasal 164, 165 KUHP disyaratkan tindak pidana terjadi; 6 Unsur melawan hukum.

c. Penggolongan Tindak Pidana

Penggolongan jenis-jenis tindak pidana didalam KUHP, terdiri atas kejahatan dan pelanggaran. Penggolongan untuk kejahatan di dalam Buku II KUHP dan pelanggaran didalam Buku III KUHP. Undang-undang hanya memberikan penggolongan kejahatan dan pelanggaran, tetapi tidak memberikan artian yang jelas. Para pembentuk KUHP berusaha untuk menemukan suatu pembagian yang lebih tepat mengenai jenis-jenis tindakan melawan hukum, semula telah membuat suatu pembagian yang disebut rechtsdelicten dan wetsdelicten. Sesuai dengan penjelasan di atas tersebut didasarkan pada sebuah azas, yaitu : 1 Merupakan suatu kenyataan bahwa memang terdapat sejumlah tindakan-tindakan yang mengandung suatu ”onrecht” hingga orang pada umumnya memandang pelaku-pelakunya pantas untuk di hukum, walaupun tindakan tersebut oleh undang-undang tidak dinyatakan sebagai tindakan-tindakan yang terlarang didalam undang-undang. 2 Tetapi terdapat sejumlah tindakan-tindakan di mana orang pada umumnya baru mengetahui sifatnya dari tindakan tersebut sebagai tindakan-tindakan yang bersifat melawan hukum, hingga pelakunya dapat dihukum setelah tindakan tersebut dinyatakan sebagai tindakan yang dilarang di dalam Undang-Undang. commit to user Perbedaan antara kejahatan dan pelanggaran dalam KUHP ada kecenderungan untuk mengikuti pandangan kuantitatif, sekalipun ada penyimpangan dalam beberapa hal kejahatan dan pelanggaran mempunyai derajat yang sama Bambang Poernomo,1982 : 96-97. Perbuatan dapat dikatakan tindak pidana atau tidak, bukan hanya diukur dari unsur yang terdapat di dalamnya, tetapi pada dasarnya tindak pidana itu sendiri terbagi atas beberapa bagian yang mana di dalam pembagian tersebut diharapkan dapat mempermudah di dalam mencerna serta memahami semua aturan yang terdapat didalam peraturan perundangundangan, yang mana pembagian dari tindak pidana meliputi atas : 1 Tindak pidana kejahatan dan tindak pidana pelanggaran; 2 Tindak pidana formal dan tindak pidana materiil; 3 Tindak pidana dengan kesengajaan dan tindak pidana kealpaan; 4 Tindak pidana aduan dan tindak pidana bukan aduan; 5 Tindak pidana commissionis, tindak pidana omissionis, dan tindak pidana commissionis per omisionem commisa; 6 Delik yang berlangung terus dan delik yang tidak berlangsung terus; 7 Delik tunggal dan delik berganda; 8 Tindak pidana sederhana dan tindak pidana yang ada pemberatannya; 9 Tindak pidana ringan dan tindak pidana berat; 10 Tindak pidana ekoonomi dan tindak pidana politik.

2. Tinjauan tentang Hutan dan