11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Teori Pembangunan Daerah
Pembangunan daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuksuatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut Arsyad, 1999. Pada dasarnya pembangunan daerah tidak bisa dilepaskan kaitannya
dengan pembangunan nasional, salah satu sasaran pembangunan nasional Indonesia adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil
pembangunan, termasuk di dalamnya pemerataan pendapatan antar daerah wilayah. Untuk mencapai sasaran di atas bukanlah pekerjaan ringan karena pada
umumnya pembangunan ekonomi suatu daerah berkaitan erat dengan potensi ekonomi dan karakteristik yang dimilikinya.
Pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama yaitu meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat lokal, dalam
upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif membangun daerahnya. Oleh
karena itu pemerintah daerah harus berupaya menggunakan sumber daya yang ada
Universitas Sumatera Utara
12
di daerah tersebut dengan sebagaimana mestinya untuk kemakmuran rakyat banyak dan mendorong perekonomian untuk maju.
Pembangunan ekonomi daerah perlu memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang terhadap isu-isu ekonomi daerah yang dihadapi, dan perlu
mengkoreksi kebijakan yang keliru. Pembangunan ekonomi daerah merupakan bagian dari pembangunan daerah secara menyeluruh. Dua prinsip dasar
pengembangan ekonomi daerah yang perlu diperhatikan adalah 1 mengenali ekonomi wilayah dan 2 merumuskan manajemen pembangunan daerah yang
pro-bisnis.Herry Darwanto,2002 Isu-isu perkembangan ekonomi daerah yang perlu dikenali adalah sebagai
berikut: a.
Perkembangan Penduduk dan Urbanisasi Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama pertumbuhan ekonomi,
yang mampu menyebabkan suatu wilayah berubah cepat dari desa pertanian menjadi agropolitan dan selanjutnya menjadi kota besar. Pertumbuhan penduduk
terjadi akibat proses pertumbuhan alami dan urbanisasi. b.
Sektor Pertanian Di setiap wilayah berpenduduk selalu terjadi kegiatan pembangunan,
namun ada beberapa wilayah yang pembangunannya berjalan di tempat atau bahkan berhenti sama sekali, dan wilayah ini kemudian menjadi wilayah kelas
kedua dalam kegiatan ekonomi. Hal ini mengakibatkan penanam modal dan pelaku bisnis keluar dari wilayah tersebut karena wilayah itu dianggap sudah tidak
layak lagi untuk dijadikan tempat berusaha. Akibatnya laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu menjadi semakin lambat.
Universitas Sumatera Utara
13
c. Sektor Pariwisata
Pariwisata memberikan dukungan ekonomi yang kuat terhadap suatu wilayah. Industri ini dapat menghasilkan pendapatan besar bagi ekonomi lokal.
Kawasan sepanjang pantai yang bersih dapat menjadi daya tarik wilayah, dan kemudian berlanjut dengan menarik turis dan penduduk ke wilayah tersebut.
Sebagai salah satu lokasi rekreasi, kawasan pantai dapat merupakan tempat yang lebih komersial dibandingkan kawasan lain, tergantung karakteristiknya. Sebagai
sumber alam yang terbatas, hal penting yang harus diperhatikan adalah wilayah pantai haruslah menjadi aset ekonomi untuk suatu wilayah.
Wisata ekologi memfokuskan pada pemanfaatan lingkungan. Kawasan wisata ekologi merupakan wilayah luas dengan habitat yang masih asli yang dapat
memberikan landasan bagi terbentuknya wisata ekologi. Hal ini merupakan peluang unik untuk menarik pasar wisata ekologi. Membangun tempat ini dengan
berbagai aktivitas seperti berkuda, surfing, berkemah, memancing dll. akan dapat membantu perluasan pariwisata serta mengurangi kesenjangan akibat
pengganguran. Wisata budaya merupakan segmen yang berkembang cepat dari industri
pariwisata. Karakter dan pesona dari desakota kecil adalah faktor utama dalam menarik turis. Namun kegiatan pariwisata bersifat musiman, sehingga banyak
pekerjaan bersifat musiman juga, yang dapat menyebabkan tingginya tingkat pengangguran pada waktu-waktu tertentu. Hal ini menyebabkan ekonomi lokal
dapat rentan terhadap perputaran siklus ekonomi. Ekonomi wilayah sebaiknya tidak berbasis satu sektor tertentu. Keaneka-
ragaman ekonomi diperlukan untuk mempertahankan lapangan pekerjaan dan
Universitas Sumatera Utara
14
untuk menstabilkan ekonomi wilayah. Ekonomi yang beragam lebih mampu bertahan terhadap perkembangan ekonomi.
d. Kualitas Lingkungan
Persepsi atas suatu wilayah, apakah memiliki kualitas hidup yang baik, merupakan hal penting bagi dunia usaha untuk melakukan investasi. Investasi
pemerintah daerah yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat sangat penting untuk mempertahankan daya saing.
e. Keterkaitan Wilayah dan Aglomerasi
Kemampuan wilayah untuk mengefisienkan pergerakan orang, barang dan jasa adalah komponen pembangunan ekonomi yang penting. Suatu wilayah perlu
memiliki akses transportasi menuju pasar secara lancar. Jalur jalan yang menghubungkan suatu wilayah dengan kota-kota lebih besar merupakan prasarana
utama bagi pengembangan ekonomi wilayah.
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah
Menurut Samsubar Saleh dalam Nasrul 2010 pendapatan daerah merupakan suatu komponen yang sangat menentukan berhasil tidaknya
kemandirian pemerintah KabupatenKota dalam rangka otonomi daerah saat ini. Salah satu komponen yang sangat diperhatikan dalam menentukan tingkat
kemandirian daerah dalam rangka otonomi daerah adalah sektor Pendapatan Asli Daerah PAD.
Adapun yang termasuk dalam Pendapatan Asli Daerah menurut Murbanto 2015 adalah sebagai berikut :
a. Hasil Pajak Daerah
b. Hasil Retribusi Daerah
Universitas Sumatera Utara
15
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, meliputi :
- Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
- Jasa giro
- Pendapatan bunga
- Keuntungan selisih nilai tukar rupiah dengan mata uang asing
- Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan pengadaan barang atau jasa oleh daerah tersebut.
2.1.3 Pariwisata
Menurut Kodhyat dalam Spillane 1985 definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan
perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,
budaya, alam, dan ilmu. Seseorang dapat melakukan perjalanan dengan berbagai cara karena alasan
yang berbeda-beda pula. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi ketiga persyaratan yang diperlukan, yaitu :
- Harus bersifat sementara
- Harus bersifat sukarela dalam arti tidak terjadi karena dipaksa
- Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran
Berkembangnya pariwisata akan berakibat ganda terhadap lain-lain sektor pula, seperti bidang pertanian, peternakan, kerajinan rakyat, mebel, tekstil, dan
lain-lain kegiatan yang produknya diperlukan untuk menunjang perkembangan pariwisata khususnya hotel dan restoran.
Universitas Sumatera Utara
16
Adapun sifat yang khusus mengenai industri pariwisata yaitu : a.
Produk wisata mempunyai ciri bahwa ia tidak dapat dipindahkan. Orang tidak bisa membawa produk wisata pada konsumen, tetapi
konsumen itu sendiri harus mengunjungi, mengalami, dan datang untuk menikmati produk wisata itu.
b. Dalam pariwisata produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang sama.
Tanpa konsumen yang sedang menggunakan jasa-jasa itu tidak akan terjadi produksi.
c. Sebagai suatu jasa, maka peristiwa memiliki berbagai ragam bentuk.
Oleh karena itu dalam bidang pariwisata tidak ada standar ukuran yang objektif, sebagaimana produk lain yang nyata.
d. Konsumen tidak dapat mencicipi produk itu sebelumnya bahkan tidak
dapat menguji atau mengetahui produk itu sebelumnya. Yang dapat dilihat hanyalah brosur ataupun gambar.
e. Dari segi usaha, produk wisata merupakan usaha yang mengandung
resiko besar. Industri pariwisata memerlukan penanaman modal yang besar, sedangkan permintaan sangat peka terhadap perubahan situasi
ekonomi, politik dan sikap masyarakat atau kesenangan wisatawan dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut dapat menggoyahkan
sendi-sendi penanaman modal uaha kepariwisataan karena bisa mengakibatkan kemunduran usaha.
Universitas Sumatera Utara
17
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pariwisata
Mata rantai industri pariwisata yang berupa hotel atau penginapan, restoran atau jasa boga, usaha wisata objek wisata, souvenir, dan hiburan, dan
usaha perjalanan wisata travel agent atau pemandu wisata dapat menjadi sumberpenerimaan daerah yang berupa pajak daerah, retribusi daerah, laba
BUMD, pajak dan bukan pajak Badrudin, 2001. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan daerah dari sektor
pariwisata adalah sebagai berikut : a.
Jumlah objek wisata Menurut Mursid dalam Ardiani2013 , objek wisata merupakan potensi yang
menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka objek wisata harus dirancang
dan dibangun atau dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa
berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah wisata tersebut. Objek wisata umumnya berdasarkan pada :
- Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
- Adanya ciri khususspesifikasi yang bersifat langka
- Objek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam
pegunungan, sungai, pantai, pasir, huta, dan sebagainya. -
Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai
luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.
Universitas Sumatera Utara
18
b. Tingkat Hunian Hotel
Tingkat hunian hotel merupakan suatu keadaan sampai sejauh mana jumlah kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh jumlah kamar yang
mampu untuk dijual Vicky Hanggara, 2009. Sedangkan menurut Darmadjati 2006 mengatakan bahwa tingkat hunian hotel adalah persentase dari kamar-
kamar yang terisi atau disewakan kepada tamu yang dibandingkan dengan jumlah seluruh kamar yang disewakan yang diperhitungkan dalam jangka waktu,
misalnya harian,bulanan atau tahunan. Dengan tersedianya kamar hotelyang memadai, para wisatawan tidak segan untuk berkunjung ke suatu daerah, terlebih
jika hotel tersebut nyaman untuk disinggahi. Oleh karena itu, industri pariwisata terutama kegiatan yang berkaitan
dengan penginapan yaitu hotel, akan memperoleh pendapatan yang semakin banyak apabila wisatawan tersebut semakin lama menginap Rudi, 2001.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat hunian hotel merupakan persentase dari jumlah kamar hotel yang terjual dibagai total kamar yang tersedia.
c. Jumlah wisatawan
Dalam jurnal Udayanti dan Bagia 2015 yang berjudul Pengaruh Jumlah Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata di
Kabupaten Buleleng Periode 2010-2013 dikatakan menurut Soekadijo 2001 jumlah wisatawan adalah sejumlah orang yang mengadakan perjalanan dan pergi
kesuatu tempat yang akan di datanginya tanpa menetap di tempat tersebut, atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang didatanginya.
Universitas Sumatera Utara
19
Sedangkan mereka yang dianggap sebagai wisatawan adalah orang yang melakukan kesenangan, karena alasan kesehatan dan sebagainya: orang yang
melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan atau dalam kapasitasnya sebagai perwakilan Foster, 1999. Menurut Organisasi Wisata Dunia WTO,
menyebut jumlah wisatawan hasil dari total keseluruhan orang yang bukan penduduk asli yang datang untuk melakukan perjalanan pendek. Adapun menurut
Krapf and Hunziker 1996, seorang pakar pariwisata meyakini bahwa jumlah wisatawan adalah munculnya serangkaian hubungan dari sebuah perjalanan
temporal yang dijalin oleh sejumlah orang yang bukan penduduk asli dengan alasan untuk mencari kesenangan.
2.2 Penelitian Terdahulu