dikenakan bagi pemakai jalan yang melakukan pelanggaran tidak mempunyai kelengkapan surat-surat mengemudi diantaranya Surat Ijin Mengemudi SIM dan
Surat Tanda Nomor Kendaraan STNK.
B. Tugas dan Wewenang Polri dalam Menanggulangi Pelanggaran Lalu Lintas
Penggunaan kata Polisi cenderung berbeda-beda sesuai dengan bahasa dan kebiasaan yang dipakainya seperti di Inggris menggunankan istilah “Police”, di
Jerman “pilizei”, di Belanda “Politie” dan di Amerika digunakan istilah “Sheriff”. Jadi definisi polisi adalah merupakan suatu organ yang ada dalam suatu
Negara sedangkan kepolisian berarti berbicara tentang organ dan fungsinya. Definisi Polisi dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut :
33
Sadjijono menyadur pendapatnya Momo Kelana tentang pengertian polisi sebagi berikut :
“Badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum menangkap orang yang melanggar Undang-Undang dan sebagainya, atau
anggota badan pemerintah pegawai yang bertugas menjaga keamanan dan sebagainya.”
34
Dimana pada jaman itu istilah “polis” memiliki arti yang sangat luas, yakni meliputi seluruh pemerintahan kota termasuk urusan keagamaan atau
“Istilah polisi berasal dan kata “Politeia” yang dalam bahasa Yunani memiliki arti seluruh Pemerintahan Negara kota namun kemudian definisi
ini berubah menjadi seluruh Pemerintah kota dikurangi agama.”
33
Departemen Pendidikan,“Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Balai Pustaka, 2012 hlm 693.
34
Sadjijono, “Fungsi Kepolisian Dalam Melaksanakan Good Gevernance”, Laksbang, Yogyakarta, 2005, hlm 38
Universitas Sumatera Utara
penyembahan terhadap dewa-dewa. Baru kemudian setelah lahirnya agama nasrani urusan keagamaan dipisahkan, sehingga arti “polis” menjadi seluruh
pemerintahan kota dikurangi agama. Selain itu Sadjijono juga menyadur pendapatnya Van Vollenhoven yang
mendefinisikan polisi adalah :
35
Perbedaan Istilah polisi dengan kepolisian ini dikatakan oleh Sadjijono sebagai berikut :
“Politie meliputi organ-organ Pemerintah yang berwenang dan berkewajiban untuk mengusahakan pengawasan dan pemaksaan jika
diperlukan agar yang diperintah untuk berbuat atau tidak berbuat menurut kewajiban masing-masing.”
Definisi politie menurut Van Vollenhoven tersebut fungsi dijalankan atas kewenangan dan kewajiban untuk mengadakan pengawasan dan bila perlu dengan
paksaan yang dilakukan dengan cara memerintah untuk melaksanakan kewajiban umum, mencari secara aktif perbuatan yang tidak melaksanakan kewajiban
umum, memaksa yang diperintah untuk melakukan kewajiban umum dengan perantara pengadilan, dan memaksa yang diperintah untuk melaksanakan
kewajiban umum tanpa perantara pengadilan.
36
35
Sadjijono, Ibid, hlm 38.
36
Sadjijono, Ibid, hlm 41.
“Polisi sebagai suatu wadah atau organisasi yakni suatu lembaga pemerintahan yang terorganisasi dan struktur dalam ketatanegaraan yang
oleh undang-undang diberi tugas dan wewenang dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan kepolisian.Sedangkan Kepolisian menunjukan
kepada tugas dan wewenang yang diberikan oleh undang-undang yakni fungsi refresif dan fungsi preventif.Untuk menjamin ditaatinya norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat.”
Universitas Sumatera Utara
Sebagai fungsi menunjuk pada tugas dan wewenang yang diberikan oleh undang-undang yakni fungsi refresif dalam rangka
penegakan hukum dan fungsi preventif melalui pemberian perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.Dikaitkan dengan tugas
intinya menunjuk kepada tugas yang secara universal untuk menjamin ditaatinya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat untuk
memelihara keamanan, ketertiban dan ketenteraman dalam menjamin kelangsungan, kelestarian masyarakat itu sendiri.
Kepolisian menurut dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 BAB I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1, 2, 3 dan 4 mengatakan sebagai berikut
:
37
1. Kepolisian adalah segala hal ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dari lembaga
polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 2.
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia;
3. Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang berdasarkan undang-undang memiliki wewenang umum Kepolisian;
4. Peraturan Kepolisian adalah segala peraturan yang dikeluarkan oleh Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dalam masyarakat dan menjamin keamanan umum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
37
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang “Kepolisian Negara Republik Indonesia”, Fokus Media, Jakarta, hlm 3.
Universitas Sumatera Utara
Norma hukum memiliki tugas sangat penting yakni untuk menjaga kedamaian hidup bersama berarti terwujudnya keadaan yang tertib atau rasa aman
dan ketenteraman atau ketenangan dalam kehidupan masyarakat. Berbeda dengan norma-norma lainnya sifat dari norma hukum adalah dapat dipaksakan kepada
tiap individu dalam masyarakat oleh suatu otoritas, karena norma hukum ini memiliki daya ikat bagi setiap individu, serta kemungkinan untuk dijatuhkannya
sanksi bagi individu yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma hukum.
Parsudi Suparlan mengatakan tentang fungsi kepolisian dalam masyarakat modern adalah :
38
1. Polri dalam masyarakat yang modern dan demokrasi dimanapun memiliki
fungsi pelayanan keamanan kepada individu, komuniti masyarakat setempat dan negara;
2. Untuk dapat berfungsi sebaik-baiknya maka polisi berfungsi sebagai
pengayoman individu dan masyarakat dari berbagai gangguan yang merugikan dan merusak kesejahteraan, penegakan hukum atau menegakkan keadilan
sehingga hukum dapat ditaati dalam masyarakat. Sedangkan menurut Momo Kelana yang disadur oleh Sadjijono
mengatakan bahwa:
39
“Kepolisian dalam arti materiil memberikan jawaban-jawaban terhadap persoalan tugas dan wewenang dalam rangka menghadapi bahaya dan
gangguan keamanan dan ketertiban sesuai dengan ketentuan-ketentuan
38
Parsudi Suparlan, Dari Masyarakat Majemuk Menuju Masyarakat Multikultural, Jakarta: YPKIK, 2008, hlm 147-148.
39
Sadjijono, Op.Cit, hlm 40.
Universitas Sumatera Utara
yang diatur Undang-Undang sehingga norma-norma tersebut dapat terpilihara dengan baik.”
Terjadinya suatu pengkhususan dari fungsi kepolisian itu sendiri, dari fungsi kepolisian yang semula meliputi semua bidang kenegaraan menjadi fungsi
yang khusus memelihara keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat dan menempatkan polisi kepada pengayoman dan pelindung masyarakat.
Dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian menyebutkan tugas pokok kepolisian adalah:
40
1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
2. Menegakkan hukum; dan
3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Penjelasan dari Pasal 13 tersebut menyebutkan bahwa rumusan Pasal tersebut tidak didasarkan pada suatu urutan prioritas, artinya ketiga-tiganya sama
penting. Dalam pelaksanaannya tugas pokok yang akan dikedepankan sangat tergantung pada situasi masyarakat dan lingkungan yang dihadapi karena pada
dasarnya ketiga tugas pokok tersebut memelihara, yakni memelihara ketertiban dan keamanan umum dalam masyarakat yang dilaksanakan secara simultan dan
dapat dikombinasikan. Undang-Undang Kepolisian Pasal 1 ayat 5, keamanan dan ketertiban masyarakat
diartikan sebagai berikut:
41
“Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan
40
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002,Op.Cit, hlm 9
41
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, Ibid, hlm 3
Universitas Sumatera Utara
nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenraman, yang mengandung kemampuan membina
serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-
bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.” Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 adalah sebagai
berikut:
42
1 Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 dan Pasal 14 Kepolisian Negara Indonesia secara umum berwenang:
a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli
terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; b.
Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk- bentuk pengamanan swakarsa;
42
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, Ibid, hlm 11
Universitas Sumatera Utara
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan Peraturan Perundang-undangan lainnya;
h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dan gangguan ketertiban danatau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia; j.
Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi danatau pihak yang berwenang;
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; l.
Melaksanakan tugas lain dalam memberikan pengarahan dan perbuatan sesuai dengan peraturan perundang-undang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan polisi dan masyarakat adalah subyek sekaligus obyek yang tak mungkin terpisahkan polisi lahir karena adanya
masyarakat, dan masyarakat membutuhkan polisi guna menjaga ketertiban, keamanan dan ketenteraman. Keberadaan polisi dalam suatu masyarakat, semua
orang memahaminya sedemikian jauhnya sehingga keberadaannya merupakan suatu esensial, sehingga bilamana peranannya buruk, maka caci maki akan
diterimanya. Ini menandakan bukan karena adanya kebencian melainkan rakyat
Universitas Sumatera Utara
tidak ingin melihat aparat yang melindunginya berperilaku buruk dan bertentangan dengan budayanya, dengan begitu diatur dalam tugas polisi yang
dijelaskan di atas sesuai dengan peraturan yang berlaku saat ini. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 juga diatur mengenai Wewenang
Kepolisian dalam Pasal 16 ayat 1 dan ayat 2 yang berisi:
43
1 Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 dan Pasal 14 Kepolisian Negara Indonesia dibidang proses pidana berwenang untuk:
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
penyitaan; b.
Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam
rangka penyidikan; d.
Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Memanggil orang untuk didengarkan dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi; g.
mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan;
43
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, Ibid, hlm 15
Universitas Sumatera Utara
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi
yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang
yang disangka melakukan tindak pidana; k.
Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
jawab. 2
Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf I adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika
memenuhi syarat sebagai berikut: a.
Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum; b.
Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;
c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan
jabatannya; d.
Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan e.
Menghormati hak asasi manusia. Penyidikkan terhadap pelanggaran lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas
dikota Medan dan kota lainnya, seharusnya sesuai dengan Kitab Undang-undang
Universitas Sumatera Utara
Hukum Acara Pidana dalam pemeriksaan tindak pidana ringan untuk penyidikkan diatur dalam Pasal 207 yang berisi :
44
1 a. Penyidik memberitahukan secara tertulis kepada terdakwa tentang
hari, tanggal, jam dan tempat dia harus mengahadapi sidang pengadilan dan hal tersebut dicatat dengan baik oleh penyidik,
selanjutnya catatan bersama berkas dikirim ke pengadilan; b.
Perkara dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan yang diterima harus segera disidangkan pada hari sidang itu juga.
1 a. Hakim yang bersangkutan memerintahkan panitera mencatat dalam
buku register semua perkara yang diterimanya; b.
Dalam buku register dimulai nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan
pekerja terdakwa, serta apa yang didakwakan kepadanya. Pasal 260 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
Dan Angkutan Jalan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik Kepolisian Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
45
1 Dalam hal penindakan pelanggaran dan penyidikan tindak pidana,
Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia selain dari yang diatur didalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dan
Undang-undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dibidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Berwenang;
44
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Acara Pidana, dan Perdata, Visimedia, Jakarta, 2008, hlm 199.
45
Anggota IKAPI, Op.Cit, hlm 136.
Universitas Sumatera Utara
a. Memberhentikan, melarang atau menunda pengoperasian dan
menyita sementara Kendaraan bermotor yang patut diduga melanggar peraturan berlalu lintas atau merupakan alat dan atau
hasil kejahatan; b.
Melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan berkaitan dengan penyidikan tindak pidana dibidang lalu lintas dan angkutan
jalan; c.
Meminta keterangan dari pengemudi, pemilik kendaraan bermotor dan atau perusahaan angkutan umum;
d. Melakukan penyitaan terhadap Surat Izin Mengemudi, Kendaraan
Bermotor, Muatan, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bemotor, dan atau tanda lulus uji sebagai barang bukti;
e. Melakukan penindakan terhadap tindak pidana pelanggaran atau
kejahatan lalu lintas menurut ketentuan peraturan perundang undangan;
f. Membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan;
g. Menghentikan penyidikan jika tidak terdapat cukup bukti;
h. Melakukan Penahanan yang berkaitan dengan Tindak Pidana
kejahatan lalu lintas; dan atau i.
Melakukan tindakan lain menurut hukum secara bertanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara
2 Pelaksanaan penindakan dan penyidikan tindak pidana sebagaimana
maksud pada ayat 1 dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas bahwa tugas dan wewenang yang disebutkan di dalam Undang-Undang Kepolisian ini.Pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia untuk kepentingan umum dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri.Tindakan menurut
penilaian sendiri disini hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta kode etik profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia. C. Peranan Satlantas Polresta Medan dalam Upaya Penanggulangan
Pelanggaran Lalu Lintas
Hasil penelitian yang diperloleh penulis adalah mengenai peranan Polresta Medan dalam menanggulangi pelanggaran lalu lintas, yaitu:
1 Peran Satlantas Polresta Medan dalam meningkatkan kesadaran berlalu lintas
adalah dengan mengadakan: a.
Sosialisasi Undang-undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. Police Go to Campus;
c. Program safety ridding;
d. Saka Bhayangkara Lalu Lintas;
e. Pemasangan spanduk tertib lalu lintas di berbagai tempat.
Universitas Sumatera Utara
2 Upaya yang dilakukan oleh Satlantas Polresta Medan dalam menangani
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh masyarakat kota Medan adalah dengan cara:
a. Penindakan tilang;
b. Penindakan dengan teguran yaitu dengan cara memberikan penjelasan
tentang pelanggaran yang telah dilakukan oleh pengendara. Bagi pihak Satlantas Polresta Medan sosialisasi menunjukkan banyak
perubahan disiplin berlalu lintas masyarakat kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemberian tilang setelah dilakukannya sosialisasi. Rata-rata tilang yang
diberikan setelah diadakan sosialisasi mengalami penurunan yang sangat signifikan
D. Asas-asas Dalam Melaksanakan Tugas dan Wewenang Kepolisian
Sadjijono mengutip pendapatnya Kelana yang mengatakan bahwa pelaksanaan wewenang kepolisian disandarkan pada tiga asas yakni:
46
1. Asas Legalitas;
2. Asas Plichmatigheid; dan
3. Asas Subsidiaritas.
Asas legalitas adalah asas dimana setiap tindakan polisi harus didasarkan kepada Undang-undang atau Peraturan Perundang-undangan dan bilamana tidak
didasarkan kepada Undang-undang atau Peraturan Perundang-undangan maka dikatakan bahwa tindakan polisi itu melawan hukum Onrechtmatig, hal ini
mengingat polisi adalah merupakan aparat penegak hukum.
46
Sadjijono, Op.cit, hlm 145.
Universitas Sumatera Utara
Asas Plichmatigheid ialah asas dimana polisi sudah dianggap sah berdasarkan atau bersumber kepada kekuasaan atau kewenangan umum, dengan
demikian sudah ada kewajiban bagi polisi untuk memelihara keamanan dan ketertiban umum. Asas ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan tindakan, polisi
dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri untuk memelihara keamanan dan ketertiban umum. Asas ini berkaitan dengan diskresi. Asas Subsidiaritas
merupakan asas yang mewajibkan pejabat polisi untuk mengambil tindakan- tindakan yang perlu sebelum pejabat yang berwenang hadir memiliki inisiatif
sendiri. Asas ini bersumber dari kewajiban polisi untuk memelihara ketertiban dan keamanan umum.
E. Koordinasi dan Pengawasan Penyidikan Pegawai Negeri Sipil dalam Perkembangan Perundang-undangan.