Koefisien Determinasi R Uji F Uji Serempak Kesimpulan Tinjauan Pustaka 1. Karet

Uji Kesesuaian Model Test of Goodness of Fit

a. Koefisien Determinasi R

2 Dari Tabel 10 diperoleh R 2 sebesar 0,914 yang berarti 91,4 variabel terikat yaitu produktivitas kerja karyawan penyadap karet dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas yaitu umur X 1 , tingkat pendidikan X 2 , jumlah tanggungan X 3 , pengalaman bekerja X 4 , upah X 5 dan premi X 6

b. Uji F Uji Serempak

. Sedangkan sisanya 8,6 dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian. Dari Tabel 10 diperoleh nilai signifikansi F sebesar 0,000. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi F lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 0,000 0,05. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari probabilitas 0,05, maka H ditolak dan H 1

c. Uji t Uji Parsial

diterima yang artinya variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja, upah dan premi secara serempak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Dari Tabel 10 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja, upah dan premi secara parsial terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet sebagai berikut :

1. Pengaruh Umur terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

Koefisien regresi umur penyadap karet sebesar 0,085 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus positif antara umur dengan produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Ada kecenderungan bertambahnya Universitas Sumatera Utara umur sebanyak 1 tahun, maka produktivitas kerja karyawan akan meningkat sebanyak 0,085 kgHKPbulan dengan asumsi variabel lain konstan. Hal ini sesuai dengan pendapat Simanjuntak 1985 yang menyatakan bahwa semakin tua seseorang, tanggung jawabnya terhadap keluarga menjadi semakin besar sehingga produktivitas kerja semakin tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Andrianto 2014 yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivtas Tenaga Kerja pada Home Industri Sepatu Kota Surabaya di UKM Home Industrii Sepatu UD. Perkasa Surabaya” yang menyimpulkan bahwa faktor umur memiliki hubungan yang berbanding lurus positif terhadap produktivitas tenaga kerja. Nilai signifikansi t variabel umur yang diperoleh adalah 0,435. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 0,435 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H diterima dan H 1 Dalam penelitian ini faktor umur tidak terlalu mempengaruhi produktivitas kerja dikarenakan pihak perusahaan tidak menetapkan batasan umur untuk merekrut karyawan penyadap karet. ditolak yang artinya variabel umur secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

2. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan

Penyadap Karet Koefisien regresi tingkat pendidikan penyadap karet sebesar – 0,011 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik negatif antara tingkat pendidikan dengan produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Ada kecenderungan bertambahnya tingkat pendidikan sebanyak 1 tahun, maka Universitas Sumatera Utara produktivitas kerja karyawan akan menurun sebanyak 0,011 kgHKPbulan dengan asumsi variabel lain konstan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori Simanjuntak 1985 yang menyatakan bahwa pencapaian pendidikan akan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat. Jadi, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat produktivitasnya. Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan hasil penelitian Manurung 2013 yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Karyawan Pemanen dan Pemupuk di PT. Perkebunan Nusantara IV Sawit Langkat” yang menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan berhubungan positif dengan produktivitas tenaga kerja. Nilai signifikansi t variabel tingkat pendidikan yang diperoleh adalah 0,963. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 0,963 0,05, maka dapat disimpulkan H diterima dan H 1 Hal ini disebabkan karena pekerjaan sebagai penyadap karet tidak memerlukan pendidikan yang tinggi, tamatan SD maupun yang tidak bersekolah pun dapat menjadi seorang penyadap karet. Penyadap karet yang tamatan SMASMK akan lebih malas bekerja dibandingkan dengan penyadap karet yang tidak bersekolah dikarenakan ilmu yang didapat di tingkat SMASMK tidak dapat diterapkan di bidang penyadapan karet. Dalam hal ini penyadap karet yang tamatan SMASMK akan beranggapan bersekolah untuk menjadi penyadap karet ditolak yang artinya variabel tingkat pendidikan secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Universitas Sumatera Utara akan terasa sia-sia sehingga tidak memotivasi penyadap karet untuk lebih meningkatkan produktivitas kerjanya.

3. Pengaruh Jumlah Tanggungan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

Koefisien regresi jumlah tanggungan penyadap karet sebesar 0,003 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus positif antara jumlah tanggungan dengan produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Ada kecenderungan bertambahnya jumlah tanggungan sebanyak 1 orang, maka produktivitas kerja karyawan akan meningkat sebanyak 0,003 kgHKPbulan dengan asumsi variabel lain konstan. Hal ini sesuai dengan pendapat Simanjuntak 1985 yang menyatakan bahwa bagi karyawan berpenghasilan kecil dalam penelitian ini adalah penyadap karet, jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor penting untuk memotivasi peningkatan produktivitas kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Andrianto 2014 yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivtas Tenaga Kerja pada Home Industri Sepatu Kota Surabaya di UKM Home Industrii Sepatu UD. Perkasa Surabaya” yang juga menyimpulkan bahwa faktor jumlah tanggungan memiliki hubungan yang berbanding lurus positif terhadap produktivitas tenaga kerja. Nilai signifikansi t variabel tingkat pendidikan yang diperoleh adalah 0,995. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 0,995 0,05, maka dapat disimpulkan H diterima dan H 1 ditolak yang artinya variabel jumlah tanggungan secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian ini jumlah tanggungan tidak berpengaruh secara siginifikan karena karyawan penyadap karet rata-rata berada di umur 35-39 tahun. Umur ini masih dikatakan tergolong muda karena anak dari penyadap karet rata- rata masih berada di tingkat pendidikan SD dan biaya pendidikan dan kesehatan untuk tingkat SD masih tergolong gratis. Sehingga penyadap karet tidak terlalu memikirkan biaya untuk jumlah tanggungannya.

4. Pengaruh Pengalaman Bekerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

Koefisien regresi pengalaman bekerja penyadap karet sebesar 0,002 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus positif antara pengalaman bekerja dengan produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Ada kecenderungan bertambahnya pengalaman bekerja sebanyak 1 tahun, maka produktivitas kerja karyawan akan meningkat sebanyak 0,002 kgHKPbulan dengan asumsi variabel lain konstan. Hal ini sesuai dengan pendapat Manullang 1984 yang menyatakan bahwa pengalaman bekerja berhubungan positif dengan produktivitas kerja, dimana semakin lama pekerja terlibat dalam pelaksanaan tugasnya, maka pembentukan pengetahuan dan keterampilan akan semakin baik. Hal ini didukung pula dengan hasil penelitian Andrianto 2014 yang menyatakan bahwa pengalaman kerja berhubungan positif terhadap produktivitas kerja dimana apabila seseorang yang semakin lama dapat menguasai bidang pekerjaannya, maka produktivitas kerjanya akan meningkat, dan sebaliknya apabila seseorang yang dengan masa kerja kurang berpengalaman biasanya produktivitasnya rendah. Universitas Sumatera Utara Nilai signifikansi t variabel pengalaman bekerja yang diperoleh adalah 0,990. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 0,990 0,05, maka dapat disimpulkan H diterima dan H 1 Pengalaman bekerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet karena untuk mempelajari proses penyadapan, penyadap karet tidak memerlukan waktu yang sangat lama. Waktu yang diperlukan hanya berkisar dalam hitungan minggu untuk dapat menyadap dengan baik. Sehingga skill yang dimiliki karyawan penyadap karet rata-rata sama. ditolak yang artinya variabel pengalaman bekerja secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

5. Pengaruh Upah terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

Koefisien regresi upah penyadap karet sebesar – 0,00001053 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik negatif antara upah dengan produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Ada kecenderungan bertambahnya upah sebesar Rp 10.000, maka produktivitas kerja karyawan akan menurun sebanyak 0,1053 kgHKPbulan dengan asumsi variabel lain konstan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan pendapat Kurniawan 2010 yang menyatakan bahwa besar kecilnya upah yang diberikan perusahaan kepada para pekerjanya akan memepengaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas kerja karyawan. Jadi, semakin tinggi tingkat upah, maka semakin tinggi produktivitas kerja. Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan hasil penelitian Manurung 2013 yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Universitas Sumatera Utara Kerja Karyawan Pemanen dan Pemupuk di PT. Perkebunan Nusantara IV Sawit Langkat” yang menyimpulkan bahwa tingkat upah berhubungan positif dengan produktivitas tenaga kerja. Hal ini berbanding terbalik dengan produktivitas disebabkan karena karyawan penyadap karet didominasi oleh karyawan yang bersifat kontrak. Karyawan kontrak ini biasanya dikontrak selama 6 bulan dan 1 tahun. Karyawan kontrak diberikan upah sesuai dengan peraturan pengupahan yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar Rp. 1.625.000. Apabila karyawan bekerja dengan semangat dengan mencapaimelebihi target perusahaan, maka upah yang diterima pun tetap Rp. 1625.000 dan sebaliknya, karyawan kontrak yang bermalas-malasan pun mendapat upah yang sama. Dalam kenyataannya, karyawan menganggap bahwa upah adalah sesuatu yang lumrah yang harus diberikan oleh perusahaan. Ternyata upah yang diterima karyawan penyadap karet masih di bawah UMK Deli Serdang sebesar Rp. 2.015.000 Keputusan Gubsu, 2015 dan sehingga dalam faktor pengupahan penyadap karet cenderung tidak termotivasi untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Nilai signifikansi t variabel upah yang diperoleh adalah 0,346. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 0,346 0,05, maka dapat disimpulkan H diterima dan H 1 Upah tidak mempengaruhi produktivitas kerja karyawan penyadap karet secara signifikan dikarenakan penyadap karet beranggapan bahwa upah merupakan suatu hal yang wajib diberikan oleh perusahaan kepada karyawan ditolak yang artinya variabel upah secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Universitas Sumatera Utara sehingga penyadap karet menganggap upah tidak dapat memotivasi untuk meningkatkan produktivitas kerja.

6. Pengaruh Premi terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

Koefisien regresi premi sebesar 0,0001 dapat diartikan terdapat hubungan yang berbanding lurus positif antara premi dengan produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Ada kecenderungan bertambahnya premi Rp 10.000 maka produktivitas kerja karyawan penyadap karet akan bertambah sebanyak 1 kgHKPbulan dengan asumsi variabel lain konstan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Prawirosentono 2008 bahwa dengan adanya pemberian premi insentif terhadap pekerja akan memberikan pengaruh positif pada peningkatan produktivitas tenaga kerja. Hubungan ini berbanding lurus positif didukung dengan penelitian Manurung 2013 dimana apabila pekerja telah melampaui hasil kerja yang telah direncanakan perusahaan, maka pekerja berhak mendapatkan insentif premi. Hal ini akan semakin mendorong pekerja untuk meningkatkan produktivitasnya. Nilai signifikansi t variabel premi yang diperoleh adalah 0,000. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 0,000 0,05, maka dapat disimpulkan H ditolak dan H 1 Dalam penelitian ini, premi berpengaruh secara signifikan dikarenakan bahwa premi merupakan suatu timbal balik feedback yang nyata diberikan oleh perusahaan dan premi juga dianggap sebagai prestasi yang akan diapresiasi oleh diterima yang artinya variabel premi secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Universitas Sumatera Utara perusahaan. Premi ini diberikan oleh perusahaan atas hasil kerja karyawan yang telah melampaui target yang direncanakan perusahaan. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PT. Nusantara II Kebun Limau Mungkur masih tergolong rendah. 2. Faktor umur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PT. Nusantara II Kebun Limau Mungkur. 3. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PT. Nusantara II Kebun Limau Mungkur. 4. Jumlah tanggungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PT. Nusantara II Kebun Limau Mungkur. 5. Pengalaman bekerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PT. Nusantara II Kebun Limau Mungkur. 6. Upah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PT. Nusantara II Kebun Limau Mungkur. 7. Premi berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PT. Nusantara II Kebun Limau Mungkur.

6.2. Saran Kepada Perusahaan

Kepada perusahaan disarankan agar lebih memperhatikan kesejahteraan karyawannya seperti jaminan kesehatan dan penghapusan sistem kontrak. Universitas Sumatera Utara Kepada Karyawan Penyadap Karet Tanpa premi, karyawan penyadap karet harus bisa tetap meningkatkan produktivitas kerjanya dan sebaiknya karyawan penyadap karet tidak sering absen agar produksi dapat tercapai. Kepada Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai produktivitas kerja karyawan penyadap karet dengan menggunakan variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Karet Karet Hevea brasiliensis merupakan salah satu komoditas perkebunan. Tanaman karet berasal dari Brasil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Sebagai penghasil lateks, tanaman karet merupakan satu- satunya yang dikebunkan secara besar-besaran. Devisa negara yang dihasilkan dari komoditas karet ini cukup besar. Luas areal perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 3,435,417 Ha dengan total produksi 2,440,346 ton. Jumlah petani yang terlibat dalam usaha budidaya karet ini ini adalah 2,075,954 KK dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 195,325 orang. Volume ekspor komoditas karet pada tahun 2008 mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar US 6,056,572 dari total ekspor sebesar 2,295,456 ton Ditjen Perkebunan, 2010.

2.1.2. Sumber Daya Manusia

Menurut Simanjuntak 1985, sumber daya manusia atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama sumber daya manusia SDM mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua dari SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang Universitas Sumatera Utara bernilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau manpower . Manajemen sumber daya manusia lebih memfokuskan mengenai pengaturan peranan manusia dalam mewujudkan tujuan yang optimal. Pengaturan itu meliputi masalah perencanaan human resources planning, pengorganisasiaan, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian tenaga kerja untuk membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat Hasibuan, 2005.

2.1.3. Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja karyawan sangat diperlukan di dalam perusahaan perkebunan. Menurut Hasibuan 2005, produktivitas kerja adalah perbandingan antara output dengan input, dimana output-nya harus mempunyai nilai tambah dan teknik pengerjaannya yang lebih baik. Produktivitas kerja = output input Menurut Gomes 2003, produktivitas sangat dipengaruhi oleh faktor : 1. Knowledge 2. Skills Universitas Sumatera Utara 3. Abilities 4. Attitudes, dan 5. Behaviours Produktivitas secara umum diartikan sebagai hubungan antara keluaran barang-barang atau jasa dengan masukan pegawai, bahan, uang. Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Produktivitas mempunyai arti ukuran yang relatif nilai atau ukuran yang ditampilkan oleh daya produksi. Tohardi 2002, mengemukakan bahwa produktivitas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik hari ini daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik hari ini. Ada tiga aspek utama yang perlu ditinjau dalam menjamin produktivitas yang tinggi, yaitu: 1 aspek kemampuan manajemen tenaga kerja, 2 aspek efisiensi tenaga kerja, 3 aspek kondisi lingkungan pekerjaan. Ketiga aspek tersebut saling terkait dan terpadu dalam suatu sistem dan dapat diukur dengan berbagai ukuran yang relatif sederhana Singodimedjo, 2000. Dalam kaitannya dengan karyawan, maka produktivitas karyawan merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta karyawan per satuan waktu. Faktor manusia telah menjadi fokus penghargaan dunia sejak abad ke-18 yang populer dengan penerapan ilmu perilaku manusia, oleh karena itu produktivitas tidak dilihat sebagai konsep produksi dan ekonomi saja, yang melupakan kepentingan tenaga kerja dan lingkungan. Menurut Cascio dalam Wignjososoebroto, 2008 definisi produktivitas kerja adalah sebagai pengukuran output berupa barang atau jasa dalam Universitas Sumatera Utara hubungannya dengan input yang berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan. Menurut Sutrisno 2009, mengemukakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta pegawai per satuan waktu. Peran serta tenaga kerja disini adalah penggunaan sumber daya serta efisiensi dan efektif. Produktivitas kerja = output input Dimana output adalah hasil yang dicapai oleh pekerja dan input adalah satuan waktu HKP. Perhitungan jumlah HKP tenaga kerja adalah sebagai berikut : Jumlah HKP = Jumlah orang x Jumlah hari kerja x jumlah jam kerja 8 x 1 HKP Dari defenisi-defenisi tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah suatu ukuran daripada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan dan output sebagai keluarannya yang merupakan indikator daripada kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai hasil yang tinggi. Universitas Sumatera Utara 2.2. Landasan Teori 2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja