Proses Training Jaringan Syaraf Tiruan Model Backpropagation

Pada proses peramalan ini, output yang dibutuhkan hanyalah 1 output yaitu hasil dari peramalan jumlah sampah masyarakat Kota Medan pada tahun 2016 Arsitektur model jaringan syaraf tiruan dengan algoritma backpropagation yang dibangun dari 9 node pada hidden layer dengan input dan output untuk peramalan jumlah sampah masyarakat Kota Medan adalah sebagai berikut: Gambar 4.3 Arsitektur model jaringan syaraf tiruan dengan Algoritma backpropagation pada peramalan jumlah sampah.

4.1.2.5 Proses Training Jaringan Syaraf Tiruan Model Backpropagation

Pada proses training ini akan digunakan metode pembelajaran traingdx pada software MATLAB. Ada beberapa parameter yang dimasukkan dalam metode pembelaran ini. Adapun parameternya adalah sebagai berikut: 1 Menentukan bobot model Inisialisasi bobot dilakukan secara acak, dalam penelitian ini untuk menentukan bobot masukan menggunakan software MATLAB yaitu sebagi berikut: Bobot awal input layer ke hidden layer pertama: bias � bias � � Universitas Sumatera Utara BobotAwal_Input=net.IW{1,1} Bobot bias awal input layer ke hidden layer pertama: BobotAwal_Bias_Input=net.b{1,1} Bobot awal hidden layer pertama ke hidden layer kedua: BobotAwal_Lapisan=net.LW{2,1} Bobot bias awal hidden layer pertama ke hidden layer kedua: BobotAwal_Bias_Lapisan=net.b{2,1} 2 Menentukan nilai maksimum epoch untuk menentukan nilai dari maksimum epoch dari peramalan jumlah sampah maka dilakukan percobaan dari maksimum jumlah epoch 1.000 sampai maksimum jumlah epoch 5.000.000. Hasil dari percobaan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Maksimum Jumlah epoch Pada proses pembelajaran traingdx dengan algoritma Backpropagation Maksimum Epoch Banyak Epoch 1.000 434 5.000 521 10.000 513 50.000 478 100.000 362 500.000 559 1.000.000 435 5.000.000 575 Keterangan: maksimum jumlah epoch yang akan digunakan Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.2 maka maksimum jumlah epoch yang digunakan adalah 10.000 dengan banyaknya epoch 362. Universitas Sumatera Utara Pada metode pembelajaran traingdx pada proses training dengan menginput maksimum epoch dan beberapa parameter lainnya di MATLAB dapat dituliskan sebagai berikut: net.trainParam.epochs= 100000; net.trainParam.goal=0.05; net.trainParam.max_fail=6; net.trainParam.max_perf_inc=1.04; net.trainParam.lr=0.01; net.trainParam.lr_inc=1.05; net.trainParam.lr_dec=0.7; net.trainParam.mc=0.9; net.trainParam.min_grad=1e-5; net.trainParam.show=25; net=trainnet,Pn,Tn; Dari proses training yang dilakukan berdasarkan parameter-parameternya, sehingga didapatlah hasil proses training pada MATLAB seperti gambar berikut: Gambar 4.4 Hasil proses training sampai 100.000 epochiterasi Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa performance jaringan telah goal berhenti saat nilai MSE berhenti saat nilai MSE terkecil jaringan lebih kecil dari batas nilai goalnya dimana 0,0499 0,05 dan berhenti pada epoch ke 362. Untuk melihat bobot akhir dari hasil peramalan digunakan software MATLAB yang dapat dituliskan dengan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara BobotAkhir_Input=net.IW{1,1} BobotAkhir_Bias_Input=net.b{1,1} BobotAkhir_Lapisan=net.LW{2,1} BobotAkhir_Bias_Lapisan=net.b{2,1} Kemudian dilakukan evaluasi output jaringan data data training untuk mengetahui gradient garis terbaik dan koefisen korelasi pada peramalan dengan perintah postreg pada MATLAB yang ditulis sebagai berikut: [ml,al,rl]=postrega,T Menghasilkan: Gradient garis terbaik ml: ml = 0,9137 Konstanta: al = 3,70E+004 koefisien korelasi: rl = 0,9738 koefisien korelasi bernilai 0,9738 mendekati 1, menunjukkan hasil yang baik untuk kecocokan output jaringan dengan target. Seperti yang terlihat pada gambar berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 4.5 Koefisien korelasi output dan target

4.1.2.6 Uji Kesesuaian Model