bagaimana mereka menafsirkan hal tersebut. Hal-hal yang dipertimbangkan mencakup berbagai masalah seperti keinginan dan
kemauan, tujuan dan sarana yang tersedia untuk mencapainya, serta tindakan yang diharapkan dari orang lain, gambaran tentang diri sendiri,
dan mungkin hasil dari cara bertindak tertentu. 6.
Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok; hal ini disebut sebagai tindakan bersama yang dibatasi sebagai;
“organisasi sosial dari perilaku tindakan-tindakan berbagai manusia” Blumer, 1969: 17. Sebagian besar tindakan bersama tersebut berulang-
ulang dan stabil, melahirkan apa yang disebut para sosiolog sebagai “kebudayaan” dan “aturan sosial”. Poloma, 2007: 258-266.
2.3 Perspektif Interaksionisme Simbolik dalam mengkaji Makna Sampah Pada Masyarakat
Interaksionisme simbolik adalah interaksi yang terjadi antara individu maupun masyarakat dengan menggunakan simbol-simbol yang berarti, simbol-
simbol yang telah memiliki makna, dengan obyek-obyek yang telah ditafsirkan. Tindakan-tindakan bersama yang mampu membentuk struktur disebabkan oleh
interaksi simbolis dalam menyampaikan makna menggunakan isyarat dan bahasa. Poloma, 2007: 274.
Masalah sampah dalam perspektif interaksionisme simbolik yaitu melihat perilaku seseorang tergantung pada definisi situasi yang diberikan. Pemaknaan
terhadap situasi yang berbeda tentang sampah akan melahirkan perbedaan perlakuan terhadap sampah yang dilakukan manusia. Sebagai tanda sosial,
Universitas Sumatera Utara
sampah memiliki nilai makna yang luas bagi masyarakat baik dari sisi material maupun sosial. Sampah dapat diterjemahkan sebagai tanda sosial yang sarat
dengan makna untuk kemudian direnungkan bersama oleh warga masyarakat. Dengan memahami atau mendefinisikan sampah dalam konteks kehidupan
manusia, maka akan dapat dirumuskan apa yang harus dilakukan masyarakat terhadap sampah itu sendiri Sudarma, 2005. Alfitri, 2009: 35.
Masyarakat Kampung Badur di bantaran Sungai Deli memaknai sampah pada umumnya sebagian besar masyarakat masih memaknai sampah sebagai
material yang tidak terpakai dan tidak berguna. Sehingga sampah hanya benar- benar diposisikan sebagai takdir material yang berakhir dengan makna “buang”.
Makna sampah yang muncul pada masyarakat Badur dihasilkan dari interaksi masyarakat dengan perilaku masyarakat lainnya yang kecenderungannya
membuang sampah ke sungai. Bagi masyarakat Kampung Badur sampah sudah sangat melekat bagi kehidupan mereka yang tinggal dengan kondisi banyak
sampah di sekitar rumah mereka, juga di sungai sebagai tempat masyarakat membuang sampah. Sehingga makna sampah bagi masyarakat Kampung Badur
sebagai material yang biasa dibuang saja, bukan memiliki arti yang bernilai. Pemaknaan pada sampah sudah sepatutnya diubah oleh masyarakat untuk
menangani masalah sampah di bantaran Sungai Deli. Sampah sudah sewajarnya dimaknai sebagai material yang memiliki nilai ekonomis dan bisa dimanfaatkan
bagi masyarakat bantaran Sungai Deli.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN