4.3 Gambaran Masyarakat Lingkungan X Kampung Badur, Kelurahan Hamdan
Lingkungan X Kampung Badur memiliki 217 Kepala Keluarga dengan berbagai macam suku penduduknya diantaranya suku Minang, Mandailing, Batak,
Melayu, Jawa, Karo, Aceh. Mayoritas suku masyarakat Kampung Badur adalah suku Minang dan mayoritas beragama Islam. Kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat Kampung Badur sebagian besar bermata pencaharian berjualan di sektor informal. Kondisi rumah di Kampung Badur terlihat tidak layak untuk
ditempati, dengan kondisi rumah yang dibangun dengan material seadanya, jarak rumah yang satu dengan yang lainnya sangat rapat dan dengan kondisi tempat
tinggal di bantaran Sungai. Dari kondisi rumah yang dilihat tidak layak untuk dihuni dan terlihat kumuh karena banyak sampah dari perilaku masyarakat Badur
yang cenderung membuang sampah tanpa pengelolaan yang tepat. Tetapi masyarakat merasa dengan kondisi tersebut membuat mereka cukup nyaman
selama berdomisili dibantaran Sungai Deli tersebut. Dengan kondisi tersebut mereka memilih tetap bertahan tinggal di bantaran sungai yang cenderung
berdampak buruk bagi masyarakat itu sendiri dalam jangka panjang. Faktor lain yang menyebabkan masyarakat Kampung Badur memilih tinggal di bantaran
sungai, karena faktor ekonomi tidak memadai untuk tinggal di daerah yang lebih baik. Kemiskinan membuat keterbatasan mereka untuk hidup yang lebih baik dari
segi tempat tinggal. Dari aspek pendidikan, anak-anak yang tinggal di Kampung Badur rata-
rata mengecam pendidikan dari Sekolah Dasar hingga SMA. Bagi anak yang bersekolah tingakat SD dan SMP rata-rata disekolahkan di sekolah gratis yaitu
Universitas Sumatera Utara
sekolah Negeri yang diprogram Pemerintah. Dari aspek kesehatan, masyarakat Kampung Badur cenderung terkena penyakit diare, gatal-gatal pada kulit, dan TB.
Penyakit ini sering muncul karena pola perilaku masyarakat Badur yang kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan mereka. Seperti kebiasaan membuang
sampah ke sungai setiap hari yang tentu mengakibatkan sungai tercemar dan kotor. Sungai yang sudah tercemar tersebut pada kenyataannya masih
dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Badur untuk mandi, cuci, kakus. Sikap masyarakat tersebut mengakibatkan dampak yang berkesinambungan bagi
masyarakat itu sendiri. Makna masyarakat Badur yang cenderung menganggap negatif tentang sampah mengakibatkan masyarakat berperilaku semena-mena
dengan membuang sampah tidak pada tempatnya. Kegiatan kebersihan lingkungan seperti gotong-royong juga terkadang
dilakukan oleh masyarakat Kampung Badur yang biasanya digerakkan oleh Kepala Lingkungan. Kegiatan gotong-royong untuk membersihkan lingkungan
terutama sampah di sungai tidak rutin dilakukan. Yang merasa cukup peduli kebersihan lingkungan adalah beberapa anggota PKK Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga. Ada 4 orang warga yang aktif di kegiatan PKK, mereka biasanya yang mengajak warga di lingkungan mereka dalam kegiatan lingkungan maupun
kegiatan sosial.
4.4 Profil Informan