f. Gangguan endokrin Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta
hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes. Penyakit
polystic ovarium berhubungan dengan obesitas, resistensi insulin, dan oligomenorea. Amenorea dan oligomenorea pada perempuan dengan penyakit
polkistik ovarium berhubungan dengan insensitivitas hormon insulin dan menjadikan perempuan tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan dengan
oligomenorea dan lebih lanjut menjadi amenorea. Hipotiroid berhubungan dengan polymenorea dan menoragia
2.5. Hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi
Beberapa penelitian mendapatkan adanya hubungan antara tingginya indeks massa tubuh dengan perpanjangan siklus menstruasi. Tak hanya
perempuan dengan indeks massa tubuh tinggi, perempuan yang berolahraga secara berlebihan dan menjadi kurus atau memiliki terlalu sedikit lemak tubuh,
dapat juga menyebabkan oligomenorea atau amenorea yang diakibatkan defisiensi estrogen. Selain itu, berat badan yang rendah atau penurunan berat badan secara
mendadak dapat menghambat pelepasan GnRH gonadotropin releasing hormone, yang dapat mengurangi kadar LH dan FSH hormon yang bertanggung
jawab untuk perkembangan telur dalam ovarium. Secara teknis fertil dan memiliki banyak telur yang sehat dalam ovarium, tetapi sel telur tidak akan pernah
dibebaskan karena kekurangan hormon. Androgen merupakan hormon yang diperlukan oleh tubuh suprarenal,
ovarium untuk menghasilkan estrogen. Enzim yang diperlukan untuk mengubah androgen manjadi estrogen adalah aromatase. Jaringan yang mempunyai
kemampuan untuk mengaromatisasi androgen menjadi estrogen adalah sel-sel granulose dan jaringan lemak. Sehingga, semakin banyak atau sedikit presentase
jaringan lemak tubuh, semakin banyak ataupun sedikit estrogen yang terbentuk, yang kemudian dapat menggangu keseimbangan hormon Supriyono, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Pada perempuan dengan berat berlebihan ditemukan produksi androgen suprarenal meningkat, pengingkatan pengeluaran 17-ketosteroid dan 17-
hidroksisteroid, kadar plasma testosterone meningkat, kadar plasma androstenadion meningkat, rasio estronstradiol 2,5 serta kadar sex hormone
binding globulin SHBG yang rendah Supriyono, 2003. Ditambah lagi terjadi kelebihan androgen, estrogen terutama estron. Pada obesitas ditemukan interaksi
adipokin dan Hipothalamus-Pituitary-Gonad HPG axis serta leptin sebagai pleiotropic modulator keseimbangan energy dan reproduksi. Peningkatan
metabolisme hormon reproduksi didalam deposit jaringan adipos bisa menyebabkan kadar androgen dan estrogen dalam plasma yang abnormal yang
berakibat pada gangguan pada aksis. Sex hormone binding globulin SHBG berperan dalam regulasi bioavabilitas dari hormon reproduksi. Pada obesitas
terjadi penurunan kadar SHBG sehingga meningkatkan bioavabilitas kadar hormon Kyrou, 2010.
Obese memiliki kadar insulin dan leptin yang tinggi. Leptin yang tinggi mempengaruhi steroidogenesis di ovarium dengan menghambat FSH dan Insulin
like Growth Factor-I IGF-I di folikel, sehinggan menggangu sintesis estrogen di ovarium tetapi tidak pada sintesis progesteron. Mekanisme terjadinya gangguan
siklus menstruasi berkaitan dengan akumulasi dari lemak yang berlebihan ataupun lemak yang sedikit yang menyebabkan gangguan fungsi Hipothalamus-Pitutary-
Gonad HPG. Telli et al, 2002. Pada resistensi insulin, dimana jumlah reseptor insulin menuruntidak berfungsi, maka kadar insulin yang berlebih akan berikatan
dengan resptor IGF-I, yang mempunyai bentukstruktur, sama dengan reseptor insulin. IGF-I bekerja memperkuat rangsangan LH terhadap sel teka ovarium
untuk menghasilkan androgen Gotteroa et al., 2004.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian