Nilai Ambang Cut-Off Point

commit to user 40 Sedangkan dari uji t Independent kelompok preeklamsia berat dan eklamsia didapatkan hasil yaitu tidak terdapat perbedaan rerata kadar hematokrit antara preeklamsia berat dengan eklamsia, dengan nilai p = 0,10 p 0,05. Uji t Independent digunakan dengan asumsi tidak ada perbedaan varian dalam kedua kelompok tersebut, karena hasil uji Levene menunjukkan bahwa data homogen dengan nilai p = 0,11 p 0,05.

E. Nilai Ambang Cut-Off Point

Nilai ambang cut-off point adalah nilai batas antara perubahan dari satu kondisi ke kondisi lainnya. Di sini nilai tersebut digunakan untuk menyatakan bahwa sampel pasien mempunyai resiko besar mengalami perubahan derajat preeklamsia, yaitu dari preeklamsia ringan menjadi preeklamsia berat atau dari preeklamsia berat menjadi eklamsia. Nilai ambang ditetapkan dengan mempertimbangkan nilai spesifisitas yang tinggi dan nilai sensitivitas yang juga tinggi dengan mengevaluasi pada tiap nilai ambang. Nilai ambang didapat dari perpotongan grafik hubungan spesifisitas dan nilai sensitivitasnya tersebut. Untuk nilai ambang kadar hematokrit perubahan preeklamsia ringan menjadi preeklamsia berat dapat dilihat pada gambar 3. Di sini nilai ambang kadar hematokrit tersebut adalah kadar 36,15 dengan spesifisitas 61 dan sensitivitas 65. commit to user 41 Gambar 3 Hubungan Kadar Hematokrit dengan Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas untuk Perubahan PER menjadi PEB Untuk nilai ambang kadar hematokrit perubahan preeklamsia berat menjadi eklamsia dapat dilihat pada gambar 4. Adapun nilai ambang kadar hematokrit tersebut adalah kadar 38,30 dengan spesifisitas 53 dan sensitivitas 53. Gambar 4 Hubungan Kadar Hematokrit dengan Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas untuk Perubahan PEB menjadi Eklamsia 36,15 38,30 commit to user 42 Setelah didapatkan nilai ambang kadar hematokrit dari tiap perubahan derajat preeklamsia, tiap nilai tersebut kemudian diuji dengan uji Tabulasi Silang untuk melihat ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik antara nilai ambang tersebut dengan kejadian perubahan preeklamsianya, baik dari preeklamsia ringan menjadi preeklamsia berat, maupun dari preeklamsia berat menjadi eklamsia. Tabel 8 Tabulasi Silang Nilai Ambang Kadar Hematokrit untuk Perubahan PER menjadi PEB Kelompok Kadar Hmt Total 36,15 36,15 Preeklamsia Berat Preeklamsia Ringan 19 12 10 19 29 31 Total 31 29 60 Hasil yang didapatkan dari uji Tabulasi Silang kadar hematokrit 36,15 adalah kadar hematokrit 36,15 mempunyai hubungan terhadap kejadian perubahan preeklamsia ringan menjadi preeklamsia berat, hal ini disebabkan nilai p = 0,03 p 0,05, dengan Odds Ratio sebesar 3,00 dan 95 Confidence Interval sebesar 1,05 – 8,62. commit to user 43 Tabel 9 Tabulasi Silang Nilai Ambang Kadar Hematokrit untuk Perubahan PEB ke Eklamsia Kelompok Kadar Hmt Total 38,30 38,30 Eklamsia Preeklamsia Berat 16 14 14 16 30 30 Total 30 30 60 Sedangkan hasil yang didapatkan dari uji Tabulasi Silang kadar hematokrit 38,30 adalah kadar hematokrit 38,30 tidak mempunyai hubungan terhadap kejadian perubahan preeklamsia berat menjadi eklamsia, hal ini disebabkan nilai p = 0,60 p 0,05, dengan Odds Ratio sebesar 1,30 dan 95 Confidence Interval sebesar 1,47 – 3,60. commit to user 44

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Sampel Penelitian

Jumlah kasus preeklamsiaeklamsia di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr Moewardi Surakarta periode bulan Januari 2009 sampai bulan Mei 2010 adalah sebesar 641 kasus, yang terdiri dari 201 kasus preeklamsia ringan atau sebesar 31,36, 396 kasus preeklamsia berat atau sebesar 61,78, dan 44 kasus eklamsia atau sebesar 6,86. Angka ini lebih tinggi dari hasil yang didapatkan oleh Sari 2007 pada periode tahun 2005-2006 dan bulan April sampai bulan Juni 2007 yang mendapatkan 537 kasus preeklamsiaeklamsia, dan oleh Sari 2009 pada periode bulan Januari 2008 sampai bulan Januari 2009 yang mendapatkan 496 kasus preeklamsiaeklamsia, di rumah sakit yang sama. Kasus preeklamsiaeklamsia sejumlah 641 kasus disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan dan dipilih secara acak pada tiap kelompok preeklamsia, baik preeklamsia ringan, preeklamsia berat, dan eklamsia, sehingga didapatkan data sampel sebesar 90 kasus. Dimana kasus tersebut terdiri dari 30 kasus preeklamsia ringan, 30 kasus preeklamsia berat, dan 30 kasus eklamsia. Pada tabel 2 dapat dilihat rerata usia kehamilan sampel pasien preeklamsiaeklamsia adalah 38 minggu. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari 2009 di RSUD Dr Moewardi, 44