62
5. Teori Kebijakan Publik
Prespektif tentang kebijakan publik akan mengarahkan perhatian untuk mengkaji proses pembuatan kebijakan policy making process
oleh pemerintah government atau pemegang kekuasaan dan dampaknya terhadap masyarakat public . Thomas R. Dye
mendefinisikan kebijakan publik sebagai “ is whatever government choose to do is or not to do ”. Secara sederhana pengertian kebijakan
publik dirumuskan sebagai berikut : a
Apa yang dilakukan oleh pemerintah what government do ? . b Mengapa dilakukan tindakan itu why government do ? .
c Dan apa terjadi kesenjangan antara apa yang ingin diperbuat dengan kenyataan what difference it makes ? Thomas R. Dye dalam
Esmi Warasih, 2001 : 8 . Menurut Richard Rose dikutip dari Dunn mendefinisikan
kebijakan publik sebagai rangkaian pilihan yang kurang lebih satu unsur dengan unsur lainnya saling berhubungan termasuk keputusan-
keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat oleh badan-badan pejabat pemerintah yang diformulasikan ke dalam isu-isu publik dari masalah
pertanahan, energi, kesehatan sampai kepada masalah pendidikan, kesejahteraan dan kejahatan.
Sistem kebijakan publik adalah produk manusia yang subjektif yang diciptakan melalui pilihan-pilihan yang sadar oleh para pelaku
kebijakan sekaligus realitas objektif yang diwujudkan dalam tindakan- tindakan yang dapat diamati akibat-akibat yang ditimbulkannya, setidak-
tidaknya menyangkut tiga unsur penting yaitu: 1 Pelaku Kebijakan; 2 Kebijakan Publik; 3 Lingkungan Kebijakan Thomas R. Dye,1981 :
89 .
63 Ketertiban antara hukum dan kebijakan publik akan semakin
relevan pada saat hukum diimplementasikan. Proses implementasi selalu melibatkan lingkungan dan kondisi yang berbeda di tiap tempat, karena
memiliki cirri-ciri struktur sosial yang tidak sama. Demikian pula keterlibatan lembaga di dalam proses implementasi selalu akan bekerja
di dalam konteks sosial tertentu sehingga terjadi hubungan timbal balik yang dapat saling mempengaruhi.
Proses implementasi kebanyakan diserahkan kepada lembaga pemerintah dalam berbagai jenjang tingkat, baik propinsi maupun
tingkat kabupaten. Setiap jenjang pelaksanaan pun masih membutuhkan pembentukan kebijakan lebih lanjut dalam berbagai bentuk peraturan
perundang-undangan untuk memberikan penjabaran lebih lanjut. Apabila sarana yang dipilih adalah hukuman sebagai suatu
proses pembentukan kebijakan publik, maka faktor-faktor non hukum akan selalu memberikan pengaruh dalam proses pelaksanaannya. Untuk
mengantisipasi hal tersebut diperlukan kebijakan yang meliputi: 1
Menggabungkan rencana tindakan dari suatu program dengan menetapkan tujuan, standar pelaksana, biaya dan waktu yang jelas.
2 Melaksanakan program dengan memobilisasi struktur, staf, biaya,
resources, prosedur dan metode. 3
Membuat jadwal pelaksanaan time schedule dan monitoring utnuk menjamin bahwa program tersebut berjalan terus sesuai rencana.
Berangkat dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan hendaknya disertai dengan
action plan. Di Indonesia untuk dapat melakukan program-program pemerintah sebagaimana tercantum dalam GBHN maupun repelita,
maka perlu dijabarkan lebih konkrit dalam bentuk peraturan
64 perundangan. Gledden mengklasifikasikan kebijakan tersebut menurut
tinggi rendahnya tingkatan level, yaitu : 1
Kebijakan politis political policy , 2
Kebijakan eksekutif executive policy , 3
Kebijakan administratif administrative policy , 4
Kebijakan teknis atau operasional technical or operational policy Tjokroamidjojo, 1974 : 115 .
B. Kerangka Berfikir