BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis, perancangan, implementasi, pengujian dan perbandingan antara metode ELECTRE dan SMART pada Sistem pendukung
keputusan kelayakan calon anggota DPRD dapat disimpulkan bahwa :
1. Sistem dapat menghasilkan rangking calon anggota yang mendaftar untuk
mendapatkan suatu keputusan yang disarankan. 2.
Kedua metode menghasilkan rangking alternatif terbaik yang berbeda dimana pada metode ELECTRE diperoleh Alternatif ke-5 sebagai alternatif terbaik,
sedangkan pada metode SMART adalah Alternatif Ke-2 sebagai alternatif terbaik. 3.
Sistem menyimpulkan bahwa metode SMART lebih unggul dalam waktu proses, dimana membutuhkan waktu rata-rata 1.063 ms Sedangkan metode ELECTRE
membutuhkan waktu rata-rata 1.441 ms. 4.
Berdasarkan kompleksitas dari Metode ELECTRE dan SMART, Metode ELECTRE mempunyai kompleksitas yang besar dimana menghasilkan variabel Θa
2
w sedangkan Metode SMART
menghasilkan variabel Θaw.
Universitas Sumatera Utara
51
5.2. Saran
Setiap penelitian tentu tidak lepas dari kekurangan dan terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi, oleh karena itu penulis memberikan saran untuk penelitian
selanjutnya.
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya yang dapat penulis sarankan adalah sebagai berikut :
1. Mengingat perkembangan teknologi yang semakin maju dan memudahkan para
pengguna, maka diharapkan untuk peneliti selanjutnya Agar mengembangkan sistem ini berbasis Mobile, agar memberikan keefisienan bagi pengguna dalam hal
mengakses aplikasi. 2.
Dalam hal tampilan, seiring berkembangnya teknologi tentunya berpengaruh pada adaptasi pengguna dengan aplikasi, untuk itu penulis menyarankan Agar membuat
tampilan yang lebih user friendly.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan atau Decision Support Sistem DSS merupakan sebuah sistem untuk mendukung para pengambil keputusan Manajerial dalam situasi
keputusan semi terstruktur. DSS dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk
menggantikan penilaian mereka Alit. 2012. Dalam bukunya terbitan Tahun 1977, simon menguraikan istilah keputusan
menjadi Keputusan terprogram dan Keputusan tak terprogram Keputusan terprogram yaitu bersifat berulang-ulang dan rutin. pada suatu tingkat tertentu dan prosedur telah
di tetapkan untuk menanganinya sehingga ia dianggap suatu denovo yang baru setiap kali terjadi. Keputusan tak terprogram yaitu bersifat baru, tidak terstruktur, dan
biasanya tidak urut. Ia juga menjelaskan bahwa dua jenis keputusan tersebut hanyalah kesatuan ujung yang terangkai secara hitam putih, sifatnya begitu kelabu atau tak
jelas, namun demikian konsep keputusan terprogram dan tak terprogram sangatlah penting, karna masingmasing memerlukan teknik yang berbeda. Kontribusi Simon
yang lain adalah penjelasan mengenai empat fase yang harus di jalani oleh Manajer dalam menyelesaikan masalah, fase tersebut adalah :
a. Aktivitas intelegensi, yaitu mencari kondisi dalam lingkungan yang memerlukan
pemecahan. b.
Aktivitas disain, yaitu menemukan, mengembangkan, dan menganalisis kemungkinan tindakan yang akan dilakukan.
c. Aktivitas pemilihan, yaitu menentukan cara tindakan cara tertentu dari beberapa
cara yang sudah ada.
Universitas Sumatera Utara
7
d. Aktivitas peninjauan kembali, yaitu memberikan penilaian terhadap pilihan yang
telah dilakukan Saliman, 2010. Sedangkan menurut Mintzberg terkenal dengan teorinya mengenai peranan
manajerial, teori ini mengemukakan sepuluh peranan manajerial yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu interpersonal, informasional, desisional. Peranan informasonal
mengemukakan bahwa manajer mengumpulkan dan menyebarkan informasi, dan peranan desisional mengemukakan bahwa manajer menggunakan informasi dalam
pembuatan berbagai jenis keputusan. Ada empat peranan desisional menurut mintzberg :
a. Pengusaha, ketika manajer berperan sebagai pengusaha entrepreneur maka
peningkatan hal ini yang bersifat permanent diabadikan sebagai organisasi. b.
Orang yang menangani gangguan, ketika menajer berperan sebagai orang yang menangani gangguan disturbace handler, maka ia akan memecahkan masalah
yang belum di antisipasi. Ia membuat keputusan untuk merespon gangguan yang timbul seperti perubahan ekonomi, ancaman dari pesaing, dan adanya peraturan
pajak baru. c.
Pengalokasi sumber, dengan peranan sebagai pengalokasi sumber resorce alocator, manajer diharapkan mampu menentukan pembagian sumber organisasi
kepada berbagai unit yang ada misalnya pembuatan keputusan untuk menetapkan anggaran operasi tahunan.
d. Negosiator, dalm peran sebagai negosiator negotiator, manajer mengatasi
perselisihan yang muncul dalam perusahaan dan perselisihan yang terjadi antara perusahaan dan lingkungannya Kusnidar, 2010.
DSS biasanya dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk mengevaluasi suatu peluang, DSS yang seperti itu disebut aplikasi DSS.
Aplikasi DSS digunakan dalam pengambilan keputusan. Aplikasi DSS menggunakan Computer Based Information Systems CBIS yang fleksibel, interaktif, dan dapat
diadaptasi, yang dikembangkan untuk mendukung solusi atas masalah manajemen spesifik yang tidak terstruktur. Aplikasi DSS menggunakan data, memberikan
antarmuka pengguna yang mudah dan dapat menggabungkan pemikiran pengambil keputusan. DSS lebih ditujukan untuk mendukung manajemen dalam melakukan
Universitas Sumatera Utara
8
pekerjaan yang bersifat analitis dalam situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas. DSS tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan
pengambilan keputusan tetapi memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan pengambil keputusan untuk melakukan berbagai analisis menggunakan model-model
yang tersedia Tampubolon, 2010. Tujuan adanya SPK, untuk mendukung pengambil keputusan memilih
alternatif hasil pengolahan informasi dengan model-model pengambil keputusan serta untuk menyelesaikan masalah yang bersifat semi terstruktur dan tidak terstruktur. SPK
dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah. SPK dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan atau dioperasikan dengan
mudah oleh orang yang tidak memiliki dasar kemampuan pengoperasian komputer yang tinggi dan bersifat alternatif, serta SPK dirancang dengan menekankan pada
aspek kemampuan adaptasi yang tinggi Putra, 2015.
2.2 Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan