Pemasaran Pariwisata Tinjauan Pustaka

10 1. Memuaskan keinginan konsumen pembeli produk 2. Memuaskan keinginan masyarakat yang terpengaruhi oleh kegiatan perusahaan 3. Mencapai tujuan mendapat laba perusahaan.

2.2 Pemasaran Pariwisata

Berdasarkan definisi pemasaran di atas maka dapat disimpulkan pengertian manajemen pemasaran pariwisata adalah suatu proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang dan jasa serta mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan sehingga mengahasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang harganya tepat, waktunya pasti, tempatnya jelas pada daerah-daerah lokal, regional, nasional dan internasional untuk mencapai kepuasan optimal atas kebutuhan-kebutuhan wisatawan dan group lain disamping untuk mencapai keuntungan yang wajar. Pemasaran pariwisata dapat disamakan dengan pemasaran jasa lainnya seperti, jasa keuangan finance services, jasa eceran retailing services, jasa perdagangan commercial services, dan jasa professional professional services dan lain sebagainya. Ada beberapa hal yang membuat pemasaran pariwisata berbeda dengan pemasaran barang marketing of industrial atau consumer goods. Perbedaan antara pemasaran pariwisata tourism marketing sebagai pemasaran jasa dengan pemasaran barang marketing of industrial atau consumer goods yakni; intangibility, perishbility, heterogeneity, inseparability dan lack of Universitas Sumatera Utara 11 ownership Simamora, 2006 :176. Intangibility berarti produk jasa umumnya intangible yang tidak dapat diraba, dicium, dirasa, atau didengar sedangkan produk barang dapat diraba, dicium, dirasa dan didengar. Perishability berarti bahwa produk jasa tidak mungkin disimpan. Heterogenity berarti sulit bagi pemasar jasa untuk menstandarisir jasa yang diberikan, misalnya hubungan antara tour guide dengan pengunjung. Inseparability yang berarti bahwa persedian dan konsumsi terjadi pada saat yang sama, dan antara penyedia jasa dan konsumen saling mempengaruhi dalam proses transaksi. Lack of Ownership berarti konsumen tidak memperoleh hak atas barang seperti pada pemasaran barang. Mereka membawa kenangan dan perasaan puastidak puas dari liburan yang dilakukan.

2.3 Jenis Pariwisata