Hasil Uji Kualitas Data
a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya
mempunyai distribusi
normal atau
tidak, untuk
mengidentifikasi normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode uji one sample kolmogorov-smirnov KS. Apabila nilai probabilitas
signifikan 0,05 maka residual berdistribusi normal. Hasil uji dengan metode K-S diperoleh sebagai berikut ini :
Tabel 4.4 Uji Normalitas Sebelum Logaritma Natural
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz ed Residual
N 233
Normal Parameters
a
Mean -.1284499
Std. Deviation .39040422
Most Extreme Differences
Absolute .136
Positive .136
Negative -.094
Kolmogorov-Smirnov Z 2.080
Asymp. Sig. 2-tailed .000
a. Test distribution is Normal. Sumber: Hasil olah data
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Setelah Logaritma Normal
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz ed Residual
N 233
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation .11194556
Most Extreme Differences
Absolute .024
Positive .023
Negative -.024
Kolmogorov-Smirnov Z .371
Asymp. Sig. 2-tailed .999
Sumber: Hasil olah data Hasil perhitungan pertama pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa total
data 233 dan besar signifikansinya 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti data residual tidak berdistribusi normal, sehingga dapat
disimpulkan model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Cara memenuhi uji asumsi klasik normalitas dalam penelitian ini
menggunakan Logaritma natural Ln, karena data variabel yang digunakan mengalami GAP yang jauh signifikan di antara variabel.
Hasil perhitungan kedua pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa total data 233 dan besar signifikansinya 0,999 lebih besar dari 0,05. Hal ini
berarti data residul berdistribusi normal, sehingga dapat disimpulkan model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara residual kesalahan pengganggu pada periode t dengan residual pada periode t-1
sebelumnya. Hasil uji autokorelasi dengan melihat besaran dari Durbin-Watson DW test. Nilai Durbin Watson yang berada diantara
du dan 4-dUdL d 4-dU, menunjukkan hasil bahwa tidak terkena gejala autokorelasi. Pertama dilakukan transformasi data dalam bentuk
log, ternyata hasilnya terkena gejala autokorelasi. Cara untuk mengobati adanya gejala autokorelasi menggunakan metode Theil
Nagar adalah sebagai berikut: Dimana:
N = banyaknya jumlah sampel d = Durbin-Watson
k = banyaknya jumlah variabel Mencari nilai p dengan perhitungan sebagai berikut:
P=
233
2
1−
0,967 2
+4
2
233
2
− 4
2
P =
54289 1−0,4835 +16
54289 − 16
P=
28056 ,26 54273
P=0,5169
P digunakan untuk mencari nilai dari rumus dibawah ini:
1 − �
2
= 1 − 0,5169
= 1 − 0,267 = 0,733 =0,856
Setelah diketahui nilai dari persamaan diatas, maka data pertama dari sampel diturunkan terlebih dahulu menjadi data sampel kedua.
Setelah diketahui hasil dari perhitungan sebesar 0,856 maka angka ini digunakan untuk menghitung data 1 dengan rumus yx 0,856, untuk
data kedua dan seterusnya menggunakan rumus y- �
�−1
0,267.
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Setelah Theil Negar
Uji Autokolerasi dU
DW-test 4-Du
Keterangan Durbin Watson 1.819
1.840 2.181
Tidak terdapat masalah autokolerasi
Sumber: Hasil olah data Berdasarkan hasil pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa data sebanyak
233 sampel dengan nilai DW sebesar 1,840, nilai dU pembanding sebesar 1,819. Nilai tabel dU DW 4
– dU = 1,819 1,840 2,181, sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi.
c. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya korelasi
antara variabel independen dalam sebuah model regresi berganda. Cara untuk mencegah adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat
dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor VIF, jika nilai tolerance 0,1 dan nilai VIF 10 maka tidak terdapat gejala
multikolinearitas. Berdasarkan uji asumsi klasik multikolinearitas diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel independen Collinearity
Statistics Keterangan
Tolerance VIF ROA
0.858 1.166 Tidak ada multikolinearitas Current Ratio
0.852 1.174 Tidak ada multikolinearitas Growth
0.955 1.047 Tidak ada multikolinearitas Size
0.922 1.085 Tidak ada multikolinearitas Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai tolerance dari keempat variabel lebih besar dari 0,1 dan variabel independen tidak
ada yang mempunyai nilai VIF yang lebih kecil dari 10. Hasil ini menunjukkan tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model
regresi. d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidakpastian varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Cara yang digunakan dalam uji
heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji Glejser yaitu dengan mengkorelasikan nilai absolute dari residual dengan masing-
masing variabel independen, jika hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji
heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Independen Nilai Sig Keterangan
ROA 0.487
Tidak terjadi heteroskedastisitas CR
0.103 Tidak terjadi heteroskedastisitas
GROWTH 0.612
Tidak terjadi heteroskedastisitas SIZE
0.054 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber: Hasil olah data Hasil pada tabel 4.8 menggunakan hasil uji glejser menunjukkan
bahwa variabel independen tidak berpengaruh signifikan secara statistik karena nilai sig lebih besar dari 0,05. Hal ini bahwa tidak
ada gejala heteroskedastisitas. Berdasarkan uji asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa model
regresi dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas, tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi
heteroskedastisitas, sehingga model regresi dalam penelitian ini layak untuk digunakan.