Analisis pengujian pecking order theory melalui keterkaitan faktor-faktor penentu struktur modal terhadap financial leverage: studi kasus pada emiten syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009 – 2013

(1)

ANALISIS PENGUJIAN

PECKING ORDER THEORY

MELALUI KETERKAITAN FAKTOR-FAKTOR

PENENTU STRUKTUR MODAL TERHADAP

FINANCIAL LEVERAGE

(Studi Kasus Pada Emiten Syariah di

Jakarta Islamic Index Periode 2009 – 2013)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Subhan Wisnu Aji

1111081000102

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KONSENTRASI KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1436 H


(2)

i

ANALISIS PENGUJIAN

PECKING ORDER THEORY

MELALUI KETERKAITAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU

STRUKTUR MODAL TERHADAP

FINANCIAL LEVERAGE

(Studi Kasus pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Subhan Wisnu Aji

NIM: 1111081000102

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB Adhitya Ginanjar, SE., M.Si NIP. 19741127 200112 1 002 NIP. 19740810 201101 1 001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa 10 Maret 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

Nama : Subhan Wisnu Aji

NIM : 1111081000102

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Judul Skripsi : ANALISIS PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY

MELALUI KETERKAITAN FAKTOR-FAKTOR

PENENTU STRUKTUR MODAL TERHADAP

FINANCIAL LEVERAGE (Studi Kasus pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013).

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan “LULUS” dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Maret 2015

1. Yoghi Citra Pratama, M.Si ( )

NIP. 19830717 201101 1 011 Ketua

2. Miftahul Munir, Drs., MM ( )

NIP. 105102102 Sekretaris

3. Deni Pandu Nugraha, SE., M.Sc ( )


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, Selasa, 23 Juni 2015, telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

Nama : Subhan Wisnu Aji

NIM : 1111081000102

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Judul Skripsi : Analisis Pengujian Pecking Order Theory Melalui Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Terhadap Financial Leverage (Studi Kasus Pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013) Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut diatas dinyatakan “LULUS” dan skripsi ini diterima sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Juni 2015

1. Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA ( )

NIP. 2011077201 Ketua

2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si ( )

NIP. 19731221 200501 2 002 Sekretaris

3. Taridi Kasbhi Ridho, SE., MBA ( )

NIP. Penguji Ahli

4. Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB ( )

NIP. 19741127 200112 1 002 Pembimbing I

5. Adhitya Ginanjar, SE.,M.Si ( )


(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Subhan Wisnu Aji

No. Induk Mahasiswa : 1111081000102

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Konsentrasi : Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya

Tangerang, 23 Juni 2015


(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Subhan Wisnu Aji

Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 18 Agustus 1993 Jenis Kelamin : Laki-laki

Nama Ayah : M. Sofyan Ramli

Nama Ibu : Wastilah

Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Pondok Surya F.9 RT 003 RW 011, Kel. Karang Tengah, Kec. Karang Tengah, Ciledug, Tangerang

No. Telp : 087780182260

Email : subhan_16th@yahoo.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1998-1999 : TK Citra Bhakti

1999-2005 : SD Negeri Karang Tengah 07 2005-2008 : SMP Yadika 5 Jakarta Barat 2008-2011 : SMA Negeri 63 Jakarta Selatan

2011-2015 : S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (4 tahun) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

2007-2008 : Wakil Ketua KIR (Karya Ilmiah Remaja) SMP Yadika 5 Jakarta

2014-2015 : Sekretaris Bidang II. Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(7)

vi

III. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI

2011-2012 : Kursus Bahasa Inggris LIA Institute

2014 : Seminar Pasar Modal Syariah (Panin Sekuritas) 2014 : Seminar “ASEAN 2015 Threat or Opportunity” 2014 : Seminar Sosialisasi Kebijakan Fiskal dalam

Menghadapi AEC 2015 (Badan Kementrian Fiskal)

2014 : Peserta Company Visit to OJK (Otoritas Jasa Keuangan)

2014 : Sekolah Pasar Modal Syariah Level 1 (Bursa Efek Indonesia)


(8)

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji hipotesis pecking order yang lebih mengutamakan penggunaan dana internal melalui keterkaitan profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas terhadap financial leverage pada emiten syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index pada tahun 2009 sampai dengan 2013.

Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 14 emiten syariah pada berbagai sub-sektor industri, dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang mengambil obyek dengan kriteria tertentu. Analisis data menggunakan alat analisis uji regresi berganda yang didahului dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi. Pengujian hipotesa dilakukan dengan uji F dan uji t.

Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa secara bersama-sama profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas mempengaruhi struktur modal. Sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal adalah profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas sedangkan variabel struktur aktiva dan ukuran perusahaan secara parsial tidak mempengaruhi struktur modal. Besarnya uji koefisien determinasi (adjusted R square) adalah sebesar 0,281. Hal ini berarti bahwa 28,1 persen variabel dependen yaitu struktur modal dapat dijelaskan oleh lima variabel independen yaitu profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas sedangkan sisanya sebesar 71,9 persen struktur modal dijelaskan oleh variabel atau sebab-sebab lain diluar model

Kata kunci : Hipotesis pecking order, Profitabilitas, Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan, Likuiditas, dan Financial Leverage


(9)

viii

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze and test the pecking order hypothesis that more priority to the use of internal funds through linkages profitability, asset structure, firm size, sales growth, and liquidity toward financial leverage through the Islamic issuers listed on the Jakarta Islamic Index in 2009 until 2013.

The sample used sharia as many as 14 issuers in a variety of industry subsectors,where the method used was purposive sampling is a sampling method that takes an object with certain criteria. Analysis of data using multiple regression analysis tool, which is preceded by classical assumption of normality test, multicollinearity test, autocorrelation test and the heteroscedasticity test. Hypothesis testing is done by using F test and T test.

Results of data analysis or regression results indicate that simultaneously profitability, asset structure, firm size, sales growth, and liquidity affect the capital structure. While the partially variable affecting the profitability, sales growth, and liquidity is the structure of assets while the variable asset structure and size of the company partially not affect the capital structure. The amount of testing the degree of determination (adjusted R square) is approximately 0,281. It means that 28,1 percent of the dependent variable which is capital structure can be explained by four independent variables those are profitability, assets structure, firm size, sales growth, and liquidity while the remaining amount of 71,9 percent of capital structure can be explained by the other causes outside the model.

Keyword : Pecking order hypothesis, profitability, asset structure, firm size, sales growth, liquidity, and financial leverage


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan memberikan kenikmatan yang sempurna pada seluruh alam semesta ini. Shalawat serta salam tidak henti-hentinya kita ucapkan pada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan kita semua pengikutnya yang selalu istiqomah hingga akhir zaman. Aamiin

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Pengujian Pecking Order Theory Melalui Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Terhadap Financial Leverage (Studi Kasus pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013)” ini dengan baik. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat dalam menempuh pendidikan Strata 1 (S1) atau gelar sarjana Ekonomi Manajemen pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik dari bahasa yang digunakan maupun sistematika dalam penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan penulis. Namun berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis dengan tulus hati menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada:

1. Allah SWT yang selalu melimpahkan rasa sayang dan kebaikan pada penulis. Puji syukur kupanjatkan kehadirat-Mu Yaa Rabb. Terima kasih atas segala kenikamatan yang engkau limpahkan pada hamba.

2. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak M. Sofyan Ramli dan Ibu Wastilah yang senantiasa memberikan kasih dan cintanya yang teramat besar untukku setiap harinya, papa dan mama yang tidak kenal lelah dalam mendidik dan membesarkan penulis serta rela bekerja keras demi pendidikan anak-anaknya. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada papa dan mama juga semoga penulis dapat membanggakan keduannya. Amin


(11)

x

3. Kakakku, Meita Afriani Desanti yang selalu menyemangati, memberikan dorongan dan doa agar penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. 4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, Ir, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si, Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Dr. Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB sebagai dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segala masukan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini serta segala motivasi dengan tegas dan bijaksana yang telah bapak berikan kepada penulis selama ini. 8. Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si sebagai dosen Pembimbing Skripsi II

yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segala masukan untuk menyelesaikan skripsi ini serta segala motivasi dan arahan yang telah bapak berikan selama ini.

9. Bapak Ali Rama, SE., M.Sc sebagai dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia memberikan dorongan dan arahan di setiap semester yang dilalui oleh penulis.

10.Seluruh Bapak dan Ibu dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

11.Seluruh staf karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia memberikan bantuan kepada penulis.

12.Sahabatku yang paling hebat, Novian Adhi Nugraha, Rizki Wibowo, dan Agung Setiawan Cahaya Putra. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua pengalaman, canda tawa, tangis, motivasi dan juga arahan yang selalu kalian berikan. Terima Kasih telah menerimaku menjadi sahabat kalian serta selalu menemaniku disaat keadaan senang ataupun sedih.


(12)

xi

Waktu yang kuhabiskan serta berbagi cerita bersama kalian akan selalu ku kenang di masa tua nanti.

13.Sahabat “PEJANTAN KOSAN”, Karim, Mulki, Eka Januar, Willian, Pak Ustad (Rizky), Tri (Roger), Heri, dan Fahrul. Terima kasih atas pengalaman, canda tawa, pelajaran, motivasi dan juga arahan yang kalian berikan kepada penulis. Semoga kita akan menjadi orang sukses di masa depan nanti. Kalian yang Terbaik.

14.Teman-teman MJC, Nisa, Nia, Ina, Tasya, Tika, Monika, Lila, Bang Zen. Terima kasih atas kebersamaan nya selama ini.

15.Teman-teman Manajemen D 2011, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan nya selama ini.

16.Teman-Teman Manajemen Keuangan 2011, Terima kasih atas semua pelajaran dan kenangan yang telah diberikan.

17.Teman-teman KKN OASE 2014 yang telah memberikan pengalaman beharga akan sebuah kebersamaan dan kerjasama antar kelompok. Terima kasih atas semuanya.

18.Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan..

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tangerang, 23 Juni 2015


(13)

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Landasan Teori ... 16

1. Struktur Modal ... 16

2. Komponen Struktur Modal ... 18

3. Pecking Order Theory ... 20

4. Financial Leverage ... 21

5. Faktor-Faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal ... 23

a. Profitabilitas ... 23

b. Struktur Aktiva ... 25

c. Sales Growth ... 26

d. Ukuran Perusahaan ... 27

e. Likuiditas ... 29

B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ... 30


(14)

xiii

D. Kerangka Pemikiran ... 38

E. Hipotesis ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 42

B. Metode Penentuan Sampel ... 42

1. Populasi ... 42

2. Sampel ... 43

C. Metode Pengumpulan Data ... 45

D. Metode Analisis Data ... 45

1. Analisis Deskriptif ... 45

2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 46

2.1Uji Asumsi Klasik ... 47

a. Uji Normalitas ... 47

b. Uji Autokorelasi ... 48

c. Uji Multikolinearitas ... 49

d. Uji Heterokedastisitas ... 50

3. Uji Hipotesis ... 51

a. Uji Statistik F ... 51

b. Uji Statistik t ... 52

c. Koefisien Determinasi ... 53

E. Operasional Variabel Penelitian ... 54

1. Variabel Dependen ... 54

2. Variabel Independen ... 55

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 58

B. Hasil Analisis dan Pembahasan ... 62

1. Analisis Deskriptif Statistik ... 62

2. Uji Asumsi Klasik ... 71

a. Uji Normalitas ... 71

b. Uji Multikolinearitas ... 73

c. Uji Heterokedastisitas ... 75

d. Uji Autokorelasi ... 77

3. Pengujian Hipotesis ... 79

a. Uji F (Simultan) ... 79

b. Uji-t (Parsial) ... 80

c. Koefisien Determinasi ... 88


(15)

xiv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Debt to Equity Ratio Sampel Emiten Syariah di JII 2009-2013 ... 7

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 34

Tabel 3.1 Pemilihan Sampel ... 44

Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan ... 44

Tabel 3.3 Posisi Angka Durbin Watson ... 48

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik ... 63

Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 73

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas... 74

Tabel 4.4 Hasil Uji Heteokedastisitas ... 77

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 78

Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson... 78

Tabel 4.7 Hasil Uji F ... 79

Tabel 4.8 Hasil Uji-t ... 80

Tabel 4.9 Hasil Koefisien Determinasi ... 88


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 39 Gambar 4.1 Grafik Normal Probability Plot ... 72 Gambar 4.2 Grafik Scatterplot ... 76


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Emiten Syariah yang Dijadikan Sampel Penelitian Lampiran 2 : Data Mentah Financial Leverage (DER)

Lampiran 3 : Data Mentah Profitabilitas Lampiran 4 : Data Mentah Struktur Aktiva Lampiran 5 : Data Mentah Ukuran Perusahaan

Lampiran 6 : Data Mentah Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) Lampiran 7 : Data Mentah Likuiditas

Lampiran 8 : Descriptive Statistics Lampiran 9 : Variables Entered/Removed Lampiran 10 : Correlations

Lampiran 11 : Model Summary Lampiran 12 : ANOVA

Lampiran 13 : Coeficients Lampiran 14 : Residual Statistic Lampiran 15 : Histogram Lampiran 16 : Normal P-Plot Lampiran 17 : Scatterplot

Lampiran 18 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Lampiran 19 : Coeficients Uji Glejser


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu perusahaan untuk menjalankan sistemnya harus memperhatikan dua unsur keputusan, yaitu investment decision dan financing decision. Investment decision adalah keputusan yang diambil perusahaan dalam operasionalnya untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, biasanya perusahaan menanamkan investasinya pada suatu proyek yang mempunyai prospek menjanjikan juga dengan mengamati periode dari investasi tersebut, sehingga tingkat likuiditas perusahaan juga pada tingkat yang optimal. Sedangkan financing decision adalah keputusan yang dibuat perusahaan dalam mendapatkan pendanaannya yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham biasa, melalui pertimbangan dari biaya dana tersebut dan jangka waktu dari dana tersebut (Suad dan Husnan, 1998).

Financing decision harus dibuat untuk mendukung adanya investment decision perusahaan, tujuannya adalah rencana investasi yang dibuat oleh perusahaan akan dapat membentuk suatu struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal, sehingga dapat memaksimalkan usaha dalam mencapai salah satu tujuan perusahaan yaitu kemakmuran dan kesejahteraan pemegang saham. Namun perbedaan karakteristik antar perusahaan


(20)

2

menyulitkan perusahaan untuk menetapkan struktur modal yang ideal bagi perusahaan tersebut.

Salah satu keputusan penting yang dihadapi manajer (keuangan) dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi hutang, saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. manajer dalam mengambil keputusan pendanaan harus teliti secara sifat dan biaya dari sumber yang dipilih. Hal ini karena masing-masing sumber pendanaan mempunyai konsekuensi financial yang berbeda-beda. Masalah keputusan pendanaan akan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (external) yang sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Keputusan pendanaan keuangan perusahaan juga akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya.

Keputusan pendanaan yang diambil oleh manajemen, apakah menggunakan modal sendiri atau hutang menjadi tidak relevan bila apapun sumber dana yang digunakan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Hal inilah yang ditekankan oleh Modigliani dan Miller pada tahun 1958. Asumsi yang melandasi pernyataan tersebut antara lain pasar yang sempurna, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada biaya pajak. Dalam perkembangan


(21)

3

selanjutnya Modigliani dan Miller memasukkan unsur pajak. Dengan adanya pajak penggunaan hutang akan memberikan manfaat dalam peningkatan nilai perusahaan atau menurunkan biaya modal.

Ada beberapa teori yang menyatakan terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Teori yang dimaksudkan ini diwakili oleh dua teori yaitu teori static trade-off dan teori pecking order. Teori static trade-off muncul karena penggabungan teori Modigliani-Miller yang memasukkan biaya kebangrutan dan biaya agensi. Semakin besar proporsi utang maka semakin besar perlindungan pajak yang diperoleh. Di sisi lain, semakin besar proporsi utang maka semakin besar biaya kebangkrutan yang mungkin timbul. Teori static trade-off, secara teoritik memprediksikan bahwa leverage akan meningkat sejalan dengan pemanfaatan utang dan menurun sejalan dengan bertambahnya biaya utang.

Model lain yang membahas mengenai struktur modal adalah teori pecking order. Teori yang dikembangkan oleh Myers dan Majluf pada tahun 1984 (dalam Arief, 2011) ini menjelaskan urutan prioritas para manajer dalam menentukan sumber pendanaannya. Preferensi manajer dinyatakan dalam urutan sumber pendanaan yang dimulai dari pendanaan internal sebagai sumber utama. Pilihan prioritas berikutnya adalah hutang, dan yang


(22)

4

terakhir berupa penerbitan saham. Salah satu faktor yang mendorong manajer untuk menerapkan teori pecking order dalam menentukan struktur modalnya adalah perbedaan informasi tentang nilai dan investasi perusahaan yang sebenarnya dengan investasi luar yang hanya bisa memperkirakan nilai-nilai tersebut.

Perusahaan dalam ekspansi usahanya ataupun membiayai aktvitas operasionalnya tidak terlepas dari penggunaan hutang. Dari penggunaan hutang itu, biasanya perusahaan atau pihak yang meminjamkan uang akan mengenakan suatu tingkat persentase tambahan dari nilai hutang yang diberikan. Sehingga perusahaan yang berlandaskan hukum syariah Islam menjadikan hal tersebut sebagai pertimbangan untuk keputusan pendanaan. Di Indonesia sudah bertahun - tahun transaksi ekonomi berdasarkan sistem ribawi (konvensional) menguasai sistem perekonomian di Indonesia bahkan sistem perekonomian di dunia. Dengan beragam produknya sistem konvensional mendominasi aktifitas perekonomian umat manusia.

Syariat Islam memandang bahwa transaksi ekonomi antar manusia harus terbebas dari riba, karena riba menurut pandangan syariat Islam sebagai dosa yang sangat besar (hadist, Al-Qur’an Ar-Rum Ayat 39, An-Nisa Ayat 160-161 dan Ali-Imran Ayat 130 serta Al-Baqarah Ayat 275-280). Karena itu umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ajaran tentang haramnya riba dengan


(23)

5

meninggalkan segala sesuatu yang berbau riba. Menurut terminologi ilmu fiqh dalam (Chair, 2012), riba merupakan tambahan khusus yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat tanpa adanya imbalan tertentu. Riba sering juga diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai "Usury" dengan arti tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang dilarang oleh syara', baik dengan jumlah tambahan yang sedikit atau pun dengan jumlah tambahan banyak.

Dalam pemberian hutang terdapat dua pola dalam pembayaran hutang pada saat jatuh temponya, yaitu sistem bunga yang sampai sekarang diterapkan oleh perusahaan konvensional dan sistem bagi hasil yang mulai diterapkan di Indonesia dalam perusahaan yang berprinsip syariah. Sistem ekonomi Islam tumbuh karena pola bagi hasil yang diterapkannya. Sistem ini lebih unggul bila dibandingkan dengan sistem bunga konvensional. Pada sistem yang berdasarkan atas prinsip bagi hasil (profit and loss sharing) dan berbagi risiko (risk sharing). Sistem ini diyakini oleh para ulama sebagai jalan keluar untuk menghindari penerimaan dan pembayaran bunga (riba). Jadi dalam operasinya perusahaan melakukan kemitraan dengan pengusaha dan meminjamkan dana, tanpa memungut bunga, tetapi memperoleh bagi hasil dan bagi risiko dengan perusahan jika tidak memperoleh keuntungan, karena bank dapat merugi dan tidak memperoleh hasil tetap dan pasti.


(24)

6

Seiring berjalan nya waktu Majelis Ulama Indonesia (MUI) Mengeluarkan fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/X/2011 bahwa rasio penggunaan hutang disertai bunga terhadap ekuitas atau modal dalam perusahaan yang telah memenuhi kualifikasi dari kriteria syariah maksimal sebesar 45%.

Bursa Efek Indonesia mendukung peraturan maupun fatwa dari pemerintah dan ulama, maka dikembangkanlah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung indeks harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah, yaitu Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003. Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 saham yang memenuhi kriteria syariah.

Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam


(25)

7

menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban ataskeinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal.

Emiten syariah dalam sistem pendanaannya berupa hutang harus mempertimbangkan syarat-syarat yang diberikan oleh kreditur yang meminjamkan dana berupa hutang tersebut, biasanya kebijakan hutang tersebut disertai oleh bunga dan dalam prinsip syariah penggunaan bunga baik pembiayaan maupun penghimpunan dananya tidak sesuai dengan prinsip syariah.

Rasio antara sumber dana pihak ketiga dengan hutang yang menggambarkan struktur perusahaan disebut DER (Debt to Equity Ratio). Rasio DER menunjukan tingkat resiko suatu perusahaan dimana semakin tinggi rasio DER maka semakin tinggi resiko perusahaan. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah ekuitas perusahaan tidak mampu menutupi kuantitas hutang perusahaan. Kesimpulannya semakin banyak laba operasi perusahaan yang digunakan untuk membayar beban bunga tetap, semakin banyak aliran kas yang digunakan untuk membayar angsuran tetap,


(26)

8

sehingga laba bersih setelah pajak (EAT) perusahaan akan banyak berkurang. Menurut Brigham dan Houston (2010), para investor lebih tertarik pada tingkat DER tertentu yang besaran rasionya kurang dari satu, karena nilai DER perusahaan yang menunjukan nilai lebih dari satu memberi arti bahwa koefisien hutang dalam suatu perusahaan lebih tinggi dari jumlah modal sendiri. Berikut adalah Tabel 1.1 yang merupakan data empiris dari DER masing-masing emiten syariah di JII Periode 2009-2013.

Tabel 1.1

Debt to Equity Ratio Sampel Emiten Syariah yang Terdaftar Pada JII

Periode 2009-2013

No Nama Perusahaan Debt to Equity Ratio Rata-Rata 2009 2010 2011 2012 2013

1. Adaro Energy Tbk 1,43 1,19 1,31 1,23 1,10 1,26

2. Astra Agro Lestari Tbk 0,22 0,19 0,21 0,33 0,00 0,19

3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 0,23 0,29 0,41 0,54 0,71 0,43

4. Alam Sutera Realty Tbk 0,84 1,07 1,16 1,31 1,71 1,22

5. Astra International Tbk 1,00 1,10 0,34 0,42 1,02 0,77

6. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 0,24 0,17 0,15 0,17 0,16 0,18

7. Kalbe Farma Tbk 0,39 0,22 0,27 0,28 0,33 0,30

8. Lippo Karawaci Tbk 1,40 1,03 0,94 1,17 1,21 1,15

9. PP London Sumatera Indonesia Tbk 0,18 0,22 0,16 0,20 0,21 0,19

10. Tambang Batubara Bukitasam Tbk 0,40 0,36 0,41 0,50 0,55 0,44

11. Telekomunikasi Indonesia Tbk 1,50 0,98 0,69 0,66 0,65 0,90

12. Semen Indonesia (Persero) Tbk 0,23 0,29 0,35 0,46 0,41 0,35

13. United Tractors Tbk 0,84 0,84 0,69 0,56 0,61 0,71

14. Unilever Indonesia Tbk 1,02 1,15 1,85 2,02 0,69 1,63

Sumber : Data yang Diolah

Bedasarkan tabel 1.1 menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki struktur modal melalui perhitungan Debt to Equity Ratio yang merupakan cerminan penggunaan hutang suatu perusahaan dalam membiayai kegiatan operasionalnya, yaitu perusahaan yang


(27)

9

menggunakan hutang tidak lebih dari modal sendiri perusahaan tersebut, atau perbandinganya kurang dari sama dengan 1, maka perusahaan tersebut memiliki struktur modal yang dianggap baik.

Dari data diatas perusahaan yang mempunyai DER lebih dari 1 antara lain Adaro Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Lippo Karawaci Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Komposisi hutang dalam perusahaan-perusahaan tersebut lebih besar dari pada total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Jadi menurut teori struktur modal yang baik atau optimal, perusahaan-perusahaan ini memiliki struktur modal yang tidak optimal, yang bearti juga biaya modal yang besar sebanding dengan risiko yang dihadapi. Sementara itu kebanyakan investor lebih tertarik menanamkan modalnya ke dalam bentuk investasi pada perusahaan yang mempunyai DER yang besarnya kurang dari 1. Karena jika DER lebih besar dari 1 bearti risiko yang ditanggung oleh investor menjadi meningkat.

Sebaliknya, untuk perusahaan yang mempunyai DER kurang dari 1 maka menurut teori struktur modal dianggap optimal. Dalam data pada table diatas, dapat dilihat beberapa perusahaan yang mempunyai rasio penggunaan hutangnya tidak lebih dari penggunaan ekuitas, perusahaan tersebut antara lain, Astra Agro Lestari Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk, Astra International Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam


(28)

10

Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia (Persero) Tbk, dan United Tractors Tbk.

Terdapat beberapa variable yang menentukan manajer dalam keputusan pendanaanya atau keputusan para kreditur untuk mengucurkan dananya. Setiawan (2010) menggunakan variabel profitabilitas, sales growth dan struktur aktiva pada struktur modal perusahaan di indeks LQ-45. Adapun Arief (2011) menggunakan variabel profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, dan kesempatan bertumbuh dalam menganalisis struktur modal perusahaan di indeks JII (Jakarta Islamic Index). Namun tidak semua variabel akan dibahas dalam penelitian ini, namun hanya beberapa variabel yang akan dibahas seperti profitabilitas, struktur aktiva, sales growth, likuiditas, dan ukuran perusahaan.

Profitabilitas merupakan variabel yang mempengaruhi struktur modal. Dalam penelitian ini profitabilitas diwakili oleh ROA, yaitu rasio dari laba bersih dengan total aktiva perusahaan. Weston dan Bringham (2008) mengatakan bahwa perusahaan dengan ROA yang relatif tinggi cenderung menggunakan hutang yang minim. Hal ini dikarenakan dengan tingkat ROA yang tinggi, perusahaan akan memenuhi kebutuhan pendanaannya dengan dana yang dihasilkan secara internal (laba ditahan). Hubungan antara profitabilitas dengan struktur modal diprediksi bernilai negatif karena perusahaan yang profitable cenderung akan menggunakan


(29)

11

pendanaan internal daripada hutang. Penelitian yang dilakukan Setiawan (2010) dan Arief (2011) menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan yang diukur melalui Rasio DER. Ini menandakan bahwa semakin tinggi laba yang diraih, maka kebutuhan hutang akan semakin rendah.

Struktur modal juga dapat dipengaruhi oleh struktur aktiva dimana komposisi aktiva lancar dan aktiva tidak lancar dapat mendorong perusahaan meminjamkan aktivanya untuk memperoleh pinjaman dari pihak luar. Aktiva lancar yang dapat menunjukan tingkat likuiditas perusahaan sehingga perusahaan dapat membayarkan hutang sebelum jatuh tempo. Aktiva tidak lancar (Fix Assets) dapat dijadikan agunan untuk melakukan pinjaman kepada pihak luar. (Fix Assets) seperti tanah, gedung, kendaraan dapat dijadikan agunan untuk memperoleh pendanaan dari pihak eksternal. Konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Bramantyo Arief dengan menggunakan sampel di indeks JII (Jakarta Islamic Index) tahun 2006-2009 diperoleh hasil adanya hubungan struktur aktiva terhadap Leverage yang diukur melalui DER (Debt to Equity Ratio).

Sales Growth yang pada umumnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal menunjukan hasil yang tidak signifikan didalam penelitian Suci Pujiani dan Prasetiono yaitu pengaruh struktur aktiva, ROA, sales growth, firm size dan


(30)

12

kesempatan bertumbuh terhadap Leverage di perusahaan manufaktur sektor aneka industry dan barang konsumsi yang listing di BEI periode 2008-2011.

Ukuran perusahaan yang besar akan dengan mudah mendapatkan akses pendanaan eksternal, dikarenakan perusahaan tersebut mampu menyediakan informasi yang menurut kreditur lebih banyak dan relevan dibandingkan dengan perusahaan kecil. Disamping itu perusahaan berukuran besar dilihat dari struktur aktivanya dipercaya akan lebih likuid dalam pengembalian hutang, sehingga akan mendapatkan kepercayaan dari para kreditur untuk menerbitkan hutang yang lebih besar. Dalam penelitian yang dilakukan pujiani dan prasetiono tahun 2012 lalu menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap leverage yang diukur dengan DER. Namun penelitian ini menguji salah satu teori dalam struktur modal yaitu Pecking Order Theory.

Likuiditas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi struktur modal. Dalam hipotesis pecking order, likuiditas berpengaruh negative terhadap struktur modal. Karena perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi maka perusahaan tersebut akan menghindari hutang dan mendanai perusahaan nya dengan modal sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Farida Arini mengenai pengaruh likuiditas, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Pertumbuhan


(31)

13

Penjualan terhadap Struktur Modal di Perusahaan Pertambangan yang listing di BEI periode 2007-2012.

Dari beberapa penelitian terdahulu, masih terdapat perbedaan penelitian (research gap), feneomena di lapangan yang berkenaan dengan topic struktur modal. Bedasarkan Uraian diatas, maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengujian Pecking Order Theory Melalui Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Terhadap Financial Leverage pda Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index periode 2009-2013”.

B. Perumusan Masalah

Adapun Perumusan masalah dalam Penelitian Ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah Profitabilitas, Struktur Aktiva, Sales Growth, Ukuran Perusahaan dan Liquiditas berpengaruh terhadap Financial Leverage (DER) pada emiten syariah di indeks JII periode 2009-2013 baik secara parsial maupun simultan.

b. Apakah Emiten Syariah di Indeks JII periode 2009-2013 menggunakan pecking order theory dalam menentukan perilaku kebijakan struktur modalnya.


(32)

14

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dalam penulisan ini, tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Untuk menganalisis hubungan Profitabilitas, Struktur Aktiva, Sales Growth, Ukuran Perusahaan dan Liquiditas terhadap Financial Leverage (DER) baik secara parsial dan simultan. b. Untuk menganalisis perilaku kebijakan struktur modal pada

emiten syariah di Indeks JII periode 2009-2013 bedasarkan pada teori struktur modal dalam manajemen keuangan yaitu Pecking Order Theory.

Adapun kegunaan dari penelitian adalah : 1. Perusahaan

Pengujian teori pecking order melalui profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales growth, dan Likuiditas dapat dijadikan sebagai referensi terutama para praktisi berkaitan dengan pertimbangan perusahaan dalam mengambil keputusan investasi juga keputusan pendanaan yang memprioritaskan lebih kepada pendanaan internal (pertama), pendanaan eksternal berupa hutang (kedua) dan pendanaan eksternal berupa equity (ketiga) sehingga dapat memaksimalkan pencapaian salah satu tujuan perusahaan yaitu kemakmuran dan kesejahteraan pemegang saham.


(33)

15

2. Investor

Memberikan gambaran kepada para investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi kepada perusahaan yang akan ditanamkan dana dengan melihat struktur modal dari perusahaan yang bersangkutan.

3. Peneliti

Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal terutama mengenai Pecking Order Theory yang dikaitkan pada struktur modal emiten syariah di Indeks JII.

4. Akademik

Sebagai referensi dan pengetahuan dalam pengelolaan keuangan yang baik dan terarah khususnya pemahaman tentang struktur modal pada Indeks Syariah (JII). Dan juga menjadi tambahan bahan dalam pelaksanaan penelitian ataupun pembelajaran.


(34)

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Struktur Modal

Menurut Weston dan Brigham (2008), struktur modal merupakan kombinasi atau bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca sumber modal perusahaan. Pengertian struktur modal dibedakan dengan struktur keuangan, dimana struktur modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, sedangkan struktur keuangan mencerminkan perimbangan antara seluruh hutang (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan modal sendiri.

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2012) mengatakan struktur modal merupakan bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa dan struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang meminimalkan biaya modal perusahaan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan.

Menurut Weston dan Copeland (2005), struktur modal adalah pembiayaan

permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal

pemegang saham. Dengan tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan

bauran sumber dana permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan

harga saham dan agar tujuan manajemen keuangan untuk memaksimalkan nilai

perusahaan tercapai.


(35)

17

menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.

Menurut Riyanto (2008), struktur modal adalah pembelanjaan permanen didalam mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri.

Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan struktur modal adalah proporsi dalam pemenuhan kebutuhan

belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau

panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.

Setiap perusahaan dapat memperoleh dana dari 2 sumber, yaitu dari perusahaan itu sendiri dan dari luar perusahaan. Proporsinya tergantung dari kebijakan perusahaan itu sendiri. Dana ini nantinya akan digunakan untuk membiayai kegiatan usahanya.

Target dari struktur modal adalah menciptakan suatu komposisi hutang dan modal yang paling tepat dan yang paling menguntungkan dari segi keuangan bagi perusahaan. Jika perusahaan memiliki hutang yang besar maka modal perusahaan otomatis juga besar. Modal yang besar menyebabkan perusahaan mampu menghasilkan laba yang besar dimana disertai dengan risiko yang besar pula.


(36)

18

2. Komponen Struktur Modal

Menurut Riyanto (2008), Struktur modal suatu perusahaan memiliki beberapa komponen yang terdiri dari :

1) Hutang jangka panjang

Hutang jangka panjang yaitu hutang dengan jangka waktu relative panjang, umurnya lebih dari sepuluh tahun, yang umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi perusahaan. Jumlah hutang, baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek.

Waktu jatuh tempo hutang jangka panjang pada umumnya lebih dari satu tahun, biasanya 5 sampai 20 tahun. Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi. Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur (debt ratio) dilakukan dengan cara membagi total hutang jangka panjang dengan total aset. Semakin tinggi debt ratio, semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.


(37)

19

2) Modal Sendiri

Berkaitan dengan besarnya risiko yang ditanggung perusahaan apabila menggunakan hutang sebagai sumber pendanannya, maka perusahaan seringkali menitikberatkan susunan modalnya dengan penggunaan modal sendiri.

Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi pemilik adalah control terhadap perusahaan. Namun, return yang dihasilkan dari saham tidak pasti dan pemegang saham adalah pihak pertama yang menanggung risiko perusahaan. Dua hal tersebut merupakan opportunity cost atas modal sendiri. Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh tempo. Ada 2 (dua) sumber utama dari modal saham yaitu:

a) Modal saham preferen

Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak istimewa yang menjadikannya lebih diprioritaskan daripada pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham preferen dalam jumlah yang banyak.

b) Modal saham biasa

Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut


(38)

20

pemilik residual, sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan aset telah dipenuhi.

3. PeckingOrder Theory

Pecking order theory ini merupakan pengembangan dari signaling theory. Teori tersebut adalah teori struktur pendanaan yang menawarkan alternatif lain dalam pengambilan keputusan pendanaan. Pemilihan pendanaan bedasarkan risiko merupakan konsep pecking order theory yang diperkenalkan oleh Myers (1984) dan Myers dan Majluf (1984). Perilaku manajemen yang tidak mengikuti urutan pendanaan menurut pecking order theory merupakan suatu sinyal yang buruk mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan dating. Pecking order theory mengacu pada teori perusahaan yang bertujuan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan. Konsep ini berbeda dengan agency theory walaupun memiliki asumsi yang sama dalam hal asimetri informasi. Pecking order theory memprediksi bahwa pendanaan utang eksternal didasarkan pada defisit pendanaan internal.

a) Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

b) Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang


(39)

21

paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.

c) Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.

d) Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan bertumbuh, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia.

Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil.

4. Financial Leverage

Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan dalam rangka membiayai aktivitas operasionalnya. Dalam arti harfiah, leverage bearti pengungkit atau tuas. Menurut Weston & Copeland (2005), financialleverage adalah rasio antara nilai buku seluruh hutang terhadap total modal sendiri atau nilai total perusahaan. Bila semua dana berasal dari pemilik dalam bentuk


(40)

22

saham biasa, perusahaan tidak terikat dengan kewajiban untuk membayar tunai secara berkala dalam pembiayaannya. Tetapi, bunga atas hutang yang diambil dalam rangka pembiayaan perusahaan, biasanya merupakan biaya tetap keuangan yang harus dibayar tanpa mempedulikan tingkat laba perusahaan. Makin besar hutang yang diambil maka makin besar biaya tetap keuangan yang harus ditambahkan pada biaya tetap operasi.

Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham (R. Agus Sartono : 2008).

Dalam hal ini, financial leverage diartikan sebagai penggunaan hutang, sedangkan beban tetap yang dimaksud adalah berupa bunga. Pada analisis rasio keuangan, financial leverage dihitung melalui perbandingan total hutang dan total aset perusahaan, dimana dalam laporan keuangan perusahaan disebut leverage ratio. Rasio-rasio leverage menunjukkan besarnya modal yang berasal dari pinjaman (modal asing) yang dipergunakan untuk membiayai investasi dan operasional perusahaan. Sumber yang berasal dari modal asing akan meningkatkan rasio perusahaan. Biasanya leverage diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) yang menunjukkan perbandingan antara total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) dengan modal sendiri (modal saham biasa dan saham preferen) atau diukur menggunakan Debt to Total Asset menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan hutang atau berapa bagian aktiva yang digunakan


(41)

23

untuk menjamin hutang. Semakin tinggi rasio DER menunjukkan komposisi hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri dan menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.

5. Faktor-Faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal

Keputusan Struktur Modal tercermin dari perubahan keputusan pendanaan, maka penelitian ini menggunakan perubahan Leverage untuk mengukur keputusan pendanaan perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel untuk menentukan struktur modal pada emiten syariah di JII (Jakarta Islamic Index) bedasarkan hipotesis Pecking Order Theory. Berikut adalah penjelasan masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

a. Profitabilitas

Profitabilitas menurut Riyanto (2008) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Keuntungan yang diraih dari investasi yang akan ditanamkan merupakan pertimbangan utama bagi sebuah perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya.

Profitabilitas menurut Sartono (2008) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam penjualanya.

Rasio profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. (Rodoni dan Herni Ali, 2010). Dengan pengukuran profitabilitas, maka dapat diketahui kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba yang akan menentukan struktur modal yang dimiliki


(42)

24

perusahaan. Perolehan laba yang besar diduga akan mengurangi jumlah modal yang berasal dari hutang, begitupun sebaliknya.

Sujoko (2007) dalam Fadli (2010) mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan perusahan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun. Untuk mengetahui profitabilitas yaitu dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah pada perusahaan tersebut.

Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan bagi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Salah satu rasio yang sering digunakan adalah Return on Investment (ROI), yang merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan investasi yang tersedia di dalam perusahaan. Bila investasi yang digunakan adalah keseluruhan jumlah aktiva yang ada, maka Return on Investment sering juga disebut Return on Assets (ROA). (Riyanto, 2008)

Konsep ROA merupakan kriteria penilaian yang sangat luas dan dapat dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat ukur tetang hasil pelaksanaan untuk mengukur sampai sejauh mana efektifitas penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan.


(43)

25

b. Struktur Aktiva

Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing – masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap (Riyanto, 2008). Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi (Riyanto, 2008).

Struktur aktiva dapat dipandang dari aspek operasional yang pada dasarnya menggolongkan aktiva dalam perbandingan tertentu untuk keperluan operasi utama perusahaan. Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed asset). Dari keseluruhan jumlah aktiva tetap ada, maka ada beberapa yang

merupakan “keharusan” dalam perusahaan– perusahaan industri, karena tanpa aktiva tersebut proses produksi tidak akan mungkin berjalan. Ada perusahaan–perusahaan yang menggunakan aktiva tetap dalam jumlah yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi. Perusahaan yang menggunakan aktiva tetap yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja disebut sebagai perusahaan yang “capital intensive”, sedangkan perusahaan–perusahaan yang memperkerjakan jauh lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan mesin-mesin, disebut sebagai


(44)

26 perusahaan yang “labour intensive”. Penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono (2012) menyatakan bahwa Struktur Aktiva mempunyai hubungan Negatif terhadap Financial Leverage. Sehingga sesuai dengan Hipotesis Pecking Order yang Artinya Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya jadi lebih mudah. Sehingga, permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat dan lebih memilih untuk menerbitkan saham.

c. Sales Growth

Menurut Rodoni dan Ali (2010), mengtakan bahwa petumbuhan secara tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang signifikan, walaupun pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah. Jadi perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi akan memiliki debt ratio yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhanya rendah. Pertumbuhan pada intinya adalah fitur dari dunia nyata, sebagai hasilnya pendanaan hutang tidak optimal.

Perusahaan dengan penjualan relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingan dengan perusahaan dengan tingkat penjualan yang tidak stabil (Brigham dan Houston, 2010)

Menurut Pujiani dan Prasetiono (2012) Rasio Sales Growth adalah rasio yang mengukur pertumbuhan penjualan perusahaan dengan


(45)

27

mengukur perbedaan nilai penjualan pada suatu periode. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya.

d. Ukuran Perusahaan

Menurut Brigham dan Houston (2010), ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian. Pada perusahan yang besar di mana saham akan tersebar luas, setiap perluasan modal saham akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap terhadap hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap pihak yang bersangkutan (Riyanto, 2008).

Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana saham tersebut berada dilingkungan perusahan yang kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk mendapat pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar


(46)

28

memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan dalam industri, sebaliknya perusahaan dengan skala kecil akan lebih menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leverage akan lebih besar dari pada perusahaan yang berukuran kecil.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan akan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Dalam penelitian ini, total penjualan digunakan sebagai alat ukur ukuran perusahaan, dengan mempertimbangkan bahwa nilai penjualan relatif lebih stabil. Jika nilai dari total aktiva, penjualan, atau modal itu besar, maka digunakan natural logaritma dari nilai tersebut (Miswanto dan Husnan, 1999) dalam Arief (2011).

Ukuran Perusahaan mempunyai Hubungan Positif dengan Leverage, ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono (2012). Serta sesuai dalam Hipotesis Pecking Order yang memilih untuk menggunakan dana Internalnya karena perusahaan yang kecil memiliki kecendrungan untuk terlikuidasi ketika mereka berada pada financial distress. Lebih lanjut lagi, perusahaan besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko kebangkrutan dan pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas hutang ketika ukuran perusahaan yang


(47)

29

diproksikan dengan total asset yang dimiliki semakin besar maka perusahaan dapat dengan mudah untuk mendapatkan pinjaman, dengan asumsi bahwa pemberi pinjaman (lenders) percaya bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang cukup.

e. Likuiditas

Penggunaan rasio lancar untuk likuiditas akan diketahui seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya. Menurut Rodoni dan Herni Ali (2010) rasio likuiditas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Dari pengertian tersebut, likuiditas mempengaruhi struktur modal dimana melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutangnya, semakin kecil kemampuan memenuhi hutang kemungkinan menggunakan modal dengan hutang juga berkurang atau sedikit. Disisi lain, rasio lancar akan menunjukkan kepada investor bahwa perusahaan telah mampu memenuhi kewajiban lancar yang dimilikinya. Maka akan menambah kepercayaan kepada investor bahwa investasi di perusahaan akan menjamin resiko perusahaan tidak gulung tikar karena mampu memenuhi kewajibannya atau likuiditasnya tinggi. Likuiditas merupakan pertimbangan yang diperlukan investor dalam menilai perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya tidak tertanggu dengan lilitan hutang yang ditanggungnya. Investor tidak khawatir dengan adanya hutang yang timbul karena likuiditas yang mencukupi yang menandakan


(48)

30

perusahaan mampu membayar hutang tersebut. Menurut pecking order theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Ini Artinya likuiditas mempunyai Hubungan negatif terhadap Leverage.

B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen 1) Pengaruh Profitabilitas Terhadap Financial Leverage

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari penggunaan modal atau total aktivanya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arief (2011) profitabilitas ditemukan berhubungan negatif dengan hutang sehingga sesuai dengan hipotesis pecking order yang menyatakan Profitabilitas yang biasa diukur dengan Return on Asset (ROA) berhubungan negatif terhadap financial leverage, yang artinya semakin besar Profitabilitas perusahaan maka semakin kecil keputusan pendanaan melalui hutang yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2010), Pujiani dan Prasetiono (2012), Nurul, Roslina, dan Suhana (2012) dan Ariani (2013). Dimana perusahaan dengan tingkat pengembalian yang


(49)

31

tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil, dan memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal karena lebih mudah dan biaya akan lebih efektif dengan menggunakan pendanaan internal, yaitu dengan laba ditahan. Oleh karena itu, profitabilitas mempunyai hubungan positif dengan financial leverage.

2) Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Financial Leverage

Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing – masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap (Riyanto, 2008). Struktur aktiva terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Struktur aktiva diukur dengan perbandingan aktiva tetap dengan total aktiva. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2013), struktur aktiva berpengaruh negative terhadap hutang yang diukur melalui Debt to Equity Ratio. Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah sehingga permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat. Ini artinya semakin tinggi struktur aktiva (semakin besar jumlah aktiva tetap) maka penggunaan modal sendiri akan semakin tinggi yang akan sehingga penggunaan modal asing akan semakin sedikit atau struktur modalnya semakin rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arief (2011) dan Pujiani


(50)

32

dan Prasetiono (2012) yang mengatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh negative terhadap leverage atau hutang.

3) Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Leverage

Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, salah satunya adalah total aktiva atau asset. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono (2012). Ukuran Perusahaan mempunyai Hubungan Positif dengan Leverage yang diukur melalui Debt to Equity Ratio (DER) Serta sesuai dalam Hipotesis Pecking Order yang memilih untuk menggunakan dana Internalnya karena perusahaan yang kecil memiliki kecendrungan untuk terlikuidasi ketika mereka berada pada financial distress. Lebih lanjut lagi, perusahaan besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko kebangkrutan dan pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas hutang ketika ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total asset yang dimiliki semakin besar maka perusahaan dapat dengan mudah untuk mendapatkan pinjaman, dengan asumsi bahwa pemberi pinjaman (lenders) percaya bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang cukup. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arief (2011) dan Ariani (2013).


(51)

33

4) Pengaruh Sales Growth Terhadap Financial Leverage

Pertumbuhan Penjualan yang stabil akan mengakibatkan perusahaan cenderung menggunakan modal sendiri sebagai pembiayaan aktivitas operasionalnya (Rodoni dan Ali, 2010). Pendapat ini sesuai dengan hipotesis pecking order yang menyatakan bahwa Sales Growth berpengaruh negative terhadap Leverage (DER). Tingkat pertumbuhan penjualan yang stabil menandakan bahwa perusahaan akan lebih mampu dalam menciptakan laba dengan tingkat pertumbuhan yang stabil pula, sehingga perusahaan memiliki stabilitas alokasi sumber pendanaan dari laba ditahan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2013).

5) Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial Leverage

Likuiditas merupakan salah satu indikator mengenai kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Dalam hipotesis pecking order, likuiditas berpengaruh negative terhadap Debt to Equity Ratio (DER). Karena ketika perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi justru tingkat hutangnya akan rendah dikarenakan sumber dana yang melimpah sehingga perusahaan akan menggunakan dana internal terlebih dahulu untuk membiayai investasinya. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahman (2013) dan Ariani (2013).


(52)

34

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu terkait dengan variabel dan tema yang menyerupai penelitian ini akan dijelaskan dibawah, berikut beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur modal perusahaan.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama dan Judul

Penelitian Sampel Alat statistik Hasil 1. Setiawan (2010), “Analisis

Pengaruh Profit, Growth, dan Asset Structure terhadap Struktur Modal :

(Studi kasus pada perusahaan LQ 45)”.

Semua Perusahaan yang

masuk kategori indeks LQ 45 periode

2006-2008

Analisis regresi liner

berganda

Berdasarkan metode yang digunakan yaitu Metode Analisis linier Bergandamenjelaskan

bahwaterdapat pengaruh secara simultan pada variabel

profit, growth dan asset struktur terhadap struktur modal. Secara parsial variabel yang

berpengaruh adalah profit dan asset

struktur. Pada penelitian ini ditemukan analisa variabel yang paling dominan adalah profit. 2. Fadli (2010), “ Analisis

Pengaruh Faktor-Faktor penentu Struktur Modal

Terhadap Leverage Hipotesis Pecking Order

dan Trade Off Theory”.

97 Perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2005-2008 Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan program LISREL 8.80

tangibility, size dan

growth secara signifikan berpengaruh

terhadap leverage perusahaan, sedangkan

profitability dan

earning volatility tidak berpengaruh

signifikan. Perusahaan di BEI menggunakan struktur

modal teori Pecking Order Theory.


(53)

35

3. Arief (2011), “Analisis Pengujian Pecking Order Theory melalui keterkaitan

profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, dan kesempatan bertumbuh pada emiten syariah di JII

periode 2006-2009”.

12 Emiten Syariah pada berbagai sub sektor industry

yang masuk kategori indeks JII

periode 2006-2009

Analisis regresi Linier

berganda

Hasil penelitian ini adalah secara simultan variabel profitabilitas, struktur asset, ukuran

perusahaan, dan kesempatan bertumbuh mempengaruhi struktur modal. Sedangkan secara parsial variabel yang

mempengaruhi struktur modal adalah

profitabilitas dan struktur asset sedangkan variabel ukuran perusahaan dan kesempatan bertumbuh tidak mempengaruhi struktur modal.

4. Pujiani dan Prasetiono (2012), “Pengaruh Return

on Asset, Sales Growth, Structure Asset, Firm Size,

dan, Investment Opportunity terhadap

Financial Leverage”.

62 perusahaan Manufaktur yang

terdiri dari Tiga Sektor, yaitu Sektor Industri dan Kimia (22 Perusahaan), Sektor Aneka Industri (15 Perusahaan), dan Sektor Barang Konsumsi (25 Perusahaan) Regresi Linier Berganda dan menggunakan Uji beda yaitu

Chow Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perusahaan manufaktur sektor aneka industri return

on assets, structure assets, dan investment

opportunity

mempengaruhi

financial leverage. Sedangkan pada sektor

barang konsumsi hanya return on assets

dan investment opportunity yang

mempengaruhi

financial leverage. 5. Nurul, Roslina dan Suhana

(2012), “The Determinants of capital structure :

Evaluation between Shariah-Compilant and Coventional Companies”.

Sampel diambil menggunakan

purposive sampling dan telah diambil 70

perusahaan syariah dan 50

perusahaan konvensional. Yang terdaftar di

bursa efek Malaysia periode

Analisis regresi linier

berganda

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa

debt ratio dari perusahaan syariah

yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, size dan

Tangibility, tetapi non debt tax shield tidak


(54)

36

2005-2010 debt ratio. Sedangkan

pada perusahaan konvensional diperoleh bahwa profitabilitas, size, dan

non debt tax shield

signifikan terhadap debt ratio, tetapi

tangibility tidak signifikan. 6. Arini (2013), “Pengaruh

Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan

Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal

(Studi kasus pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia)”.

30 sampel dari populasi perusahaan yang

masuk dalam kategori pertambangan yang terdaftar di BEI periode

2007-2012.

Analisis Regresi Linier

Berganda

Dari hasil penelitian variabel pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh positif dan

signifikan, variabel likuiditas, ukuran perusahaan, dan profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan kearah negatif. Sedangkan variabel struktur aktiva mempunyai pengaruh yang positif

tidak signifikan. Dan variabel yang berpengaruh dominan

terhadap struktur modal adalah variabel

profitabilitas dengan

nilai beta standardized koefisien

tertinggi.

7. Lusangaji (2013),

“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal”. 13 Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2005-2011 Analisis Regresi Linier Berganda Secara simultan variabel ukuran perusahaan, struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Secara parsial ukuran


(55)

37 pertumbuhan penjualan, dan profitabilitas yang berpengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal. 8. Widodo (2013), “Analisis

Faktor-Faktor yang mempengauhi Struktur Modal Perusahaan sektor

Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia”.

11 Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011. Analisis Regresi Linier Berganda

Secara Simultan Size, Growth, Struktur Aktiva, ROA, dan

Sales berpengaruh terhadap Long Debt to

Equity Ratio. Secara Parsial Size,

ROA, dan Sales

berpengaruh negatif signifikan terhadap

Long Debt to Equity Ratio. Sedangkan

variabel Struktur Aktiva tidak berpengaruh terhadap

Long Debt to Equity Ratio.

9. Ahmed dan Shabbir (2014), “Does Pakistani Insurance

Industry follow Pecking Order Theory? ”.

28 Perusahaan Asuransi di Pakistan periode 2007-2011 Analisis Regresi Linier Berganda

Size, Profitabilitas,

Tangibility, Risk dan Likuiditas sangat berperan penting dalam menentukan

struktur modal perusahaan asuransi di

Pakistan. Dari signifikasi variabel

profitabiitas, Likuiditas, Tangibility,

dan Resiko menunjukan bahwa perusahaan asuransi di

Pakistan mengikuti

Pecking Order Theory

dalam Struktur Modalnya. 10. Fidelis, Edim dan Eke

(2014), “Determinants of Financial Structure : Evidence from Nigerian

Quoted Firms”.

25 Perusahaan bedasarkan

Kriteria pengambilan Sampel untuk periode 14 tahun

Model Panel Regresi Profitabilitas, Volatilitas (Resiko Operasional), Kesempatan Bertumbuh mempunyai Hubungan


(56)

38

yang diambil dari laporan tahunan yang diterbitkan perusahaan oleh

Bursa Efek Nigeria

yang negative terhdadap Struktur Modal. Sedangkan Ukuran Perusahaan dan Tangibility mempunyai hubungan

yang positif terhadap Struktur Modal. Dan Perusahaan Nigeria mengacu pada Pecking

Order Theory dimana Perusahaan telah

disimpulkan Menggunakan Pembiayaan Internal

dalam Struktur Modalnya

D. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akn menguji apakah variabel faktor-faktor penentu struktur modal seperti profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales growth, dan likuiditas berpengaruh terhadap financial leverage pada emiten syariah di JII dan apakah teori pecking order mampu menjelaskan lebih baik perilaku leverage pada emiten syariah di JII.

Bedasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang disesuaikan dengan teori, konsep jalur dan hasil penelitian terdahulu maka skematis dapat dibuat kerangka pemikiran yang dapat dilihat sebagai berikut :


(57)

39

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

(-) (-) (+) (-) (-) Laporan Keuangan Emiten Syariah di Jakarta

Islamic Index di Berbagai Sektor

Pecking Order Theory

Profitabilitas (X1)

Struktur Aktiva (X2)

Ukuran Perusahaan (X3)

Sales Growth

(X4)

Likuiditas (X5)

Financial Leverage

(Y)

Analisis Deskriptif

Statistik

Uji Model Regresi

Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas 2. Uji Heterokedastisitas 3. Uji Multikolinearitas 4. Uji Autokorelasi

Uji Hipotesis 1. Uji F 2. Uji T Regresi Linear Berganda :

Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Intepretasi


(58)

40

E. Hipotesis

Bedasarkan Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu dapat Diturunkan sejumlah Hipotesis sebagai Berikut :

H0 : β = 0 : Variabel Profitabilitas, Struktur Aktiva,

Ukuran Perusahaan, Sales Growth, dan Likuiditas tidak berpengaruh secara Simultan terhadap Financial Leverage (DER).

Ha : β ≠ 0 : Variabel Profitabilitas, Struktur Aktiva,

Ukuran Perusahaan, Sales Growth, dan Likuiditas berpengaruh secara simultan terhadap Financial Leverage (DER).

Ho : β1 = 0 : Variabel Profitabilitas tidak berpengaruh

terhadap Financial Leverage (DER).

Ha : β1≠ 0 : Variabel Profitabilitas berpengaruh negatif

terhadap Financial Leverage (DER).

Ho : β2 = 0 : Variabel Struktur Aktiva tidak berpengaruh

terhadap Financial Leverage (DER).

Ha : β2≠ 0 : Variabel Struktur Aktiva berpengaruh negatif

terhadap Financial Leverage (DER).

Ho : β3 = 0 : Variabel Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh

terhadap Financial Leverage (DER).

Ha : β3≠ 0 : Variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh


(59)

41

Ho : β4 = 0 : Variabel Sales Growth tidak berpengaruh

terhadap Financial Leverage (DER).

Ha : β4≠ 0 : Variabel Sales Growth berpengaruh negatif

terhadap Financial Leverage (DER).

Ho : β5 = 0 : Variabel Likuiditas tidak berpengaruh terhadap

Financial Leverage (DER).

Ha : β5≠ 0 : Variabel Likuiditas berpengaruh negatif


(60)

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap Emiten Syariah dari Berbagai sektor di JII (Jakarta Islamic Index) periode 2009 – 2013. Dimana di BEI (Bursa Efek Indonesia) adalah tempat perusahaan mempublikasi laporan keuangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Adapun penelitian dilakukan terhadap laporan keuangan dari Emiten Syariah JII (Jakarta Islamic Index) terkini yang telah diaudit dengan pengambilan periode terkini yaitu periode 2009-2013. Adapun variabel yang akan diteliti untuk proksi perhitungan hipotesis pecking order theory adalah Struktur Aktiva, Profitabilitas, Firm Size, Sales Growth, dan Likuiditas. Yaitu, dimana ada 1 variabel dependen dan 5 variabel independen.

B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2009), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti utnuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan kata lain, populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh


(61)

43

Emiten Syariah yang Listing di JII (Jakarta Islamic Index) periode 2009 sampai dengan 2013.

2. Sampel

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Sugiyono, 2009). Tujuan mengapa dalam penelitian ini dilakukan sampling karena jumlah atau populasi yang sangat besar sehingga keterbatasan peneliti untuk dapat meneliti populasi. Tekhnik sampling yang diambil adalah tekhnik sampling purposive sampling. Yaitu tekhnik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Dalam penentuan sampel penelitian, peneliti menentukan beberapa kriteria berikut:

1) Saham-saham emiten terdaftar di Jakarta Islamic Index aktif diperdagangkan selama periode pengamatan yaitu 2009 sampai 2013.

2) Emiten tidak mengalami delisting (Konsisten) pada Jakarta Islamic Index dari periode 2009-2013.

3) Perusahaan emiten menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit yang berakhir pada 31 desember dan mempublikasikan secara lengkap selama periode 2009-2013.


(62)

44

4) Menyajikan Laporan Keuangan dalam satuan mata uang rupiah (Rp), tidak dalam satuan mata uang asing.

5) Tidak memiliki ekuitas negatif.

Tabel 3.1 Pemilihan Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah

1. Emiten Syariah yang terdaftar di indeks JII Periode 2009-2013

58 2. Emiten Syariah yang Delisting (tidak

konsisten) selama periode 2009-2013

(42) 3. Emiten Syariah dengan data

Keuangan Mata Uang Asing

(2) Jumlah Perusahaan yang Memenuhi Kriteria 14

Tabel 3.2

Daftar Sampel Perusahaan

No Nama Perusahaan

1. Adaro Energy Tbk 2. Astra Agro Lestari Tbk

3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 4. Alam Sutera Realty Tbk 5. Astra International Tbk

6. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

7. Kalbe Farma Tbk

8. Lippo Karawaci Tbk

9. PP London Sumatera Indonesia Tbk 10. Tambang Batubara Bukitasam Tbk 11. Telekomunikasi Indonesia Tbk 12. Semen Indonesia (Persero) Tbk 13. United Tractors Tbk

14. Unilever Indonesia Tbk Sumber : www.idx.co.id


(63)

45

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis sumber data yaitu data sekunder, dan data tersier. Dimana data sekunder didapatkan melalui laporan keuangan tahunan Emiten Syariah yang listing di JII (Jakarta Islamic Index) Periode 2009 sampai dengan 2013.

Selain itu, data sekunder didapatkan dari sumber yang sudah menjadi sebuah sumber yang dipercaya. Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder, maka metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode studi kepustakaan. Metode studi kepustakaan yaitu suatu cara yang dilakukan dimana dalam memperoleh data dengan menggunakan cara membaca dan mempelajari buku-buku serta jurnal – jurnal yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam lingkup penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

Bedasarkan latar belakang dan tinjauan literature diatas, maka penelitian ini menggunakan beberapa analisis untuk membuktikan hasil dari literature-literatur sebelumnya, analisis tersebut diantara nya :

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif kuantitatif merupakan analisis data yang dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan variabel yang diteliti berupa angka-angka sebagai dasar untuk berbagai pengambilan


(1)

103 Lampiran 10: Correlations

Lampiran 11 : Model Summary


(2)

104 Lampiran 13 : Coeficients


(3)

105 Lampiran 15 : Histogram


(4)

106 Lampiran 17 : Scatterplot


(5)

107 Lampiran 19 : Tabel Cooeficients (Uji Glejser)


(6)

108 Lampiran 20 : Tabel Durbin Watson