Kebijakan Dividen Landasan Teori
b. Teori Dividen Residual Teori dividen residual menyatakan bahwa ketika perusahaan
akan memutuskan berapa banyak uang kas yang harus dibagikan kepada pemegang saham, ada dua hal yang harus tetap diingat, yaitu:
1 tujuan utamanya adalah untuk memaksimumkan nilai pemegang saham, dan 2 arus kas yang dihasilkan perusahaan merupakan milik
pemegang saham Brigham dan Houston, 2001:76. Manajemen harus menahan diri dengan upaya menahan laba kecuali jika laba itu dapat
diinvestasikan kembali guna menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi yang juga ikut dirasakan oleh pemegang saham daripada yang
diperoleh pemegang saham jika mereka menginvestasikan uang itu dalam investasi yang berisiko sama. Dengan demikian, ekuitas
internal, laba ditahan, lebih rendah biaya modalnya daripada ekuitas eksternal, saham biasa baru. Kondisi ini mendorong perusahaan untuk
menahan laba karena menambah dasar ekuitas internal dan dengan demikian mengurangi kemungkinan bahwa perusahaan harus
menambah ekuitas eksternal di masa mendatang untuk mendanai investasinya. Adanya biaya penerbitan saham baru menonjolkan
perbedaan antara modal internal dan eksternal. Tanpa biaya penerbitan, perusahaan tidak akan bersusah payah menentukan berapa besarnya
dividen dan berapa besarnya laba ditahan, demikian pula berapa besarnya pendanaan eksternal. Dengan adanya biaya penerbitan itu,
perusahaan jelas akan mengutamakan pendanaan internal.
Konsekuensinya, perusahaan akan melakukan pembayaran dividen setelah dana-dana kebutuhan investasi terpenuhi; dengan kata
lain, hanya jika ada “pendapatan tersisa” atau pendapatan residual, maka dividen akan dibayarkan. Inilah inti dari teori dividen residual
atau residual dividend theory Elton dan Gruber, 1970:68. Lebih
ditegaskan lagi, bahwa apabila fakta biaya-biaya penerbitan sekuritas diperhitungkan, maka kebijakan dividen perusahaan memiliki
karakteristik sebagai berikut: 1 mempertahankan rasio hutang optimum dalam pendanaan investasi mendatang; 2 menerima suatu
investasi hanya jika NPV Net Present Valuenya positif; 3
mendahulukan pendanaan internal, kalau ternyata tidak mencukupi, barulah perusahaan akan menerbitkan saham tambahan; dan 4
apabila setelah kebutuhan dana investasi terpenuhi masih ada sisa, maka perusahaan akan membayar dividen. Sedangkan apabila tidak
ada dana yang tersisa, maka dividen tidak dibayarkan Elton dan Gruber, 1970:70. Dengan demikian, konsekuensi dari apa yang telah
diuraikan di atas adalah bahwa, rasio pembayaran dividen yang optimal merupakan fungsi dari empat faktor, yaitu: 1 pilihan investor
atas dividen lawan keuntungan modal, 2 peluang investasi perusahaan, 3 struktur modal yang ditargetkan, dan 4 ketersediaan
dan biaya dari modal eksternal. Ketiga elemen terakhir digabungkan ke dalam model dividen residual
residual dividend model.
c. Bird In The Hand Theory
Menurut Mamduh 2012:366 mengatakan bahwa pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian, yang berarti mengurangi risiko,
yang pada giliran selanjutnya mengurangi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham. Beberapa argument yang
mendukung pembayaran dividen tinggi: 1 Mengurangi ketidakpastian. Myron Gordon dan John Lintner
berpendapat bahwa biaya modal saham akan naik karena investor merasa lebih pasti dengan pendapatan dividen dibandingkan
dengan pendapatn capital gain
2 Mengurangi konflik keagenan antara manager dengan pemegang
saham.
3 Efek Pajak. Dividen mempunyai pajak efektif lebih tinggi dibandingkan dengan
capital gain, tetapi dalam beberapa situasi, investor lebih memilih pembayaran dividen yang lebih tinggi
karena membayar pajak yang lebih rendah.
d.
Signaling Hypothesis Theory
Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen dan harga saham akan turun jika ada
pengumuman penurunan dividen. Tetapi ada argumen lain yang lebih masuk akal bahwa dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan
penurunan harga, prospek perusahaan yang ditunjukkan oleh
meningkatnya menurunnya dividen yang dibayarkan menyebabkan perubahan harga saham. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai teori
signal menurut Mamduh 2012:371. Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik sebagai wujud dari tanggung jawab atas pengelolaan
perusahaan. Teori
sinyal menjelaskan
mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi
laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak
luar khususnya investor dan kreditor. Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik
ataupun pihak yang berkepentingan lainnya. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
laporan keuangan, laporan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa
promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Penggunaan dividen
sebagai isyarat, cenderung berupa cerita bagaimana informasi dapat diteruskan ke pasar daripada teori tentang kebijakan dividen optimal.
Pengumuman yang menyatakan bahwa suatu perusahaan telah memutuskan untuk menaikkan dividen per saham mungkin diartikan
oleh penanam modal sebagai berita yang baik, karena dividen per saham yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan yakin arus
kas pada masa mendatang akan cukup besar untuk menanggung tingkat dividen yang tinggi Weston dan Copeland, 2010.
Pengumuman dividen sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata kepada pasar mengenai hasil kerja perusahaan di masa kini dan
masa yang akan datang adalah merupakan cara yang tepat meskipun mahal tetapi sangat berarti. Setelah menerima isyarat melalui
pengumuman dividen
maka pasar
akan bereaksi
terhadap pengumuman perubahan dividen yang dibayarkan sehingga bisa
dikatakan pasar menangkap informasi tentang prospek perusahaan yang terkandung dalam pengumuman tersebut Ambarwati, 2010
dikutip dalam Ratih 2010.
e. Teori Preferensi Pajak Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk
beranggapan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi menurut Suwaldiman dan Aziz 2007
dalam Ratih 2010 : 1 Keuntungan modal
capital gain dikenakan tarif pajak lebih rendah daripada pendapatan dividen. Untuk itu, investor yang
memiliki sebagian besar saham mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanam kembali laba ke dalam perusahaan.
Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan
menggantikan dividen yang pajaknya tinggi. 2 Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai sahamnya terjual,
sehingga ada efek nilai waktu. 3 Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai dia
meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang karena adanya keuntungan-keuntungan ini, para investor
mungkin lebih senang perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para investor akan mau membayar lebih
tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya
tinggi.
f. Efek Klien Clientele Effect
Kebijakan dividen seharusnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan segmen investor tertentu dikemukakan dalam Mamduh
2012:372 bahwa kelompok investor dengan tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen, karena dividen mempunyai tingkat pajak
yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain. Sebaliknya
kelompok investor dengan pajak yang rendah akan menyukai dividen.
g. Bentuk-Bentuk Dividen Menurut Kieso dan Wseygandt dalam Santoso 2012 dividen
yang dibagikan oleh perusahaan dapat mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut :
1 Dividen Kas Dividen yang paling umum dibagikan adalah dalam bentuk kas.
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam dividen kas adalah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian
dividen. 2 Dividen Saham
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham. Dividen saham
dibagikan sebanding dengan proporsi saham yang dimilikinya. 3 Dividen Hutang
Dividen hutang timbul ketika saldo laba yang dibagi tidak mencukupi untuk pembagian dividen sehingga perusahaan akan
mengeluarkan scrip dividend yaitu janji tertulis untuk membayar
dividen dalam jumlah tertentu di waktu yang akan datang. 4 Dividen Aset
Dividen dapat juga dibagikan dalam bentuk aset selain kas. Aset yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga, sediaan barang
atau asset lainnya yang dimiliki oleh perusahaan.
5 Dividen Likuiditas Dividen likuiditas adalah dividen yang sebagian besar merupakan
pengembalian modal. Biasanya modal yang dikembalikan adalah sebesar deflasi yang diperhitungkan untuk periode tersebut.