1. Data primer
Data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok, dan organisasi. Untuk memperoleh data primer, maka pada penelitian
ini peneliti menggunakan metode studi kasus case study. Untuk dapat memenuhi metode studi kasus, peneliti juga melakukan pengamatan dan
pengumpulan data, termasuk 1 wawancara mendalam dan 2 observasi. 1
Wawancara
a Pengertian Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu Moleong, 2005: 186.
Wawancara mendalam secara umum adalah proses keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara
dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara terlibat dalam kehidupan sosial informan Bungin, 2008: 18.
Wawancara bisa mengambil beberapa bentuk. Yang paling umum adalah wawancara bertipe open-ended, di mana peneliti dapat bertanya kepada responden
tentang fakta-fakta suatu peristiwa disamping opini mereka mengenai peristiwa yang ada. Responden juga bisa mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap
peristiwa tertentu dan peneliti bisa menggunakan proposisi tersebut sebagai dasar penelitian selanjutnya. Wawancara juga dapat dilakukan secara terfokus, di mana
responden diwawancarai dalam waktu singkat karena tujuan wawancara ini adalah
Universitas Sumatera Utara
untuk mendukun fakta-fakta tertentu yang sudah ditetapkan peneliti. Tipe wawancara ketiga memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terstruktur,
sejalan dengan survei Yin, 2003: 108-110 . Wawancara dapat menggunakan beberapa alat bantu atau perlengkapan
wawancara seperti tape recorder, pulpen, pensil, note, karet penghapus, stopmap plastik, daftar pertanyaan, hardboard, surat tugas, surat izin dan daftar responden,
bahkan peta lokasi juga amat membantu. Perlengkapan-perlengkapan tersebut ada yang secara langsung bermanfaat dalam wawancara seperti pulpen dan pensil,
tetapi ada juga yang hanya berguna apabila dibutuhkan. Teknik penggunaan alat- alat bantu wawancara ini menjadi otoritas pewawancara, yang digunakan
berdasarkan kemampuan, pengalaman, dan kondisi yang ada Bungin, 2007: 114- 115.
b Bentuk-Bentuk Pertanyaan Wawancara
Jika pewawancara hendak mempersiapkan suatu wawancara, ia perlu membuat beberapa keputusan. Keputusan itu berkaitan dengan pertanyaan apa
yang perlu ditanyakan, bagaimana mengurutkannya, sejauh mana kekhususan pertanyaan itu, berapa lama proses wawancara, dan bagaimana memformulasikan
pertanyaan itu Moleong, 2005: 192. Guba dan Lincoln dalam Moleong, 2005: 194-195 mengklasifikasikan beberapa pertanyaan yang akan diajukan dalam
wawancara, seperti berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
a Pertanyaan hipotesis atau pertanyaan bagaimana bila… b Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan responden ditanya
agar memberikan respons tentang hipotesis alternatif mengenai masa lalu, sekarang, atau yang akan datang;
c Pertanyaan yang menanyakan dan menantang responden untuk merespons dengan cara memberikan hipotesis alternatif atau penjelasan;
d Pertanyaan interpretatif yang menyarankan kepada responden agar memberikan interpretasinya tentang kejadian atau peristiwa;
e Pertanyaan yang memberikan saran; f Pertanyaan tentang alasan mengapa yang mengarahkan agar responden
memberikan penjelasan tentang kejadian atau perasaan; g Pertanyaan tipe argumen yang berusaha mengajar responden untuk menyatakan
perasaan atau menunjukkan sikap yang, apabila pewawancara tidak berada di situ tidak akan tampak;
h Pertanyaan tentang sumber yang berusaha mengungkapkan sumber tambahan, informasi asli, dan data atau dokumen tambahan;
i Pertanyaan yang mengharapkan jawaban ya atau tidak, yaitu pertanyaan yang berusaha menutupi intensitas perasaan atau kepercayaan tentang sesuatu
sedangkan pewawancaranya belum yakin; j Pertanyaan yang mengarahkan, dalam hal ini responden diminta untuk
memberikan keterangan tambahan pada informasi yang disediakan.
Universitas Sumatera Utara
2 Observasi
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan pancaindera lainnya.
Jadi dapat dikatakan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan Bungin, 2007: 115. Beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif
studi kasus adalah observasi partisipasi, observasi tidak berstruktur, dan observasi kelompok tidak berstruktur.
a Observasi Partisipasi
Observasi partisipasi adalah suatu observasi khusus di mana peneliti tidak hanya mennjadi pengamat yang pasif, melainkan juga mengambil peran dalam
situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang akan diteliti Yin, 2003: 113-114.
b Observasi Tidak Berstruktur
Observasi ini dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini, pengamat harus mampu secara pribadi mengembangkan daya
pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Yang terpenting dalam observasi tidak berstruktur adalah pengamat harus menguasai ilmu tentang
objek secara umum dari apa yang hendak diamati, hal mana yang membedakannya dengan observasi partisipasi, yaitu pengamat tidak perlu
memahami secara teoritis terlebih dahulu objek penelitian Bungin, 2007: 116- 117.
Universitas Sumatera Utara
c Observasi Kelompok
Observasi ini dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
2. Data Sekunder