52
ii Perundang-undangan pemerintah yang tidak diakui tidak selamanya dianggap
tidak sah.
C. Dasar hukum atau syarat-syarat untuk pengakuan suatu Negara oleh PBB
Negara merupakan subyek hukum yang terpenting dibanding dengan subyek-subyek hukum internasional lainnya. Menurut Henry C. Black Negara
sebagai sekumpulan orang yang secara permanen menempati suatu wilayah yang tetap, diikat oleh ketentuan-ketentuan hukum yang melalui pemerintahnya mampu
menjalankan kedaulatannya yang merdeka dan mengawasi masyarakat dan harta bendanya dalam wilayah perbatasannya mampu menyatakan perang dan damai
serta mampu mengadakan hubungan internasional dengan masyrakat internasional lainnya.
56
a A permanent population;
Berdasarkan isi pasal 1 Montevideo Convention on Rights and Duties of States of 1933,
pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:
b A defined territory;
c A government; and
d A capacity to enter into relations with other States.
Berikut adalah uraian singkat tentang masing-masing unsur tersebut. a.
Harus ada rakyat. Yang dimaksud dengan rakyat yaitu sekumpulan manusia dari kedua jenis kelamin yang hidup bersama sehingga merupakan suatu
masyarakat, meskipun mereka ini mungkin berasal dari keturunan yang
56
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, St. Paul Minn.: West Publishing Comp, edisi ke-5, 1979, hlm. 1262.
Universitas Sumatera Utara
53
berlainan, menganut kepercayaan yang berlainan atau pun memiliki kulit yang berlainan. Syarat penting untuk unsur ini yaitu bahwa rakyat atau
masyarakat ini harus terorganisasi dengan baik. Sebab sulit dibayangkan, suatu Negara dengan pemerintahan yang terorganisasi dengan baik “hidup”
berdampingan dengan masyarakat disorganized. b.
Harus ada daerah, di mana rakyat tersebut menetap. Rakyat yang hidup berkeliaran dari suatu daerah ke daerah lain bukan termasuk Negara, tetapi
tidak penting apakah daerah yang didiami secara tetap itu besar atau kecil, dapat juga hanya terdiri dari satu kota saja, sebagaimana halnya dengan
Negara kota. Tidak dipersoalkan pula apakah seluruh wilayah tersebut dihuni atau tidak.
c. Harus ada pemerintah, yaitu seorang atau beberapa orang yang mewakili
rakyat, dan memerintah menurut hukum negerinya. Suatu masyarakat yang anarkis bukan termasuk Negara.
d. Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan Negara lain, yang sering
juga disebut dengan “pemerintah itu harus berdaulat”. Yang dimaksud dengan pemerintah yang berdaulat yaitu kekuasaan yang tertinggi yang merdeka dari
pengaruh suatu kekuasaan lain di muka bumi. Kedaulatan dalam arti sempit berarti kemerdekaan sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar batas-batas
negeri. Menurut J.G. Starke, unsur atau persyaratan inilah yang paling penting
dari segi hukum internasional. Cirri ini pulalah yang membedakan Negara dengan unit-unit yang lebih kecil seperti anggota-anggota federasi atau proktektorat-
Universitas Sumatera Utara
54
protektorat yang tidak menangani sendiri urusan luar negerinya dan tidak diakui oleh Negara-negara lain sebagai anggota masyarakat internasional yang mandiri.
57
Suatu Negara dapat saja lahir dan hidup tetapi itu belum berarti bahwa Negara tersebut mempunyai kedaulatan. Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi
yang dimiliki oleh suatu Negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai kepentingannya asal saja kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan
hukum internasional. Sesuai dengan hukum internasional kedaulatan memiliki tiga aspek utama
58
1 Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap Negara untuk secra bebas
menentukan hubungannya dengan berbagai Negara atau kelompok- kelompok lain tanpa kekangan, tekanan atau pengawasan dari Negara lain.
yaitu: ekstern, intern dan territorial.
2 Aspek intern kedaulatan ialah hak atau wewenang eksklusif suatu Negara
untuk menentukan bentuk lembaga-lembaga, cara kerja lembaga-lembaga tersebut dan hak untumk membuat undang-undang yang diinginkannya
serta tindakan-tindakan untuk mematuhi. 3
Aspek territorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan eksklusif yang dimiliki oleh negara atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat
di wilayah tersebut.
59
57
J.G. Starke, Op.cit., hlm. 92
5858
Nkambo mugerwa, Subjects of International Law, Edited by Max Sorensen, Mac Millan, New York, 1968. P.253.
59
Dr. boer Mauna, Op,cit., hlm.24
Universitas Sumatera Utara
55
BAB III PERUBAHAN ENTITAS PALESTINA DI PBB
A. Status Negara Palestina sebagai Entitas Pemantau