4 1. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan
kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMND.
6
Pengelola BMN adalah Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, yang dapat mendelegasikan
kewenangan dan tanggung jawab tertentu kepada Pengguna BarangKuasa Pengguna Barang.
7
Khusus untuk BMD yang menjadi pemegang kekuasaan pengelolaannya adalah GubernurBupatiWalikota, sedangkan yang menjadi pengelola BMD adalah Sekretaris
Daerah.
8
2. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan Penggunaan BMND.
9
Pengguna BMN
adalah MenteriPimpinan
Lembaga selaku
Pimpinan kemeterianlembaga yang dapat mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab
tertentu kepada Kuasa Pengguna Barang.
10
Sedangkan Pengguna BMD adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD.
11
3. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya dengan
sebaik-baiknya.
12
Kuasa Pengguna BMN adalah Kepala Kantor dalam lingkungan KementerianLembaga.
13
4. Penilai adalah pihak yang melakukan penilaian secara independen berdasarkan kompetensi yang dimilikinya.
14
Penilaian BMN berupa tanah danatau bangunan dalam rangka Pemanfaatan atau Pemindahtanganan dilakukan oleh:
15
a. Penilai Pemerintah; atau
b. Penilai Publik yang ditetapkan oleh Pengelola Barang. Penilaian BMD berupa tanah danatau bangunan dalam rangka Pemanfaatan atau
Pemindahtanganan dilakukan oleh:
16
a. Penilai Pemerintah; atau
b. Penilai Publik yang ditetapkan oleh GubernurBupatiWalikota.
D. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran BMND
Perencanaan Kebutuhan BMND dalam PP Nomor 27 Tahun 2014 disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi KementerianLembagaSKPD serta
ketersediaan BMND yang ada.
17
Hal ini berbeda dengan pengaturan perencanaan kebutuhan BMND pada PP Nomor 6 Tahun 2006 yang hanya memperhatikan ketersediaan BMND.
18
6
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 Angka 3.
7
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 4 Ayat 1 dan Ayat 3.
8
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 5 Ayat 1 dan Ayat 3.
9
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 Angka 4.
10
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 6 Ayat 1 dan Ayat 3.
11
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 8 Ayat 1.
12
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 Angka 5.
13
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 7 Ayat 1.
14
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 Angka 6.
15
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 50 Ayat 1.
16
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 50 Ayat 2.
17
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 9 Ayat 1.
18
PP Nomor 6 Tahun 2006, Pasal 9 Ayat 1.
5 Adapun
ruang lingkup perencanaan kebutuhan
meliputi perencanaan pengadaan, pemeliharaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, dan penghapusan BMND.
PP Nomor 27 Tahun 2014 menjelaskan bahwa perencanaan kebutuhan merupakan salah satu dasar bagi
KementerianLembagaSKPD dalam pengusulan penyediaan
anggaran untuk kebutuhan baru new initiative dan angka dasar baseline serta
penyusunan rencana kerja dan anggaran.
19
Sedangkan PP Nomor 6 Tahun 2006 hanya menyatakan bahwa perencanaan
kebutuhan BMND disusun dalam rencana kerja dan anggaran.
20
Berbeda dengan PP Nomor 6 Tahun 2006, PP Nomor 27 Tahun 2014 secara tegas mengatur bahwa penetapan standar kebutuhan oleh GubernurBupatiWalikota dilakukan
berdasarkan pedoman yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri dan standar harga ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
21
E. Pengadaan, Penggunaan, Pemanfaatan, Pengamanan, Pemeliharaan, dan Penilaian BMND
1. Pengadaan
Pengaturan tentang Pengadaan BMND dalam PP Nomor 27 Tahun 2014 tidak mengalami perubahan yang berarti. Mengingat proses pengadaan yang sangat panjang
dan rumit sehingga perlu penjelasan lebih detail dalam peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur mekanisme pengadaan BMND.
2. Penggunaan
PP Nomor 27 Tahun 2014 menetapkan pengecualian terhadap penetapan status penggunaan. Penetapan status penggunaan tidak dilakukan terhadap :
22
a. BMND berupa: barang persediaan; konstruksi dalam pengerjaan; atau barang yang
dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan. b. BMN yang berasal dari dana dekonsentrasi dan dana penunjang tugas pembantuan,
yang direncanakan untuk diserahkan; c.
BMN lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola Barang; atau d. BMD lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh GubernurBupatiWalikota.
Sedangkan dalam PP Nomor 6 Tahun 2006, penetapan status penggunaan barang berlaku untuk seluruh BMND.
PP Nomor 27 Tahun 2014 juga menyederhanakan proses penetapan status penggunaan BMND sebagai berikut :
23
a. Pengelola Barang dapat mendelegasikan penetapan status Penggunaan BMN selain
tanah danatau bangunan kepada Pengguna BarangKuasa Pengguna Barang. b. GubernurBupatiWalikota dapat mendelegasikan penetapan status Penggunaan
atas BMD selain tanah danatau bangunan dengan kondisi tertentu kepada Pengelola Barang Milik Daerah.
19
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 9 Ayat 3.
20
PP Nomor 6 Tahun 2006, Pasal 9 Ayat 1.
21
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 9 Ayat 6 dan Ayat 7.
22
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 15.
23
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 16 dan Pasal 17.
6 c.
Dalam kondisi tertentu, Pengelola Barang dapat menetapkan status Penggunaan Barang Milik Negara pada Pengguna Barang tanpa didahului usulan dari
Pengguna Barang. Pada PP Nomor 27 Tahun 2014, terdapat penambahan ketentuan mengenai
pengalihan BMND. Disebutkan dalam PP Nomor 27 Tahun 2014 bahwa BMND dapat dialihkan status penggunaannya dari Pengguna Barang kepada Pengguna Barang lainnya
untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi berdasarkan persetujuan Pengelola Barang.
24
Selain itu juga disebutkan bahwa BMND yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang dapat digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam
jangka waktu tertentu tanpa harus mengubah status Penggunaan BMND tersebut setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Gubernur BupatiWalikota.
25
Terdapat pengecualian kewajiban penyerahan BMND berupa tanah atau bangunan yang tidak digunakan apabila BMND tersebut telah direncanakan untuk
digunakan atau dimanfaatkan dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh Pengguna Barang, untuk BMN, atau GubernurBupatiWalikota untuk BMD.
26
Terdapat tambahan sanksi bagi pengguna barang yang tidak menyerahkan BMN yang tidak digunakan, yaitu penundaan penyelesaian atas usulan Pemanfaatan,
Pemindahtanganan, atau Penghapusan BMN.
27
3. Pemanfaatan
Dalam PP Nomor 27 Tahun 2014, terdapat bentuk pemanfaatan BMND yang baru yaitu “Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur” yang masa sewanya paling lama 50
tahun dan dapat diperpanjang. Sedangkan bentuk pemanfaatan lainnya masih sama dengan yang diatur pada PP Nomor 6 Tahun 2006 yang kemudian dalam PP Nomor 27
Tahun 2014 mengalami beberapa perubahan dan penambahan yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Sewa Sewa BMND dilaksanakan terhadap:
28
1 BMN yang berada pada Pengelola Barang; 2 BMD berupa tanah danatau bangunan yang sudah diserahkan oleh Pengguna
Barang kepada GubernurBupatiWalikota; 3 BMN yang berada pada Pengguna Barang;
4 BMD berupa sebagian tanah danatau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang; atau
5 BMD selain tanah danatau bangunan. BMND dapat disewakan kepada pihak lain dengan jangka waktu sewa paling lama 5
lima tahun dan dapat diperpanjang, untuk kegiatan berupa kerja sama infrastruktur dan kegiatan dengan karakteristik usaha yang memerlukan waktu sewa lebih dari 5
24
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 20 Ayat 1.
25
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 19.
26
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 22 Ayat 3.
27
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 23 Ayat 1 huruf b.
28
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 28 Ayat 1.
7 lima tahun, atau ditentukan lain dalam Undang-Undang.
29
Hasil Sewa BMND merupakan penerimaan negara yang seluruhnya wajib disetorkan ke rekening Kas
Umum NegaraDaerah secara tunai paling lambat dua hari kerja sebelum ditandatanganinya perjanjian Sewa BMND dengan pengecualian bagi penyetoran
uang Sewa BMND kerja sama infrastruktur yang dapat dilakukan secara bertahap dengan persetujuan Pengelola Barang.
30
Penambahan aturan mengenai jangka waktu penyewaan khusus untuk sewa infrastruktur serta batasan waktu penyetoran uang sewa yang harus dilakukan secara
tunai paling lambat dua hari kerja sebelum ditandatanganinya perjanjian sewa merupakan pengaturan yang sebelumnya tidak terdapat pada PP Nomor 6 Tahun
2006. b. Pinjam Pakai
Pinjam Pakai BMND dilaksanakan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah atau antar Pemerintah Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dengan
jangka waktu pinjam pakai paling lama lima tahun dan dapat diperpanjang satu kali berdasarkan perjanjian.
31
Dengan pembatasan tersebut, pemanfaatan BMND secara pinjam pakai hanya bisa dilakukan maksimal selama 10 tahun. Hal ini berbeda
dengan PP Nomor 6 Tahun 2006 yang memberikan pembatasan waktu pinjam pakai adalah dua tahun dan hanya bisa diperpanjang 1 kali.
c. Kerja sama Pemanfaatan Terdapat beberapa penambahan pengaturan bentuk pemanfaatan BMND berupa
Kerja sama Pemanfaatan KSP pada PP Nomor 27 Tahun 2014. Pertama, penambahan aturan mengenai KSP dengan mekanisme penunjukan langsung yang
hanya dapat dilakukan oleh Pengguna Barang terhadap BUMND yang memiliki bidang danatau wilayah kerja tertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
32
Kedua, terdapat tambahan pengaturan mengenai jangka waktu KSP BMND penyediaan Infrastruktur yaitu 50 tahun sejak perjanjian ditandatangani dan
dapat diperpanjang.
33
Ketiga, pembagian kontribusi
bagi KSP penyediaan infrastruktur, yaitu bagi penyediaan infrastruktur berbentuk BUMND, kontribusi
tetap dan pembagian keuntungan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 70 tujuh puluh persen dari hasil perhitungan tim dan pembagian keuntungan ditetapkan oleh
Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
34
PP Nomor 27 Tahun 2014 juga mengatur larangan bagi mitra KSP untuk
menjaminkan atau menggadaikan BMND
yang menjadi objek KSP, serta menegaskan bahwa semua biaya persiapan KSP yang terjadi setelah
ditetapkannya mitra KSP dan biaya pelaksanaan KSP menjadi beban mitra KSP.
29
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 29 Ayat 1, Ayat 2, dan Ayat 3.
30
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 29 Ayat 8, Ayat 9, dan Ayat 10.
31
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 30.
32
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 33 Ayat 1 Huruf c.
33
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 33 Ayat 4
34
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 33 Ayat 5 dan Ayat 6.
8 d. Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna
Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan BMND berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan danatau sarana berikut fasilitasnya, kemudian
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan danatau
sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
35
Bangun Serah Guna adalah pemanfaatan BMND berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan danatau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah
selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.
36
Bangun Guna Serah BGS atau Bangun Serah Guna BSG BMND dilaksanakan dengan pertimbangan:
37
1 Pengguna Barang memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan negaradaerah untuk kepentingan pelayanan umum dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi; dan 2 tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBNAPBD untuk
penyediaan bangunan dan fasilitas tersebut. Jangka waktu BGSBSG paling lama 30 tiga puluh tahun sejak perjanjian
ditandatangani dan penetapan mitra BGSBSG dilaksanakan melalui tender.
38
Mitra BGSBSG yang telah ditetapkan, selama jangka waktu pengoperasian diwajibkan untuk :
1 membayar kontribusi ke rekening Kas Umum NegaraDaerah setiap tahun, yang besarannya ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh
pejabat yang berwenang, diwajibkan memelihara objek BGSBSG, dan dilarang menjaminkan, menggadaikan, atau memindahtangankan tanah yang menjadi
objek BGSBSG.
39
2 Dalam jangka waktu pengoperasian, hasil BGS atau BSG harus digunakan langsung untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah PusatDaerah
paling sedikit 10 sepuluh persen.
40
3 Semua biaya persiapan BGS atau BSG yang terjadi setelah ditetapkannya mitra BGS atau BSG dan biaya pelaksanaan BGS atau BSG menjadi beban mitra yang
bersangkutan.
41
Hal ini berbeda dengan pengaturan dalam PP Nomor 6 Tahun 2006 yang berbunyi “Semua biaya berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan BGSBSG tidak dapat
dibebankan pada APBNAPBD
42
yang dinilai sangat rancu dan multitafsir. Selain itu,
35
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 Angka 14.
36
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 Angka 15.
37
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 34 Ayat 1.
38
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 36 Ayat 1 dan Ayat 2.
39
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 36 Ayat 3.
40
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 36 Ayat 4.
41
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 36 Ayat 7.
42
PP Nomor 6 Tahun 2006, Pasal 29 Ayat 7.
9 PP Nomor 27 Tahun 2014 menegaskan bahwa hasil BSG yang diserahkan kepada
Pengelola Barang ditetapkan sebagai BMND. e. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur
Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur atas BMND dilaksanakan terhadap :
43
1 BMND berupa tanah danatau bangunan pada Pengelola BarangPengguna Barang;
2 BMND berupa sebagian tanah danatau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang; atau
3 BMND selain tanah danatau bangunan. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur atas BMND pada Pengelola Barang
dilaksanakan oleh :
44
1 Pengelola Barang, untuk BMN; atau 2 Pengelola Barang dengan persetujuan Gubernur BupatiWalikota, untuk BMD.
Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur atas BMND pada Pengguna Barang dilaksanakan oleh :
45
1 Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk BMN; atau 2 Pengguna Barang dengan persetujuan Gubernur BupatiWalikota, untuk BMD.
Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur atas BMND dilakukan antara pemerintah dan badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara BUMN,
Badan Usaha Milik Daerah BUMD, danatau koperasi.
46
Jangka waktu Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur paling lama 50 lima puluh tahun dan dapat diperpanjang.
47
Mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur, selama jangka waktu kerja sama penyediaan infrastruktur dilarang menjaminkan, menggadaikan,
atau memindahtangankan BMND yang menjadi objek Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur, wajib memelihara objek Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur dan
barang hasil kerja sama penyediaan infrastruktur, dan dapat dibebankan pembagian kelebihan keuntungan sepanjang terdapat kelebihan keuntungan yang diperoleh dari
yang ditentukan pada saat perjanjian dimulai clawback.
48
Pembagian kelebihan keuntungan disetorkan ke Kas Umum NegaraDaerah dengan Formula danatau besaran pembagian kelebihan keuntungan ditetapkan oleh :
49
1 Pengelola Barang, untuk BMN; atau 2 GubernurBupatiWalikota, untuk Barang Milik Daerah.
Mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur harus menyerahkan objek Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur dan barang hasil kerja sama penyediaan infrastruktur kepada
pemerintah pada saat berakhirnya jangka waktu Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur
43
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 38 Ayat 1.
44
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 38 Ayat 2.
45
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 38 Ayat 3.
46
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 39 Ayat 1 dan Ayat 2.
47
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 39 Ayat 3.
48
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 39 Ayat 5.
49
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 39 Ayat 6 dan Ayat 7.
10 sesuai perjanjian.
50
Barang hasil kerja sama penyediaan infrastruktur tersebut menjadi BMND sejak diserahkan kepada Pemerintah sesuai perjanjian.
51
f. Tender PP Nomor 27 Tahun 2014 mengatur mengenai proses tender untuk pemilihan mitra
kerja sama pemanfaatan dan mitra BGSBSG, yang dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
52
1 rencana tender diumumkan di media massa nasional; 2 tender dapat dilanjutkan pelaksanaannya sepanjang terdapat paling sedikit tiga
peserta calon mitra yang memasukkan penawaran; 3 dalam hal calon mitra yang memasukkan penawaran kurang dari tiga peserta,
dilakukan pengumuman ulang di media massa nasional; dan 4 dalam hal setelah pengumuman ulang :
a terdapat paling sedikit 3 tiga peserta calon mitra, proses dilanjutkan dengan mekanisme tender;
b terdapat 2 dua peserta calon mitra, tender dinyatakan gagal dan proses selanjutnya dilakukan dengan mekanisme seleksi langsung; atau
c terdapat 1 satu peserta calon mitra, tender dinyatakan gagal dan proses selanjutnya dilakukan dengan mekanisme penunjukan langsung.
4. Pengamanan
PP Nomor 27 Tahun 2014 mengatur pengamanan terhadap BMND yang meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan hukum, dan diatur sebagai
berikut :
53
BMND berupa tanah harus disertipikatkan atas nama Pemerintah Republik IndonesiaPemerintah Daerah yang bersangkutan.
BMND berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Republik IndonesiaPemerintah Daerah yang bersangkutan.
BMN selain tanah danatau bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pengguna Barang.
BMD selain tanah danatau bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
Bukti-bukti kepemilikan tersebut harus disimpan dengan tertib dan aman oleh Pengelola Barang dan PenggunaKuasa Pengguna Barang.
54
Berbeda dengan PP Nomor 6 Tahun 2006, dalam PP Nomor 27 Tahun 2014 terdapat penambahan pasal yang mengatur tentang kebijakan asuransi yang dapat ditetapkan oleh
pengelola barang. Pasal ini menjadi dasar hukum atas implementasi penyediaan asuransi dalam pengelolaan BMND. Hal ini sangat penting mengingat asuransi merupakan salah
50
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 39 Ayat 8.
51
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 39 Ayat 9.
52
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 40.
53
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 42 Ayat 2 dan Pasal 43.
54
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 44 Ayat 1, Ayat 2, Ayat 3, dan Ayat 4.
11 satu alternatif dalam mitigasi risiko dan telah pada umumnya digunakan dalam kebijakan
manajemen aset.
5. Pemeliharaan
Selain pengamanan, PP Nomor 27 Tahun 2014 juga mengatur tentang pemeliharaan BMND. Tanggung jawab atas pemeliharaan BMND berada pada Pengelola Barang,
Pengguna Barang, atau Kuasa Pengguna Barang.
55
Pemeliharaan tersebut berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang. Biaya pemeliharaan BMND dibebankan
pada APBND. Dalam hal BMND dimanfaatkan Pihak Lain, biaya pemeliharaan menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari penyewa, peminjam, mitra KSP, mitra
BGSBSG, atau mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.
56
Ketentuan ini ditambahkan untuk menegaskan hak dan kewajiban pihak ketiga yang memanfaatkan BMND serta
menghindari kemungkinan kerugian negara akibat kelalaian dalam perjanjian pemanfaatan BMND.
6. Penilaian BMND
Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas suatu objek penilaian berupa BMND pada saat tertentu.
57
Penilaian BMND dilakukan dalam rangka
penyusunan neraca
Pemerintah PusatDaerah,
pemanfaatan, atau
pemindahtanganan, kecuali dalam hal untuk pemanfaatan dalam bentuk Pinjam Pakai atau pemindahtanganan dalam bentuk hibah.
58
Penetapan nilai BMND dalam rangka penyusunan neraca Pemerintah PusatDaerah dilakukan dengan berpedoman pada
Standar Akuntansi Pemerintahan SAP.
59
Penilaian BMN berupa tanah danatau bangunan dalam rangka Pemanfaatan atau Pemindahtanganan dilakukan oleh Penilai
Pemerintah atau Penilai Publik yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.
60
F. Pemindahtanganan BMND
Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan BMND.
61
BMND yang tidak diperlukan
bagi penyelenggaraan
tugas pemerintahan
negaradaerah dapat
dipindahtangankan.
62
Pemindahtanganan BMND tersebut harus mendapat persetujuan dari Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat DPR, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD,
dengan pengaturan sebagai berikut :
63
1. Pemindahtanganan BMN untuk tanah danatau bangunan atau selain tanah danatau bangunan yang bernilai lebih dari Rp100.000.000.000,00 seratus miliar rupiah
dilakukan setelah mendapat persetujuan DPR.
55
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 46 Ayat 1.
56
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 46 Ayat 2, Ayat 3, dan Ayat 4.
57
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 Angka 7.
58
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 48.
59
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 49.
60
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 50 Ayat 1.
61
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 Angka 17.
62
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 54 Ayat 1 .
63
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 55.
12 2. Pemindahtanganan BMD untuk tanah danatau bangunan atau selain tanah danatau
bangunan yang bernilai lebih dari Rp5.000.000.000,00 lima miliar rupiah dilakukan setelah mendapat persetujuan DPRD.
3. Pemindahtanganan BMND berupa tanah danatau bangunan tidak memerlukan persetujuan DPRDPRD, apabila :
a sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota; b harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan dalam
dokumen penganggaran; c diperuntukkan bagi pegawai negeri;
d diperuntukkan bagi kepentingan umum; atau e dikuasai negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap
danatau berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.
BMND yang tidak diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan negaradaerah dapat dipindahtangankan yang dilakukan dengan cara :
64
1. Penjualan Penjualan adalah pengalihan kepemilikan BMND kepada pihak lain dengan
menerima penggantian dalam bentuk uang.
65
Penjualan BMND dilakukan secara lelang, kecuali dalam hal tertentu, yaitu :
66
a. BMND yang bersifat khusus; b. BMN lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola Barang; atau
c. BMD lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh GubernurBupatiWalikota. Penentuan nilai dalam rangka Penjualan BMND secara lelang
dilakukan dengan memperhitungkan faktor penyesuaian.
67
Hasil Penjualan BMND wajib disetor seluruhnya ke rekening Kas Umum NegaraDaerah sebagai penerimaan negaradaerah.
68
2. Tukar Menukar Tukar menukar adalah pengalihan kepemilikan BMND yang dilakukan antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, antar Pemerintah Daerah, atau antara Pemerintah PusatPemerintah Daerah dengan pihak lain, dengan menerima penggantian
utama dalam bentuk barang, paling sedikit dengan nilai seimbang.
69
Tukar menukar BMN dapat dilakukan dengan pihak Pemerintah Daerah, BMND atau badan hukum
lainnya yang dimiliki negara, swasta, atau pemerintah negara lain. Sementara tukar menukar BMD dapat dilakukan dengan pihak pemerintah pusat, pemerintah daerah
64
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 54 Ayat 2.
65
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 Angka 18.
66
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 61 Ayat 1 dan Ayat 2.
67
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 61 Ayat 3.
68
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 63 Ayat 3 dan Ayat 4.
69
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 Angka 19.
13 lainnya, BUMND atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara, atau swasta.
70
Tukar Menukar BMND dapat berupa :
71
a. tanah danatau bangunan : 1 yang berada pada Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau
2 yang telah diserahkan kepada GubernurBupatiWalikota, untuk Barang Milik Daerah.
b. tanah danatau bangunan yang berada pada Pengguna Barang; atau c. selain tanah danatau bangunan.
3. Hibah Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, antar Pemerintah Daerah, atau dari Pemerintah PusatPemerintah Daerah kepada Pihak Lain, tanpa
memperoleh penggantian.
72
Hibah BMND dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan sosial, budaya, keagamaan, kemanusiaan, pendidikan yang bersifat
noncomercial, dan penyelenggaraan pemerintahan negaradaerah.
73
Hibah harus memenuhi syarat:
74
a. bukan merupakan barang rahasia negara; b. bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak; dan
c. tidak diperlukan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi dan penyelenggaraan pemerintahan negaradaerah.
4. Penyertaan Modal Pemerintah PusatDaerah. Penyertaan Modal Pemerintah PusatDaerah adalah pengalihan kepemilikan BMND
yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modalsaham negara atau daerah pada BUMN,
BUMD, atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara.
75
Penyertaan Modal Pemerintah PusatDaerah atas BMND dilakukan dalam rangka pendirian, memperbaiki struktur permodalan danatau meningkatkan kapasitas usaha
BUMND atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara.
76
Penyertaan Modal Pemerintah PusatDaerah dapat dilakukan dengan pertimbangan:
77
a. BMND yang dari awal pengadaannya sesuai dokumen penganggaran diperuntukkan bagi BUMND atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara dalam rangka
penugasan pemerintah; atau
70
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 64 Ayat 2 dan Ayat 3.
71
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 65 Ayat 1.
72
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 Angka 20.
73
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 68 Ayat 1.
74
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 68 Ayat 2.
75
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 Angka 21.
76
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 72 Ayat 1.
77
PP Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 72 Ayat 2.
14 b. BMND lebih optimal apabila dikelola oleh BUMND atau badan hukum lainnya
yang dimiliki negara, baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk. Penyertaan Modal Pemerintah PusatDaerah atas BMND dapat berupa:
78
a. tanah danatau bangunan yang telah diserahkan kepada Pengelola Barang untuk BMN dan GubernurBupatiWalikota untuk BMD;
b. tanah danatau bangunan pada Pengguna Barang; atau c. BMND selain tanah danatau bangunan.
G. Pemusnahan