Macam-macam imunisasi Imunisasi .1 Definisi
dalam 24 jam setelah lahir. Imunisasi hepatitis B dosis kedua diberikan selepas satu bulan dari pemberian pertama. Vaksinasi ini dilakukan sedini mungkin
karena adanya risiko penularan kepada bayi dari ibunya sebesar 45 peratus A.Aziz Alimul, 2005.
c Imunisasi DPT
Imunisasi DPT diphteria, pertusis, tetanus merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan
tetanus.Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang
pembentukkan zat anti toksoid. Frekuensi pemberian imunisasi DPT dapat dilihat pada Jadwal Imunisasi Bayi Indonesia. Pemberian pertama zat anti
terbentuk masih sangat sedikit tahap pengenalan terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan
ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui intramuskular. Pemberian DPT dapat berefek samping ringan dan berat. Efek
ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat
jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati dan syok. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis, dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi
karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi dan anak balita Mary E Muscari, 2001.
Hasil penelitian Muchlastriningsih 2005 menunjukkan bahwa jumlah kasus difteri rawat jalan di Indonesia selama 3 tahun paling banyak dari golongan
usia 15-44 tahun 37,42. Pasien pertusis yang dirawat inap paling banyak dari kalangan bayi dan anak-anak 60,28 dari seluruh pasien rawat inap. Hal ini
mendukung pendapat bahwa bayi dan anak-anak merupakan golongan usia yang rentan terhadap penyakit pertusis. Pasien tetanus yang dirawat inap paling banyak
dari golongan usia di atas 45 tahun 44,16. d Imunisasi campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit
menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti
terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak. Hasil
penelitian Muchlastriningsih 2005 menunjukkan bahwa jumlah pasien campak yang dirawat jalan paling banyak dari golongan usia 5-14 tahun 30,6peratus.
Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0.5ml secara sub-kutan dalam, pada umur 9 bulan. Imunisasi campak dosis kedua diberikan pada school based catch-
up campaign, yaitu secara rutin pada anak sekolah SD kelas 1 dalam program BIAS Satgas Imunisasi IDAI, 2011.
e Imunisasi MMR Imunisasi MMR measles, mumps, rubella merupakan imunisasi yang
digunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak measles, mumps dan campak Jerman rubella. Dalam imunisasi MMR, antigen yang
dipakai adalah virus campak strain Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 273, dan virus mumps. Vaksin ini tidak dianjurkan untuk bayi usia di
bawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibodi maternal yang masih ada. Khusus pada daerah endemik, sebaiknya diberikan imunisasi
campak yang monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan booster ulangan dapat dilakukan MMR pada usia 15-18 bulan. Vaksin MMR diberikan
sebanyak 0.5ml secara subkutan Satgas Imunisasi IDAI, 2011. f Imunisasi tifoid
Demam tifoid disebabkan oleh kuman pathogen yang bernama salmonella typhi. Kuman ini menular melalui mulut, yaitu melalui makanan dan minuman.
g Imunisasi varicella Imunisasi varicella merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit cacar air varicella. Vaksin varicella merupakan virus hidup varicella zoster strain OKA yang dilemahkan. Pemberian vaksin varicella dapat
diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropis dan bila di atas usia 13 tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8 minggu Satgas
Imunisasi IDAI, 2011.
h Imunisasi hepatitis A Imunisasi hepatitis A merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis A. Pemberian imunisasi ini dapat diberikan untuk usia di atas 2 tahun. Imunisasi awal menggunakan vaksin dengan
2 suntikan dan interval 4 minggu, booster pada 6 bulan setelahnya. Diberikan sebanyak 0.5ml secara subkutan hanya satu kali Satgas Imunisasi IDAI, 2011.
i Imunisasi HiB Imunisasi HiB haemophilus influenza tipe b merupakan imunisasi yang
diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit tipe b. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murni PRP: purified capsular polysacharida kuman H.influenza
tipe b. Antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein lain, seperti toksoid tetanus PRP-T, toksoid difteri PRP-D atau PRPCR50, atau
dengan kuman menongokokus PRP-OMPC. Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan 3 suntikan dengan interval 2 bulan, sedangkan vaksin
PRP-OMPC dilakukan 2 suntikan dengan interval 2 bulan, kemudian booster-nya dapat diberikan pada usia 18 bulan Ismoedijanto, 2002. Dosis vaksin 0.5ml
diberikan secara intramuskular Satgas Imunisasi IDAI, 2011. j Imunisasi Pneumokokus
Terdapat dua jenis vaksin pneumokokus yang beredar di Indonesia,yaitu vaksin pneumokokus polisakarida berisi polisakarida murni, 23 serotipe disebut
pneumococcus polysaccharide vaksin PPV23. Vaksin pneumokokus generasi kedua berisi polisakarida konjugasi, 7 serotipe disebut pneumococcal conjugate
vaccine PCV7 dan PCV10 untuk 10 serotipe. Vaksin ini diberikan sejak 2 bulan sampai 9 bulan. Vaksin PCV sebanyak 5ml diberikan secara intramuskular
Satgas Imunisasi IDAI, 2011. k Imunisasi Polio
Virus polio yang termasuk virus RNA golangan Picornaviridae genus enterovirus ini menyebabkan poliomyelitis dimana penyalit demam akut yang
menyebabkan kerusakan pada motor neuron pada medulla spinalis yang dapat mengakibatkan kelumpuhan. Pada imunisasi polio terdapat 2 kemasan vaksin
polio yang berisi virus polio-1, 2, dan 3. Yaitu OPV oral polio vaccine dan IPV
inactivated polio vaccine. Polio kali pertama diberi pada saat bayi baru lahir atau pad akunjungan pertama. Dosis POLIO 2, 3, 4 diberikan pada umur 2, 4, dan
6 bulan dengan dosis 2 tetes OPV atau 0.5 ml secara intramuskular IPV Satgas
Imunisasi IDAI, 2011. l Imunisasi HPV
Vaksin HPV Human Papiloma Virus terdiri dari dua jenis yaitu, bivalen dan kuadrivalen. Vaksin bivalen terdiri dari serotipe 16 dan 18, sedangkan vaksin
HPV kuadrivalen terdiri dari HPV serotipe 6, 11, 16 dan 18. Vaksin HPV diberikan pada umur 9 hingga 25 tahun dan 26 hingga 45 tahun secara
intramuskular dengan dosis 0.5 ml Satgas Imunisasi IDAI, 2011. m Imunisasi Influenza
Influenza adalah penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan oleh virus Influenza. Virus influenza ini termasuk kelompok orthomyxoviridae.
Imunisasi Influenza di Indonesia telah direkomendasikan oleh Satgas Imunisasi IDAI sejak April 2006 dan telah dimasukkan dalam kelompok vaksin yang
dianjurkan, sesuai jadwal Satgas Imunisasi IDAI periode 2006. Vaksin influenza ini terdiri dari Virus Inflenza tipe A yaitu H3N2 dan H1N1, serta virus Influenza
tipe B. Vaksin ini diberikan pada anak umur 6-23 bulan dan disambung dengan pemberian setiap tahun, mengingat pengantian jenis galur virus beredar di
masyarakat. Imunisasi ini diberikan dengan dosis 0.26 ml pada anak umur 6-35 bulan dan 0.5 ml untuk anak umur melebihi 5 tahun Satgas Imunisasi IDAI,
2011.
Gambar 2.1 Jadwal Imunisasi 2011-2012 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia Satgas Imunisasi IDAI
Gambar 2.2 Jadwal Imunisasi 2008 Satgas Imunisasi IDAI