22 2.
Modal pelengkap Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba
setelah pajak serta pinjaman yang dapat disamakan dengan modal. Secara rinci modal pelengkap dapat berupa :
a. Cadangan evaluasi aset tetap
b. Cadangan penghapusan aset yang diklasifikasikan
c. Modal kuasi
d. Pinjaman subordinasi
Rasio permodalan yang digunakan dalam mengukur kinerja bank berdasarkan Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia No. 1330DPNP tanggal
16 Desember 2011 perihal Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 330DPNP tanggal 14 Desember perihal Laporan Keuangan Publikasi
Triwulan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia, antara lain adalah Capital Adequacy Ratio CAR. Bank
Indonesia mewajibkan setiap bank menyediakan modal minimum yang dikenal dengan CAR Capital Adequacy Ratio.
2.1.5.2 Rasio kualitas aset
Penilaian kualitas aset bertujuan untuk mengevaluasi kondisi aset bank dan kecukupan manajemen resiko kredit. Bank Indonesia menyatakan bahwa
setiap bank wajib melakukan penilaian dan penetapan kualitas aset sesuai dengan peraturan Bank Indonesia. Kualitas aset yang diberlakukan disini adalah kualitas
yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Penilaian kualitas aset dilakukan terhadap aset produktif dan aset non produktif Bank Indonesia, PBI NO. 1415PBI2012 :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23 Pasal 3. Menurut pasal 1 ayat 3 PBI 14152012 tentang Penilaian Kualitas Aset
Bank Umum menjelaskan bahwasanya : Aset Produktif adalah penyediaan dana Bank untuk memperoleh
penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan
janji dijual kembali reverse repurchase agreement, tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening administratif serta bentuk penyediaan dana
lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
Selain pengertian aset produktif, Bank Indonesia juga menjelaskan mengenai aset non produktif pada pasal 1 ayat 4 PBI 14152012 tentang Penilaian
Kualitas Aset Bank Umum bahwasanya “Aset Non Produktif adalah aset Bank selain Aset Produktif yang memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk
agunan yang diambil alih, properti terbengkalai abandoned property, rekening antar kantor, dan suspense account”.
Rasio kualitas aset yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengukur kinerja setiap bank berdasarkan Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia No.
1330DPNP tanggal 16 Desember 2011 perihal Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 330DPNP tanggal 14 Desember perihal Laporan
Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia sebagai berikut :
1. Aset Produktif Bermasalah dan Aset Non Produktif Bermasalah Terhadap
Total Aset Produktif dan Aset Non Produktif Rasio ini digunakan untuk mengetahui aset produktif dan aset non
produktif bermasalah dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet dari keseluruhan total aset produktif dan non produktif yang dimiliki suatu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24 bank. Rasio ini dihitung berdasarkan perbandingan antara aset produktif
bermasalah ditambah aset non produktif bermasalah dengan total aset produktif ditambah total aset non produktif.
2. Aset Produktif Bermasalah Terhadap Total Aset Produktif
Rasio ini digunakan untuk mengetahui aset produktif bermasalah dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet diluar transaksi rekening
administratif dari total aset produktif yang dimiliki suatu bank. Rasio ini dihitung berdasarkan perbandingan antara aset produktif bermasalah
diluar transaksi rekening administratif dengan total aset produktif diluar transaksi rekening administratif.
3. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN Aset Keuangan Terhadap
Aset Produktif Rasio ini digunakan untuk mengetahui penyisihan yang dibentuk setiap
bank apabila nilai aset keuangan, dalam hal ini aset produktif yang tercatat setelah penurunan nilai kurang dari nilai awal yang tercatat. Rasio
ini dihitung berdasarkan perbandingan antara CKPN aset keuangan dengan total aset produktif diluar transaksi rekening administratif.
4. Non Performing Loan NPL
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar porsi kredit atau pembiayaan yang ditanamkan berada pada kondisi lancar. NPL yang
dimaksud adalah kredit oleh debitur atau kelompok debitur yang tingkat kolektibilitas kelancaran penagihan kreditnya termasuk kategori kredit
kurang lancar, diragukan, dan macet.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25 Semakin besar skala operasi suatu bank maka aspek pengawasan semakin
menurun, sehingga NPL semakin besar atau resiko kredit semakin besar. Rasio NPL yang semakin besar menggambarkan semakin jeleknya kualitas
kredit bank yang bersangkutan karena jumlah kredit bermasalah semakin besar. Hal ini juga berdampak pada pendapatan dan laba yang akan
cenderung menurun. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia Lampiran 14 Surat Edaran Bank
Indonesia No. 1330DPNP tanggal 16 Desember 2011 perihal Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 330DPNP tanggal 14
Desember perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank
Indonesia, rasio Non Performing Loan NPL ini terbagi menjadi : a.
Non Performing Loan gross NPL gross Rasio ini dihitung berdasarkan perbandingan antara kredit
bermasalah dengan total kredit. Kredit dalam hal ini adalah kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
Penilaian Kualitas Aset Bank Umum. Rasio Non Performing Loan gross
NPL grossini akan digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur kinerja perbankan.
b. Non Performing Loan net NPL net
Rasio ini dihitung berdasarkan perbandingan antara kredit bermasalah dikurangkan CKPN kredit dengan total kredit. CKPN
kredit adalah cadangan yang wajib dibentuk Bank sesuai ketentuan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26 dalam PSAK mengenai Instrumen Keuangan dan PAPI, yang
mencakup CKPN kredit secara individual dan kolektif. 2.1.5.3 Rasio rentabilitas
Rasio rentabilitas sering disebut dengan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan Kasmir, 2008. Tingkat profitabilitas bank yang semakin tinggi adalah wujud dari keterampilan pemimpin bank yang berhasil menjalankan
kegiatan operasional bank. Penggunaan rasio ini dimaksudkan untuk menunjukkan efisiensi
perusahaan sesuai dengan periode operasinya. Hasil pengukuran yang diperoleh dapat dijadikan sebagai alat evaluasi untuk menentukan kinerja manajemen,
apakah mereka berhasil mencapai target yang telah ditentukan atau tidak berdasarkan periode yang telah ditetapkan. Menurut Kasmir 2008, tujuan
penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan adalah :
1. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.
2. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3. untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. untuk menilai besarnya laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri.
5. untuk mengukur produktivitas seluruh dan perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Rasio rentabilitas yang digunakan perbankan untuk mengukur kinerja
perbankan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia No. 1330DPNP tanggal 16 Desember 2011 perihal Perubahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27 Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 330DPNP tanggal 14 Desember
perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia, antara lain :
1. Return On Asset ROA
ROA ini memberikan informasi mengenai kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. ROA menunjukkan
efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan mengoptimalkan aset yang dimiliki. ROA dihitung berdasarkan
perbandingan antara laba sebelum pajak dan rata-rata total aset. 2.
Return On Equity ROE ROE adalah rasio yang memberikan informasi mengenai seberapa besar
kemampuan bank dalam mengelola modal yang ada untuk menghasilkan net income.
ROE ini menjadi perhatian para pemegang saham karena rasio ini memberikan gambaran tentang seberapa besar bank telah mampu
menghasilkan keuntungan dari jumlah dana yang telah diinvestasikan. Semakin besar ROE suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan modal. ROE ini dihitung berdasarkan perbandingan
antara laba setelah pajak dan rata-rata ekuitas. 3.
Net Interest Margin NIM Rasio NIM ini memberikan informasi mengenai kemampuan manajemen
bank dalam mengelola aset produktifnya untuk menghasilkan pendapatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28 bunga bersih. Rasio ini dihitung berdasarkan perbandingan antara
pendapatan bunga bersih dan rata-rata aset produktif. 4.
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Semakin kecil rasio beban operasional terhadap pendapatan nasional akan lebih baik, karena
bank yang bersangkutan dapat menutupi beban operasional terhadap pendapatan nasional. Rasio ini dihitung berdasarkan perbandingan antara
total beban operasional dengan total pendapatan operasional.
2.1.5.4 Rasio likuiditas