37 9.
BNGA Bank CIMB Niaga Tbk Bank Swasta
10. BNII
Bank International Indonesia Tbk Bank Swasta
11. BNLI
Bank Permata Tbk Bank Swasta
12. BTPN
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Bank Swasta
13. MEGA Bank Mega Tbk
Bank Swasta 14.
NISP Bank OCBC NISP Tbk
Bank Swasta 15.
PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
Bank Swasta 16.
BBRK Bank Pembangunan Daerah Riau Kepri
Bank Pemerintah 17.
BDKI Bank DKI
Bank Pemerintah 18.
BSBR Bank Nagari BPD Sumatera Barat
Bank Pemerintah 19.
BSMT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara
Bank Pemerintah
Sumber : hasil pengolahan tabel 3.1
3.3
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data Erlina, 2008 : 24. Data tersebut berupa laporan keuangan bank pemerintah dan bank swasta yang
bersumber dari situs www.idx.co.id
. Data dalam penelitian ini merupakan gabungan data antarperusahaan perbankan cross section pemerintah dan swasta
dan data antar waktu time series selama periode 2010-2012. Data gabungan ini biasa disebut pooling data atau data panel.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dokumentasi yaitu mengumpulkan, mengklasifikasi dan menganalisa data yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan 2 tahap, pertama dengan melakukan studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan informasi-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38 informasi dari buku-buku, jurnal akuntansi, dan sumber lainnya yang
berhubungan dengan penelitian. Kedua, mengumpulkan data sekunder melalui fasilitas internet dengan mengakses situs-situs resmi yang berisi laporan keuangan
bank pemerintah dan bank swasta selama tahun 2010-2012 yang telah diaudit oleh akuntan publik dengan cara mengunduh dari situs Bursa Efek Indonesia dan data
sekunder lainnya dari situs Bank Indonesia.
3.5 Definisi Operasional
Variabel
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukan sebelumnya, diketahui bahwa variabel penelitian ini adalah tentang kinerja keuangan bank
pemerintah dan bank swasta yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank tersebut adalah sebagai
berikut : 1.
Capital Adequacy Ratio CAR Capital Adequacy Ratio
CAR adalah rasio yang mengukur kecukupan modal bank dalam mengcover asset-asset yang memiliki resiko ATMR. CAR
menjadi pedoman bank dalam melakukan ekspansi di bidang perkreditan. Rasio CAR oleh Bank Indonesia disebut dengan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum KPMM. KPMM adalah perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko ATMR. Penjelasan mengenai perhitungan Modal
dan Aset Tertimbang Menurut Resiko ATMR ini berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia antara lain Peraturan Bank Indonesia Nomor 1418PBI2012
perihal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank. Rasio CAR ini memiliki
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39 benchmark
minimal 8, artinya setiap Rp. 100 jumlah ATMR maka dicover oleh modal Rp. 8.
Formula Capital Adequacy Ratio
CAR ini berpedoman pada Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia No. 1330DPNP tanggal 16 Desember 2011
perihal Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 330DPNP tanggal 14 Desember perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan
Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia. Perhitungan rasio CAR ini adalah sebagai berikut :
Modal CAR =
Aset Tertimbang Menurut Resiko ATMR Perhitungan Modal dan Aset Modal Tertimbang Menurut Resiko ATMR
dilakukan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia antara lain Peraturan Bank Indonesia Nomor 1418PBI2012 tanggal 28 November 2012 perihal Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank. 2.
Non Performing Loan gross NPL gross Non Performing Loan gross
NPL gross adalah NPL yang membandingkan jumlah kredit yang berstatus kurang lancar, diragukan, dan macet
yang disatukan, dengan total kredit yang disalurkan. Semakin besar NPL gross ini, maka semakin jelek citra bank tersebut, karena hal itu menunjukkan bahwa bank
tidak bisa menyeleksi calon peminjam dengan baik. Rasio ini sangat baik bila berada dibawah benchmark 5 angka tertinggi, artinya setiap Rp. 100
kreditpembiayaan yang diberikan maka sebesar Rp. 5 digolongkan kedalam kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40 Formula
Non Performing Loan gross NPL gross ini berpedoman pada
Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia No. 1330DPNP tanggal 16 Desember 2011 perihal Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 330DPNP
tanggal 14 Desember perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia.
Perhitungan Rasio NPLgross ini adalah sebagai berikut : Kredit
Bermasalah NPL gross
= Total Kredit
3. Return On Asset ROA
Return On Asset ROA merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan manajemen dalam menghasilkan keuntungan secara keseluruhan melalui pengelolaan aktiva. Rasio ROA ini sangat baik berada pada angka diatas
benchmark 1,25 angka terendah, artinya setiap Rp. 100 jumlah aktiva mampu
menghasilkan laba sebelum pajak diatas Rp. 1,25. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Formula
Return On Asset ROA ini berpedoman pada Lampiran 14 Surat
Edaran Bank Indonesia No. 1330DPNP tanggal 16 Desember 2011 perihal Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 330DPNP tanggal 14
Desember perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia.
Perhitungan rasio ROA ini adalah sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41 Laba
Sebelum Pajak
ROA = Rata-Rata
Total Aset
4. Loan to Deposit Ratio
Loan to Deposit Ratio LDR merupakan rasio yang mengukur
kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban keuangan yang jatuh tempo dalam jangka pendek. LDR merupakan perbandingan antara total kredit dengan dana
pihak ketiga. Kredit disini adalah kredit sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 1415PBI2012 tanggal 24 Oktober 2012 tentang Penilaian
Kualitas Bank Umum. Total kredit yang dimaksud adalah kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Dana pihak ketiga yang dimaksud yaitu antara lain giro, tabungan dan deposito tidak termasuk antarbank. Rasio
LDR ini sangat baik berada pada angka benchmark 78 100 , artinya setiap Rp. 100 dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun, maka jumlah kredit
yang disarankan untuk disalurkan adalah diatas Rp. 78 sampai dengan maksimal Rp. 100. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas suatu bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
Formula Loan to Deposit Ratio
LDR ini berpedoman pada Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia No. 1330DPNP tanggal 16 Desember 2011 perihal
Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 330DPNP tanggal 14 Desember perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan Bank
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42 Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia.
Perhitungan rasio LDR ini adalah sebagai berikut : Kredit
LDR = Dana Pihak Ketiga
3.6 Teknik Analisis Data