b. Mengajukan permohonan pembebasan PPh Pasal 22 impor
apabila perusahaan melakukan impor. Pengajuan permohonan pembebasan PPh Pasal 22 harus melampirkan:
1 Proyeksi impor setiap bulan selama tahun yang bersangkutan.
2 Proyeksi perhitungan LabaRugi tahun yang bersangkutan.
3 Proyeksi perhitungan PPh Badan yang terutang dan Angsuran
PPh pasal 25, serta PPh Pasal 22 yang menunjukkan lebih bayar apabila dilakukan pembayaran PPh Pasal 22.
4 Proyeksi neraca pada akhir tahun yang bersangkutan.
14. Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang
berlaku. Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dapat dilakukan dengan cara menguasai peraturan perpajakan yang
berlaku.
C. Aspek kebijakan Akuntansi dalam Perencanaan Pajak
Menurut Erly Suandy 2007 : 39 untuk dapat melaksanakan kewajiban perpajakan berdasarkan self assement itu, pembukuan mempunyai peranan
penting dalam perpajakan. Wajib pajak yang belum mampu melaksanakan pembukuan untuk tujuan perhitungan pajak, penghasilan nettonya akan
berdasarkan norma perhitungan, dimana dalam norma perhitungan itu tanpa memperhatikan realistis bisnis, norma perhitungan selalu memberi hasil usaha
yang positif laba. Karena tidak merefleksikan keadaan yang sebenarnya dari wajib pajak pemakai norma perhitungan, dapat terjadi bahwa persentase
perhitungan neto yang dihitung berdasarkan norma itu lebih tinggi dari pada jumlah yang dapat dicapai oleh wajib pajak. Selain itu, karena norma perhitungan
selalu memberikan angka penghasilan positif, maka wajib pajak tidak mungkin menikmati kompensasi kerugian. Walaupun secara teknis proses penyajian
laporan tidak teratur secara rinci dalam ketentuan perpajakan, pengukuran dan penilaian suatu fakta sangat dipengaruhi oleh ketentuan perpajakan. Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian apabila terjadi kekurangsesuaian antara ketentuan perpajakan dan praktik atau standar akuntansi yang berlaku umum, undang-undang mempunyai
prioritas untuk di patuhi di atas praktik dan kelaziman akuntansi. Keengganan mematuhi ketentuan ini dapat membawa kerugian material bagi perusahaan.
Perbedaan antara kebijakan akuntansi komersial dengan akuntansi pajak untuk perhitungan laba kena pajak antara lain meliputi:
1. Sistem pengakuan penghasilan dan beban
2. Sistem penilaian persediaan
3. Metode penyusutan
4. Penilaian kembali aktiva tetap
5. Sewa guna usaha
Maka laporan keuangan komersial, ketentuan perpajakan juga mengikuti pandangan yang lebih menitikberatkan kepada substansi ekonomis dari bentuk
formal dari setiap transaksi atau fakta bisnis. Namun, ketentuan perpajakan dalam kasus tertentu terkadang lebih mengutamakan bentuk formal dibandingkan dengan
substansi ekonominya, misalnya sewa guna usaha.
1. Sistem pengakuan penghasilan dan beban.
Seperti halnya akuntansi, dasar pembukuan yang diakui oleh direktorat
jenderal pajak adalah basis akrual dan basis kas yang dimodifikasi.
Pada basis akrual pendapatan dan biaya dicatat dan dilaporkan pada saat timbulnya hak dan kewajiban, meski pun uangnya belum diterima atau di bayar.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pada basis kas pendapatan dan biaya di catat dan di laporkan pada saat terjadinya penerimaan dan pengeluaran uang.
Basis kas yang dimodifikasi dalam rangka menghitung PPh badan adalah sebagai berikut:
a. Perhitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh
penjualan, baik yang tunai baik pun yang bukan. b.
Biaya-biaya yang boleh di bebankan adalah biaya-biaya yang telah di bayar.
c. Dalam perolehan harta yang dapat di susutkan dan hak-hak yang dapat
diamortisasi, biaya yang boleh di bebankan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.
Jadi perbedaan antara basis akrual dan basis kas yang dimodifikasi menurut versi perpajakan terletak pada biaya administrasi dan umum. Pada basis
akrual biaya admistrasi dan umum di bebankan pada saat timbulnya kewajiban, sedangkan pada basis kas biaya tersebut baru dapat di bebankan pada saat
terjadinya pembayaran. Dengan demikian dari sisi efesiensi beban pajak lebih menguntungkan memilih basis akrual.
Stelsel Kas
Ada beberapa wajib pajak yang bersikap sangat cermat dan jeli dalam penggunaan stelsel kas, misalnya dengan mudah akan menghindarkan diri dari
pengenaan pajaknya dengan cara mengganti penerimaan tunai atas jasa yang telah dilakukannya ke dalam penerimaan yang berbentuk non-cash property atau
penggeseran penerimaan pada akhir periode akuntansi yang bersangkutan ke
Universitas Sumatera Utara
periode berikutnya, apabila dilihatnya pemajakan tersebut hanya di dasarkan pada penerimaan tunai saja.
Keunggulan stelsel kas
Walaupun penggunaan stelsel kas akan mengakibatkan terbatasnya penguasaan wajib pajak terhadap penghasilan yang merupakan haknya, namun
sebaliknya dengan menggunakan stelsel kas wajib pajak dapat mengawasi dengan hampir sempurna atas semua pengeluaran yang dapat di kurangkan dari
penghasilannya. Wajib pajak tidak akan membukukan penghasilannya sebagai penghasilan
sampai saat penghasilan tersebut betul-betul diterimanya. Oleh karena itu, apabila wajib pajak tidak menginginkan penghasilan tesebut diterimanya dalam suatu
tahun tertentu, maka wajib pajak dapat menunda melakukan penagihan terhadap langganan atau kliennya.
Sebaliknya, pengeluaran-pengeluaran
wajib pajak tidak akan dikurangkan dari penghasilannya sampai saat pengeluaran tersebut betul-betul dibayar. Wajib
pajak yang menggunakan stelsel kas akan dapat melakukan seleksi terhadap bon- bon pengeluaran yang akan di bayar pada akhir tahun atau menundanya sampai
tahun depan. Sebagai tambahan, apabila pada akhir tahun terdapat pengeluaran-
pengeluaran yang masih harus di bayar, wajib pajak dapat pula melakukan pembayaran lebih dulu atas pengeluaran tersebut dengan tujuan agar terdapat
pengeluaran yang cukup besar dalam tahun yang bersangkutan dan dengan demikian dapat pula mengurangi beban pajaknya.
Universitas Sumatera Utara
Kendala yang terdapat pada stelsel kas
Jarang sekali terjadi bahwa penerimaan dan pengeluaran kas yang betul- betul telah diterima dan telah dibayar tersebut, mencerminkan penghasilan yang
sesungguhnya dari usaha tahun yang bersangkutan dan malahan sering terjadi bahwa penghasilan yang dihitung berdasarkan stelsel kas ini memperlihatkan
penghasilan yang jauh berbeda dengan penghasilan yang benar-benar merupakan penghasilan tahun yang bersangkutan.
Apabila kita kurang hati-hati mengamatinya, maka penggunaan stelsel kas ini akan dapat mengakibatkan distorsi penghasilan dari tahun ke tahun. Kadang-
kadang terjadi bahwa pembayaran pajak yang dilakukan dalam tahun yang bersangkutan melebihi jumlah pajak yang seharusnya dibayar oleh karena
penerimaan yang bukan merupakan penghasilan dari tahun yang bersangkutan yang diterima lebih dulu akan meningkatkan pembayaran pajak dalam tahun
tersebut.
Meratakan penghasilan
Salah satu cara yang paling efektif untuk meratakan penghasilan sampai wajib pajak tersebut siap dan merasa mampu untuk membayar pajaknya.
Tampaknya hal ini tidak merupakan masalah yang sulit bagi wajib pajak yang yang menggunakan stelsel kas, karena adanya ketentuan tentang pengertian
penghasilan yang betul-betul sudah di terima saja yang akan di laporkan.
Stelsel akrual
Stelsel akrual sebaiknya digunakan apabila bisnis wajib pajak tersebut terdiri dari berbagai transaksi yang kompleks sepanjang tahun yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Stelsel ini mencerminkan penghasilan yang lebih akurat dibandingkan dengan stelsel kas dan dalam banyak hal penghasilan dan pengeluaran wajib pajak dapat
dicocokkan satu sama lainnya dan hal ini akan lebih mendekati kebenarannya
apabila wajib pajak menggunakan”natural business year” Keunggulan stelsel akrual
Pengawasan atas penghasilannya dapat dilakukan dengan cara menentukan kapan suatu penghasilan tersebut dianggap sebagai penghasilan. Misalnya
penghasilan atas jasa diakui sebagai penghasilan apabila sudah dibuat fakturnya dan hasil penjualan diakui sebagai penghasilan apabila sudah ada penyerahan,
sehingga wajib pajak dapat mengatur pengenaan pajaknya sesuai dengan keinginannya dengan cara menetapkan tanggal pembuatan fakturnya atau tanggal
penyerahannya. Banyak pula diantara wajib pajak yang menggunakan stelsel akrual
melaporkan penghasilannya sesuai dengan jumlah pembuatan fakturnya dan pada akhir tahun kadang-kadang memasukkan pula semua nilai barangjasa yang belum
diserahkandibuat fakturnya. Untuk melaksanakan hal ini biasanya wajib pajak membukukannya dalam suatu perkiraan yang disebut perkiraan “barang dalam
pengerjaan” akan mengeliminir jumlah distorsi yang cukup besar. Apabila digunakan periode waktu lebih kurang sama setiap tahunnya dan
lebih sama pula tarifnya, maka penghasilan setiap tahunnya lebih kurang identik pula. Hendaknya diperhatikan bahwa apabila terdapat jumlah beban yang besar
yang belum terselesaikan pada awal satu tahun, dianjurkan untuk tidak menggunakan stelsel akrual dan perusahaan yang baru akan dapat melaksanakan
Universitas Sumatera Utara
stelsel akrual yang baik, apabila perusahaan tersebut menggunakan perkiraan “barang dalam pengerjaan” sebagai alat untuk meratakan penghasilannya.
Dalam situasi bisnis yang cenderung memburuk, penagihan piutang dagang pun mengalami kemacetan, tetapi sebaliknya apabila situasi bisnis
membaik kembali, maka akan ada kecenderungan bahwa penerimaan hasil dapat diperoleh dalam waktu yang cukup singkat, begitu pula piutang dagang yang
selama ini belum dilunasi akan diterima pula pembayarannya, atau dengan perkataan lain dalam situasi ekonomi yang membaik, penghasilannya akan
bertambah secara tidak normal sehingga penghasilan tahun-tahun resesi akan dipajaki dalam tahun terakhir dan dalam kelas penghasilan yang tarifnya tinggi.
Wajib pajak yang menggunakan stelsel akrual dapat mengurangi fluktuasi tersebut dengan cara berhati-hati menangani masalah piutang ragu-ragu.
Kendala yang terdapat pada stelsel akrual
Dengan menggunakan stelsel akrual wajib pajak harus melaporkan penghasilannya yang secara pasti belum diterimanya dalam bentuk kas tunai dan
sebagai akibatnya perusahaan harus pula menyisihkan sebagian dari penerimaan kasnya untuk keperluan pembayaran pajak penghasilan yang juga belum pasti
diterima. Juga tidak terdapat pengendalian terhadap biaya-biaya yang masih harus dibayar. Satu-satunya pengendalian yang ada hanyalah pengendalian terhadap
tanggal-tanggal pembayaran yang benar-benar sudah terjadi.
Universitas Sumatera Utara
2. Sistem Penilaian Persediaan Tabel II.11: Sistem Penilaian Persediaan
Sub Sistem Akuntansi
Perpajakan
1 Persediaan Dikenal adanya 3 tiga
metode yaitu, FIFO, LIFO dan Average Cost.
Penilaian persediaan hanya boleh dilakukan
dengan menggunakan metode rata-rata atau
metode FIFO sesuai dengan kelaziman
3. Metode Penyusutan Metode Penyusutan adalah seperti Tabel II.12:
No Sub Sistem
Akuntansi Perpajakan
1. Metode penyusutan
1. Garis lurus 2. Jumlah angka tahun
3. Saldo menurun 4. Metode jam jasa
5. Unit produksi 6. Anuitas
7. Sistem persediaan 8.Wajib pajak dapat memilih
salah satu metode yang dianggap sesuai asalkan
diterapkan secara konsisten dan metode penyusutan
harus ditelaah secara periodik
1. Untuk aktiva tetap bangunan adalah
garis lurus 2. Untuk aktiva tetap
bukan bangunan wajib pajak dapat
memilih garis lurus atau saldo menurun
ganda asal diterapkan secara
taat asas
4. Penilaian kembali aktiva tetap
Objek revaluasi adalah aktiva berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan bangunan yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau
dijual atau bukan barang dagangan.
Kapan suatu perusahaan sebaiknya melakukan revaluasi? Apakah akan dilakukan revaluasi total atau revaluasi parsialsebagian? Revaluasi parsial berarti
perusahaan hanya melakukan revaluasi atas sebagian aktiva tetap yang ada sesuai
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan. Untuk yang berkaitan dengan masalah pajak, pertimbangan yang harus di perhatikan adalah kondisi dari perusahaan yang bersangkutan, seperti:
1 Kondisi perusahaan dalam laba atau rugi?
2 Jika laba, berapa labanya? Apakah sudah mencapai lapisan tarif yang
tertinggi? 3
Jika rugi, kapan rugi terjadi? Tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya? Kapan batas terakhir kompensasi kerugian?
4 Bagaimana dampak revaluasi terhadap beban pajak tahun yang akan
datang?
5. Sewa guna usaha
perencanaan pajak dapat digunakan untuk aktiva tetap yang baru akan dibeli maupun aktiva tetap yang sudah dimiliki. Untuk aktiva tetap yang baru
akan dibeli pertimbangannya adalah beli langsung atau melalui leasing. Sedangkan untuk aktiva yang sudah dimiliki pertimbangannya adalah
mempertahankannya, merevaluasi, atau jual dan sewa guna usaha kembali sale and lease back.
Membeli secara langsung atau melalui sewa guna usaha dengan hak opsi finance lease
Erly suandy 2007 : 56 Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pajak untuk hal ini antara lain adalah:
Universitas Sumatera Utara
a Apabila membeli secara langsung maka jumlah yang dapat
dibiayakan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutan
b Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh metode
penyusutan dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan.
c Apabila membeli secara sewa guna usaha leasing, maka semua biaya
yang dikeluarkan untuk membayar sewa guna usaha tersebut dapat dibiayakan pada tahun yang bersangkutan.
d Masa sewa guna usaha bias lebih pendek dari umur ekonomis
sehingga perusahaan dapat membiayakan perolehan aktiva tetap lebih cepat dibandingkan apabila menggunakan penyusutan
penyusutan yang dipercepataccerelated masa sewa guna usaha ditentukan sekurang-kurangnya 2 dua tahun untuk barang modal
golongan 1 dan 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III, dan 7 tujuh tahun untuk golongan bangunan.
Sale and Lease Back
Pada saat penjualan dari lessee kepada lessor, lessee dikenakan PPh 5 dari nilai jual nilai akta atau nilai jual objek pajak NJOP yang digunakan untuk
menghitung PBB jika nilai jual lebih rendah dari NJOP. Saat lessor menjual kepada lesse pengambilan opsi. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah jika
gedung dimiliki secara langsung maka yang boleh dikurangkan hanya biaya penyusutan atas gedung yang harus dilakukan dalam jangka 20 tahun. Apabila
diperoleh melalui finance lease maka semua biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran lease fee baik atas tanah mau pun bangunan dapat dibiayakan.
Menurut Early Suandy 2007 : 118 Admistrasi pajak pada dasarnya adalah kelanjutan dari pelaksanaan tax planning. Admistrasi pajak adalah metode
untuk meyakinkan bahwa apa yang dilaksanakan telah sesuai dengan yang direncanakan. Pada intinya administrasi perpajakan adalah bentuk dari suatu
sistem untuk mengendalikan masalah pajak perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
D. PAJAK PENGHASILAN ATAS JASA KONTRUKSI