Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Konseptual Tinjauan Umum Perencanaan Pajak 1. Pengertian Perencanaan Pajak

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin menetapkan judul penelitian skripsi ini sebagai berikut: “Penerapan Tax Planning Untuk Pajak Penghasilan Sebagai Upaya Penghematan Pembayaran Pajak Pada PT. Barata UUM Medan”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian alasan pemilihan judul yang dikemukakan diatas, maka masalah yang akan diteliti dalam perusahaan ini dapat di rumuskan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh penerapan tax planning terhadap beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan ?

C. Batasan Masalah

1. Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan konstruksi, sehingga tidak dapat digeneralisasikan pada perusahaan lain. 2. Pada penelitian ini data utama diperoleh berdasarkan data sekunder yaitu laporan keuangan, serta data pendukung berupa dokumentasi serta wawancara terstruktur. 3. Data yang diambil adalah data mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. 4. Peraturan yang digunakan adalah peraturan Perpajakan Indonesia. 5. Laporan keuangan perusahaan diasumsikan benar Universitas Sumatera Utara

D. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh penerapan tax planning terhadap beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan.

E. Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian yang ditetapkan, manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis, memperluas wawasan penulis mengenai penerapan perencanaan pajak 2. Bagi perusahaanwajib pajak, sebagai masukan atau sumbangan pikiran mengenai perencanaan pajak yang sesuai dengan legalitas undang-undang perpajakan. 3. Bagi fiskus, pembahasan tax planning ini diharapkan dapat memberi kemudahan, dalam melakukan pemeriksaan tax planning yang di buat oleh wajib pajak, karena telah disusun sesuai dengan undang-undang perpajakan. 4. Bagi pihak lain atau pembaca, dapat memberikan gambaran dan masukan dalam melakukan penelitian dalam bidang permasalahan yang sama. Universitas Sumatera Utara

F. Kerangka Konseptual

PT. BARATA UUM MEDAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PENERAPAN TAX PLANNING PENGHASILAN BADAN PAJAK TERUTANG BADAN Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber: Penulis, 2008 Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Perencanaan Pajak 1. Pengertian Perencanaan Pajak

Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Namun perlu diingat bahwa legalitas dari tax manajemen tergantung instrumen yang dipakai. Legalitas baru dapat diketahui secara pasti setelah ada putusan pengadilan. Dalam buku Mohammad zain 2006 : 67 pengertian perencanaan pajak adalah sebagai berikut: “Perencanaan pajak merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisienkan jumlah pajak yang akan di transfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak tax avoidance dan bukan penyeludupan pajak tax evasion yang merupakan tindak pidana fiskal yang tidak akan di toleransi. Walaupun kedua cara tersebut kedengarannya mempunyai konotasi yang sama sebagai tindak kriminal, namun suatu hal yang jelas berbeda disini bahwa penghindaran pajak adalah perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan, sedang penyeludupan pajak jelas-jelas merupakan perbuatan illegal yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan” Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Universitas Sumatera Utara Jika tujuan perencanaan pajak adalah untuk merekayasa agar beban pajak tax burdens serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang-undang maka perencanaan pajak disini sama dengan tax avoidance karena secara hakekat ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak after tax return karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk di inventasikan kembali. Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan lawful maupun yang melanggar peraturan perpajakan unlawful. Ukuran yang digunakan dalam mengukur kepatuhan perpajakan wajib pajak, adalah: 1. Tax saving, yaitu upaya wajib pajak mengelakkan hutang pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk –produk yang ada pajak pertambahan nilainya atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar. 2. tax avoidance, yaitu upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan yang dikenakan pajak atau upaya-upaya yang masih dalam kerangka ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak yang terhutang. Universitas Sumatera Utara 3. Tax evasion, yaitu upaya wajib pajak dengan penghindaran pajak terhutang secara illegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Apabila implementasi tax planning pada perusahaan dilakukan secara baik dan benar, hal tersebut akan memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan yang diantaranya, adalah: 1 Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang dapat diminimalisasi dalam proses operasional perusahaan. 2 Mengatur aliran kas, dengan tax planning yang dikelola secara cermat, perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat, mengestimasi kebutuhan kas terhadap pajak dan menentukan waktu pembayarannya, sehingga tidak terlalu awal atau terlambat yang mengakibatkan denda atau sanksi.

2. Tahapan dalam Membuat Perencanaan Pajak Tax Planning

Dalam arus globalisasi dan tingkat persaingan yang makin tajam seorang manajer dalam membuat suatu perencanaan pajak sebagaimana strategi perencanaan perusahaan secara keseluruhan juga harus memperhitungkan adanya kegiatan yang bersifat lokal maupun internasional, maka agar perencanaan pajak dapat berhasil sesuai dengan yang di harapkan, maka perencanaan itu seharusnya dilakukan melalui berbagai urutan tahap-tahap berikut: Universitas Sumatera Utara

a. Analysis of the existing data base Analysis informasi yang ada

Tahap pertama dari proses pembuatan perencanaan pajak adalah menganalisis komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung. Ini hanya bisa dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari pajak baik secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat dirumuskan sebagai perencanaan pajak yang paling efesien. Adalah juga penting untuk memperhitungkan kemungkinan besarnya penghasilan dari suatu proyek dan pengeluaran-pengeluaran lain diluar pajak yang mungkin terjadi. Untuk itu seorang manajer perpajakan harus memperhatikan faktor-faktor baik dari segi internal maupun eksternal yaitu: 1 Fakta yang relevan 2 Faktor pajak 3 Faktor non pajak lainnya b. Design of one more possible tax plans Buat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih tindakan berikut: 1 Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional. 2 Pemilihan dari negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi residen dari negara tersebut. 3 Penggunaan satu atau lebih negara tambahan. Universitas Sumatera Utara

c. Evaluating a tax plan Evaluasi pelaksanaan rencana pajak

Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan merupakan bagian kecil dari seluruh perencanaan strategik perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap beban pajak. Perbedaan laba kotor dan pengeluaran selain pajak atas berbagai alternatif perencanaan. Variable-variabel tersebut akan dihitung seakurat mungkin dengan hipotesis sebagai berikut: 1 Bagaimana jika rencana tersebut tidak dilaksanakan 2 Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik 3 Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tapi gagal Dari ketiga hipotesis tersebut akan mengeluarkan hasil yang berbeda. Kemudian berdasarkan hasil tersebut barulah dapat ditentukan apakah perencanaan pajak tersebut layak untuk dilaksanakan atau tidak. d. Debugging the tax plan Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak Hasil suatu perencanaan pajak harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang di buat. Keputusan terbaik perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dan tujuan operasi. Perbandingan berbagai rencana harus dibuat sebanyak mungkin sesuai bentuk perencanaan pajak yang di inginkan. Kadang suatu rencana harus diubah mengingat adanya perubahan peraturan perpajakan. Tindakan perubahan harus tetap dijalankan, walaupun diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan keberhasilan sangat kecil. Sepanjang masih besar penghematan pajak tax saving yang bisa diperoleh, rencana tersebut harus tetap Universitas Sumatera Utara di jalankan. Karena bagaimana pun juga kerugian yang ditanggung merupakan kerugian minimal. Jadi tetap akan sangat membantu jika pembuatan suatu rencana disertai dengan pemberian gambaranperkiraan berapa peluang kesuksesan dan berapa potensial laba yang akan diperoleh jika berhasil maupun kerugian potensial jika terjadi kegagalan. e . Updating the tax plan Mutakhirkan rencana pajak Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan, namun juga masih perlu memperhitungkan setiap perubahan yang terjadi baik dari undang-undang maupun pelaksanaannya di negara dimana aktivitas tersebut dilakukan yang mungkin mempunyai dampak terhadap komponen dari suatu perjanjian, yang berkenan dengan perubahan yang terjadi diluar negeri atas berbagai macam pajak maupun aktivitas informasi bisnis yang tersedia sangat terbatas. Pemuktahiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu dilakukan sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi yang terjadi saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang merugikan adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial. Universitas Sumatera Utara

3. Strategi Perpajakan

Menurut Erly Suandy 2007:118 Dalam memilih strategi yang sesuai, seorang manajer perusahaan harus memahami keadaan faktor eksternal lingkungan dari perpajakan yang terjadi di dalam praktik antara lain:

a. Target

Ada tiga point utama yang jelas akan dilaksanakan adalah: 1 Tekanan yang utamanya adalah melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi penarikan pajak dengan menggunakan peraturan pajak yang sudah ada. 2 Ada tidaknya rencana untuk mengeluarkan ketentuan perpajakan yang baru yang dapat meningkatkan tarif pajak yang berlaku karena kurang bagi investor asing. 3 Pemberlakuan insentif hanya akan ditujukan untuk kepentingan-kepentingan tertentu.

b. Pemeriksaan Pajak

Secara teori pemeriksaan pajak oleh direktorat pajak tujuannya adalah jelas untuk memasukkan bahwa wajib pajak:

1. Telah membayar pajak dengan benar,dan

2. Tidak menyalahgunakan system self assessment

c. Hak mengajukan keberatan Meski pun hak untuk mengajukan keberatan diperbolehkan undang-

undang tapi tingkat efektivitasnya bagi wajib pajak adalah terbatas. Mohammad Zain 2006 : 70 Tindakan yang harus diambil dalam rangka perencanaan pajak tersebut berupa tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi pajak, maka langkah-langkah yang harus mendapat perhatian dalam penyusunan perencanaan pajak dan merupakan komponen-komponen sistem manajemen, adalah:

1. Menetapkan sasaran atau tujuan manajemen pajak, meliputi: a

Usaha-usaha mengefisienkan beban pajak yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. b Mematuhi segala ketentuan administratif, sehingga terhindar dari pengenaan sanksi-sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi Universitas Sumatera Utara pidana, seperti bunga, kenaikan, denda, dan hukuman kurungan atau penjara. c Melaksanakan secara efektif segala ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan yang terkait dengan pelaksanaan pemasaran, pembelian dan fungsi keuangan, seperti pemotongan dan pemungutan pajak PPh pasal 21, pasal 22, dan pasal 23.

2. Situasi sekarang dan identifikasi pendukung dan penghambat tujuan, yang terdiri dari:

a Identifikasi faktor lingkungan perencanaan pajak jangka panjang. Faktor ini umumnya memiliki sifat yang permanen yang secara eksplisit terdapat dan melekat pada ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan. Faktor tersebut merupakan parameter- parameter yang berpengaruh terhadap perencanaan jangka panjang. b Etika kebijakan perusahaan dan ketentuan yang jelas mengenai fungsi dan tanggung jawab manajemen perpajakan serta memiliki manual tentang ketentuan dan tata cara manajemen perpajakan yang berlaku bagi seluruh personil perusahaan. c Strategi dan perencanaan pajak yang berintegrasi dengan perencanaan perusahaan, baik perencanaan perusahaan jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Pengembangan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan, dilakukan antara lain dengan cara mengadakan: a Sistem informasi yang memadai dalam kaitannya dengan penyampaian perencanaan pajak kepada para petugas yang memonitor perpajakan dan kepastian keefektifan pengendalian dan pajak-pajak lainnya yang terkait, seperti pencantuman masalah- masalah perpajakan dalam setiap kontrak bisnis, sehingga tidak terjadi pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Hal-hal tersebut sangat erat kaitannya dengan sistem akuntansi perusahaan. b Mekanisme monitor, pengendalian, dan penyesuaian sedemikian rupa sehingga setiap modifikasi rencana dan tindakan dapat dilakukan tepat waktu. Hasrat untuk melakukan perencanaan pajak pada dasarnya didorong oleh dua ketentuan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu : 1. Ketentuan pertama menyangkut masalah pajak penghasilan itu sendiri yang bukan merupakan biaya yang fiskal dapat dikurangkan dalam menentukan penghasilan kena pajak pasal 9 ayat 1 huruf h UU PPh. Sebagai Universitas Sumatera Utara konsekuensinya, apabila terdapat pengurangan pembayaran PPh, maka tidak akan terjadi penurunan dalam jumlah biaya fiskal yang dapat dikurangkan dan oleh karena itu juga tidak akan menimbulkan kenaikan penghasilan kena pajak. Pengurangan pembayaran PPh tersebut, yang juga merupakan jumlah pajak yang dapat dihemat hanya dapat meningkatkan laba setelah pajak. Berbeda dengan aktivitas mencari labamenambah penghasilan, suatu perencanaan pajak hanya akan memberikan keuntungan yang sama sekali tidak termasuk dalam ruang lingkup pengenaan PPh. 2. Ketentuan kedua menyangkut kemungkinan dapat dikurangkannya biaya yang ada kaitannya dengan penentuan besarnya pajak yang terutang, yang dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan disebut sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan Pasal 6 ayat 1 huruf a uu PPh oleh karena perencanaan pajak terkait dengan penentuan besarnya pajak yang terutang, maka biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan pajak tersebut, merupakan biaya yang fiskal dapat dikurangkan. Biaya netto rancangan perencanaan pajak, yang dapat dihemat atau dengan perkataan lain biaya setelah pajak after tax cost dari suatu perencanaan pajak dapat dinyatakan sebagai berikut: Tabel II.1 Biaya Setelah Pajak ATC=BTC X 1- MTR ATC=After Tax Cost BTC=Before Tax Cost MTR=Marginal Tax Rate Universitas Sumatera Utara Contoh:  Misalkan perusahaan A dan B sama-sama mempertimbangkan untuk menaikkan gaji para karyawannya yang berjumlah secara keseluruhannya Rp. 25.000.000. bagi perusahaan A dan B biaya langsung atau biaya sebelum pajak Before tax cost adalah sama besarnya, akan tetapi biaya setelah pajaknya akan berbeda-beda tergantung kepada tarif marjinalnya.  Apabila diasumsikan tarif marjinal perusahaan adalah 10, sedang B menanggung beban pajak atas dasar tarif marjinal 30, maka kenaikan beban pajak ke dua perusahaan tersebut tidak akan sama.  Pajak yang dapat dihemat perusahaan A hanyalah 10 x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000 sedang perusahaan B dapat menghemat sebesar 30 x Rp 25.000.000 = Rp 7.500.000  Dengan demikian berarti, bagi perusahaan A jumlah biaya setelah pajaknya After tax cost adalah Rp 25.000.000 – Rp 2.500.000 = Rp 22.500.000 dan perusahaan B berjumlah Rp 25.000.000 – Rp 7.500.000 = Rp 17.500.000 Atau secara singkat dapat terlihat pada perhitungan berikut ini: Uraian A Rp B Rp Tarif marjinal Biaya sebelum pajak Akibat kenaikan gaji Pajak yang dapat dihemat 10 25.000.000 2.500.000 30 25.000.000 7.500.000 Biaya setelah pajak 22.500.000 17.500.000 Universitas Sumatera Utara Melihat ilustrasi tersebut diatas, terlihat bahwa untuk kepentingan pengambilan keputusan perlu adanya pembedaan antara tarif pajak rata-rata Average tax rate dan pajak marjinal Marjinal tax rate. Tarif pajak rata-rata memperlihatkan perbandingan rasio antara jumlah pajak terutang dengan penghasilan kena pajak, sedang tarif pajak marjinal merupakan tarif pajak atas rupiah terakhir dari penghasilan yang dikenakan pajak. Apabila ingin diketahui berapa besar jumlah tambahan pajak yang harus dibayar atau yang harus dihindarkan akibat suatu transaksi yang spesifik, maka tarif pajak marjinallah yang ada relevansinya dan bukan tarif pajak rata-rata. Tarif pajak rata-rata mewakili tarif pajak yang akan dikenakan pada setiap segmen penghasilan, sepanjang setiap segmen tersebut dikenakan tarif seragam. Apabila kedua ketentuan tersebut diatas, dikaitkan dengan rancangan perencanaan pajak, terbukti kemudian bahwa rancangan tersebut akan menghasilkan keunggulan ekonomis, bila dibandingkan dengan kegiatan mencari laba, profit-seeking activities. Evaluasi atas seluruh proyek investasi, didasarkan kepada perbandingan antara keuntungan setelah pajak after tax benefits terhadap biaya setelah pajak after tax cost. Khususnya bagi proyek perencanaan pajak, hasilnya akan bebas dari pengenaan pajak, sehingga dengan demikian untuk kegiatan perencanaan pajak tersebut yang dibandingkan adalah antara keuntungan sebelum pajak pre-tax benefits dan biaya setelah pajak after tax cost. Universitas Sumatera Utara

4. Kerangka Dasar Perencanaan Pajak

Dalam rangka mendesain suatu perencanaan pajak, ada beberapa alternatif pendekatan yang sistematis yang dapat dilakukan tetapi kesemuanya itu bertitik tolak kepada formula umum perhitungan pajaknya, seperti misalnya formula umum perhitungan pajak penghasilan pada Tabel II.2. Oleh karena sasarannya adalah mengefisienkan beban pajak pajak terutang yang berada pada lapisan bahwa dari perhitungan tersebut diatas maka secara aritmatika untuk memperoleh lapisan bahwa yang minimal tersebut, pengaturan harus dilakukan dengan melibatkan semua komponen yang diatasnya secara maksimal, sehingga dengan demikian berarti bahwa perencanaan pajak mencakup hal-hal seperti meminimalkan tarif pajak dan memaksimalkan biaya fiskal yang dapat dikurangkan serta memaksimalkan penghasilan yang ditangguhkan atau dikecualikan dari pengenaan pajak. Komponen-komponen dari formula umum tersebut kita sebut sebagai ”variable-variabel” perencanaan pajak dan hampir seluruh komponen-komponen yang terdaftar pada nomor genap formula tersebut merupakan “variable kritis critical variables” yang akan di olah dalam perencanaan pajak. Table II.2:Formula umum Perhitungan Pajak Penghasilan 1 2 - Jumlah seluruh penghasilan Penghasilan tidak objek pajak penghasilan Pasal 4 ayat 1 Pasal 4 ayat 3 3 4 = - Penghasilan bruto Biaya fiskal boleh dikurangkan Koreksi: Biaya fiskal tidak boleh dikurangkan 1-2 pasal 6 ayat 1 pasal 11 pasal 11 A pasal 9 ayat 1 dan ayat 2 Universitas Sumatera Utara 5 6 7 = - - Penghasilan neto Kompesasi kerugian Penghasilan tidak kena pajak wajib pajak orang pribadi 3-4 pasal 6 ayat 2 pasal 7 ayat 1 8 9 = x Penghasilan kena pajak Tarif 5-6-7 pasal 17 10 11 = - Pajak penghasilan terutang Kredit pajak 8x9 pasal 21 WP orang pribadi pasal 22,23,24,25 12 = Pajak penghasilan kurang bayarLebih bayarnihil bayar 10-11 pasal 28,28A,29 Setelah mengetahui komponen-komponen dari formula perhitungan pajak, tindakan selanjutnya adalah mencari peluang penghindaran pajak yang tercantum dalam Undang-undang Repuplik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan, adalah usaha memaksimalkan pajak penghasilan berdasarkan pada variabel penghasilan yang bukan objek pajak. Peluang ini tercantum dalam pasal 4 ayat 3 yang mengatur tentang penghasilan yang tidak termasuk objek pajak. 2. Memaksimalkan biaya-biaya fiskal, tindakan berupa tindakan yang dilakukan dengan meningkatkan biaya-biaya yang dapat dikurangkan atau dialihkan, peluang ini tercantum dalam pasal 6 ayat 1. Sedangkan pasal 9 ayat 1 mengatur biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan. Universitas Sumatera Utara 3. Meminimalkan tarif pajak, tindakan ini dapat dilakukan dengan upaya pengenaan pajak dengan tarif seminimal mungkin. Hal ini dapat ditempuh antara lain dengan mengalokasikan penghasilan dalam beberapa tahun atau dalam beberapa perusahaan yang masih satu grup. Menurut Mohammad Zain 2006 : 79 Untuk membantu pengolahan “variable kritis” tersebut ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan, antara lain:

1. Usahakan agar terdapat penghasilan yang stabil untuk

menghindarkan pengenaan pajak dari kelas penghasilan yang tarifnya tinggi top rate brackets

2. Percepat atau tunda beberapa penghasilan dan biaya-biaya untuk

memperoleh keuntungan dari kemungkinan perubahan tarif pajak yang tinggi atau rendah, seperti penangguhan pengenaan PPN yang ditanggung oleh pemerintah dan seterusnya.

3. Sebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa wajib

pajak, seperti pembentukan group-group perusahaan.

4. Sebarkan penghasilan menjadi penghasilan beberapa tahun untuk

mencegah penghasilan tersebut termasuk dalam kelas penghasilan yang tarifnya tinggi dan tunda pembayaran pajaknya, seperti penjualan cicilan, kredit, dan seterusnya.

5. Transformasikan penghasilan biasa menjadi “capital gain” jangka

panjang.

6. Ambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan-ketentuan

mengenai pengecualian-pengecualian dan potongan-potongan.

7. Pergunakan uang dari hasil pembebasan pengenaan pajak untuk

keperluan perluasan perusahaan yang mendapatkan kemudahan- kemudahan.

8. Pilihlah bentuk usaha yang terbaik untuk operasional usahanya.

9. Dirikanlah perusahaan dalam satu jalur usaha sedemikian rupa

sehingga dapat diatur secara keseluruhan penggunaan tariff pajak, potensi menghasilkan, kerugian-kerugian dan asset yang dapat dihapus. Universitas Sumatera Utara Faktor pajak yang terlibat dalam setiap situasi sangat terbatas sekali dan apabila misalnya diinginkan suatu beban pajak penghasilan yang efesien, maka perencana pajak sebaiknya: 1. Usahakan penghasilan tersebut tidak termasuk pengertian penghasilan yang dapat dikenakan pajak penghasilan atau penghasilan kena pajak di ganti dengan penghasilan yang tidak kena pajak atau pengenaan pajaknya di tangguhkan. 2. Tingkat biaya-biaya yang dapat di kurangkan atau biaya tertentu yang tidak dapat di kurangkan dari penghasilan kena pajak di kurangi dan dialihkan ke biaya-biaya yang dapat di kurangkan. 3. Perpanjang jangka waktu pengenaan pajak atas penghasilan atau perpendek jangka waktu biaya-biaya yang dapat dikurangkan. 4. Pertimbangkan antara naiknya penghasilan dengan beban pajak yang meningkat, atau naiknya biaya tertentu dengan berkurangnya beban pajak, dan hasil akhir neto harus memperbesar laba setelah pajak penghasilan.

B. Perencanaan Pajak Untuk Menentukan Jumlah Pajak Terutang