BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur penulis dan ditafsirkan oleh pendengar pembaca. Tipe studi ini melibatkan penafsiran tentang apa
yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang
bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang sesuai dengan orang yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa
Tipe studi ini juga menyelidiki bagaimana cara pendengar dapat menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu interpretasi makna yang
dimaksud penutur. Tipe studi ini menggali banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang disampaikan. Boleh dikatakan bahwa studi ini adalah pencarian
makna yang tersamar George 1996: 3-4. Komunikasi akan berjalan lancar apabila sasaran bahasa yang digunakan tepat,
artinya bahasa itu dipergunakan sesuai dengan situasi dan kondisi penutur dan sifat pertuturan itu dilaksanakan. Hal ini sangat bergantung pada faktor-faktor penentu dalam
tindak bahasa atau tindak komunikasi, yaitu lawan bicara, tujuan pembicara, masalah yang dibicarakan, dan situasi. Penggunaan bahasa seperti inilah yang dikaji dalam
pragmatik. Levinson dalam Asrul 1996 : 23 mengatakan “Pragmatics is the study of deictic
at least in part, implicature, presupposition, speech act, and aspect of discourse structure”= pragmatik adalah penelitian di bidang deiksis, implikatur, pranggapan,
pertuturan tindak ujaran , dan struktur wacana.
Universitas Sumatera Utara
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur penulis dan ditafsirkan oleh pendengar pembaca. Pragmatik mengkaji lima hal yaitu deiksis,
pranggapan, tindak ujaran, implikatur, dan struktur wacana. Deiksis adalah suatu kajian pragmatik yang merupakan gejala semantik yang terdapat pada kata-kata atau
konstruksi yang dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicaraan yang jelas. Istilah deiksis berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu deiktikos
yang bermakna “hal penunjukkan secara langsung, berpindah atau berganti-ganti” tergantung pada siapa yang menjadi pembicara, tempat dituturkannya kata-kata itu.
Kata-kata seperti saya, dia, kamu, merupakan kata-kata yang bersifat deiktis, rujukan kata tersebut barulah dapat diketahui siapa, dimana, dan pada waktu kapan kata-kata itu
diucapkan. Dan peristiwa deiksis dapat terjadi pada bahasa lisan maupun tulisan, dapat pula berupa deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis sosial, deiksis
wacana. Deiksis persona adalah pemberian bentuk kepada peran peserta dalam kegiatan
berbahasa. Dalam kategori deiksis persona yang menjadi kriteria adalah peran peserta dalam peristiwa berbahasa itu, peran dalam kegiatan berbahasa itu dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu persona pronominal pertama, persona kedua, persona ketiga Haliday dan Hasan, 1984: 44.
Kata-kata deiksis persona pada setiap bahasa jumlahnya terbatas. Walaupun demikian, sistem deiksis justru termasuk sangat sulit dipelajari orang yang bukan
penutur asli bahasa yang bersangkutan Purwo,1980:12, Oleh karena itulah deiksis sebagai salah satu bidang kajian pragmatik menjadi topik dalam penelitian ini.
Penelitian tentang deiksis dilakukan Purwo 1984 yang membagi deiksis tiga bagian, yaitu deiksis persona, ruang, dan waktu. Deiksis persona dibagi tiga yaitu
Universitas Sumatera Utara
deiksis pronominal persona pertama, kedua, dan ketiga, khusus tentang persona pernah dilakukan oleh Sitepu 1998 yang terdapat didalam cerpen Bromocorah karya Mochtar
Lubis, tetapi dibatasi hanya penggunaan deiksis dia dan mereka. Penelitian tentang deiksis dalam novel belum pernah dilakukan untuk itulah peneliti tertarik meneliti
bagaimana deiksis persona yang terdapat pada sebuah novel. Penelitian ini berjudul “Deiksis Persona dalam Novel Laskar Pelangi” Karya Andrea Hirata.
Novel Laskar Pelangi setebal 534 halaman ini merupakan sebuah novel yang mengalami cetak ulang sebanyak enam belas kali semenjak terbit pada September 2005
sampai dengan Januari 2008. Walaupun pengarang sastrawan pemula, tetapi karya- karyanya sudah menjadi Best seller. Laskar pelangi merupakan buku pertama dari novel
tetralogi karya Andrea Hirata. Buku berikutnya adalah Sang Pemimpi, Endensor ,dan Maryamah Karpov, novel Laskar Pelangi sudah diadaptasikan menjadi sebuah film.
Film Laskar Pelangi diproduksi oleh Miles Production dan Mizan Cinema yang digarap oleh Riri Riza, film Laskar Pelangi disambut masyarakat dengan positif dan diterima
dengan baik di tengah-tengah masyarakat. Film ini bertahan lama di bioskop-bioskop Indonesia karena menarik minat penonton.
Novel Laskar Pelangi merupakan karya dari seorang pengarang Indonesia yang pernah menuntut ilmu di Sorbonne, Prancis. Novel ini bercerita tentang kehidupan
sepuluh anak dari keluarga miskin yang bersekolah SD dan SMP di Sekolah Muhammadiyah di Pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan.
Hartono 2007 mengatakan bahwa novel Laskar pelangi penuh dengan taburan wawasan yang luas bak samudra dari pengarangnya yang paham betul tentang ilmu
eksakta, seni, budaya. Novel ini merupakan perjalanan hidup dari pengarang, mengenai masa kecil yang dihabiskannya di tanah kelahirannya yaitu Pulau Belitong yang
Universitas Sumatera Utara
terkenal dengan timahnya. Namun, dengan kepandaian bercerita, Andrea mampu menampilkan segala kekurangan dan keterbatasan hidup bukan hanya sebagai ironi dan
tragedi, melainkan juga bisa berbentuk ria dan sukacita, angan dan kebahagian Wikipedia Indonesia :2008.
Peneliti tertarik mengkaji novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata karena adanya bentuk deiksis persona yang rujukannya kurang jelas dapat dikemukakan
sebagai contoh di bawah ini. “Perubahan ekstrem suhu adalah konsekuensi samudra. Karena itu kemarau di
kampung kami menjadi sangat tidak menyenangkan. Kepekatan oksigen menyebabkan tubuh cepat lelah dan mudah mengantuk. Namun, ada suku di mana-mana. Anda tentu
paham maksud saya, bulan ini amat semarak karena banyak perayaan berkenan dengan hari besar negeri ini. Agustus, semuanya serba menggairahkan.”
Pada contoh di atas terlihat bahwa deiksis persona pronominal pertama jamak kami mengalami ketidakjelasan rujukan karena persona pronominal kami biasanya
mengacu kepada orang pertama jamak atau mengacu kepada orang pertama tunggal jadi bentuk persona pronominal kami seakan-akan menyembunyikan beberapa orang yang
terlibat dalam pembicaraan tersebut dan tidak ingin mengacu dirinya secara langsung. Begitu juga dengan deksis persona pronominal kedua tunggal anda rujukannya kurang
jelas karena bentuk persona pronominal anda dalam suatu pembicaran ikut berperan serta dalam suatu tuturan sementara dalam kalimat tersebut tidak ada terdapat jadi
hubunganya tidak pribadi sehingga bentuk anda tidak diarahkan pada satu orang secara khusus. Pada contoh diatas hal-hal seperti banyak ditemukan dalam novel Laskar
Pelangi ini jugalah alasan penulis untuk meneliti deiksis persona dalam novel Laskar Pelangi.
Bukan pertama kali deiksis persona diteliti baik dalam skiripsi maupun dalam makalah. Antara lainnya Wahyudi Marli 1990 dengan judul Deiksis Persona Dalam
Universitas Sumatera Utara
Bahasa Jawa, ia menyimpulkan bahwa bahasa Jawa mengenal deiksis persona yang dibagi dalam bentuk-bentuk kata ganti persona dan perilaku pada tingkat tertentu
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena ini fokus pada deiksis yang terdapat di dalam novel Laskar Pelangi. karena bahasa dalam sebuah novel
juga ada keunikan dilihat dari bentuk-bentuk deiksis personanya. Hal ini juga yang menjadi latar belakang peneliti tertarik untuk meneliti deiksis Persona dalam Novel
Laskar Pelangi. Peneliti ingin mengungkapkan bentuk-bentuk deiksis persona yang terdapat dalam Laskar Pelangi.
1.1.2 Masalah