Interaksi Antar Etnis di Asrama Mahasiswi Puteri Baru USU (ASMARU)

(1)

DOKUMENTASI LAPANGAN

Gambar I: Peneliti berfoto dan melakukan

wawancara dengan Ibu Ana (ibu Kantin

Di kantin Asrama. Asrama Puteri Baru USU)

Gambar II: Peneliti melakukan

wawancara Gamb

dengan Ayu

Nurzannah. wawancara

dengan Raini Tanjung. Gambar IV: Peneliti melakukan wawancara Gambar V: Aula Asrama

Puteri

dengan Rosina Baru Universitas Sumatera


(2)

Gambar VI: Pos Satpam Asrama Puteri Baru USU. Gambar VII: Sarana

Menonton TV Mahasiswi Asrama Puteri Baru USU.

Gambar VIII: Kantin Depan Asrama Puteri Gambar IX: Parkir Kereta Mahsiswi

Baru USU. Asrama Puteri Baru USU.

Gambar X: Tampak Halaman Masuk Puteri Gambar XI: Kantin Belakang Asrama. Baru USU.


(3)

Gambar XII: Kamar Mandi Umum (MCK) yang digunakan Mahasiswi Asrama Puteri Baru Universitas Sumatera Utara


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif (Akualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers

Berger, Peter L. 1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES.

Black, James A. 2009. Metode & Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Coleman, James S. 1994. Dasar-Dasar Teori Sosial. (Terjemahan Imam Muttaqien bab 1-5, Derta Sri Widowatie bab 6,15-24, dan Siwi Purwandari bab 7-14). Bandung: Nusa Media.

Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Ranjabar, Jacobus. 2013. Sistem Sosial Budaya Indonesia: suatu pengantar. Bandung: Alfabeta.

Ritzer, George. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Soekanto, Soejono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


(5)

Sugihastuti. 2000. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Soekanto, Soejono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Setiadi, Elly M. dkk. 2006. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

Siagian, Matias. Dkk. 2011.Etika Umum. Medan: Grasindo Monoratama. Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Tumanggor, Rusmin. Dkk. 2010.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Wirawan, I.B. 2012.Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Yulianti, Yayuk. 2003. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama.

Sumber lain:

Anggraheni, Pitri Noor. 2009. Skripsi Identitas etnis. Jakarta: FIB Universitas Sumatera Utara.

Ernita, Yanthi. Ekspresi Identitas Etnis Melalui Asosiasi Etnis(Studi kasus Organisasi “HIKMA” di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung). Medan: FISIP Universitas Sumatera Utara.


(6)

Fisip.ilearn.unand.ac.id diakses pada tanggal 15 desember 2015, pada pukul 20.33 WIB

20.22 WIB

pada pukul 19.36 WIB WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan diakses pada tanggal 08 oktober 2015, pada pukul 20.03 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi diakses pada tanggal 19 oktober 2015, pada pukul 01.46 WIB

http://www.berpendidikan.com/2015/06/pengertian-kerja-sama-dan-bentuknya-beserta-contohnya.html diakses pada tanggal 19 oktober 2015, pada pukul 01.55 WIB

pukul 02.03 WIB

14.35 WIB

ilmusos.weebly.com diakses pada tanggal 15 desember 2015 pada pukul 20.24 WIB.


(7)

Setiawan, Deka. 2012. Interaksi Sosial Antar etnis di Pasar Gang Baru Pecinan Semarang dalam Perspektif. Semarang: Prodi Pendidikan IPS Universitas Negeri Semarang

Sembiring, Arfy Septian. 2015. Harmonisasi Interaksi Antar Etnis Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kebupaten Deli Serdang. Medan: Sosiologi FISIP Universitas Sumatera Utara.

Yamin, Muhammad. 2015. Pola Adaptasi dan Interaksi Mahasiswa Asal Papua Dengan Mahasiswa Daerah Lain.Medan: Sosiologi Universitas Sumatera Utara.


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif.Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumentasi pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya.Sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas.

Menurut Keirl dan Miller dalam (Moleong, 2006) yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristiwanya. Penelitian kualitatif juga bertujuan untuk menggambarkan meringkas berbagai kondisi dan fenomena realitas sosial yang ada dimasyarakat, yang menjadi objek penelitian dan menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2007: 68).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di asrama mahasiswi puteri baru USU. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah dengan pertimbangan pertama, jarak tempuh Universitas dan tempat penelitian penulis sangat dekat sehingga mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data yang diinginkan dan peneliti cukup tahu kondisi mahasiswi yang ada di asrama puteri baru USU. Kedua, peneliti ingin melihat interaksi sosial mahasiswi antar etnis yang ada di asrama puteri baru USU yang jumlah mahasiswinya


(9)

yaitu 110 mahasiswi putri sehingga terdapat berbagai macam etnis yang ada di asrama puteri baru USU.

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan yang diperhitungkan sebagai subyek penelitian. Salah satu ciri dan karakteristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa yang disebut “unit of analisys”. Ada dua unit analisis dalam penelitian ini yaitu mahasiswi dan ibu asrama.

Tujuan analisis data adalah untuk menyederhanakan, sehingga mudah ditafsirkan (Nasution, 2008: 148).Adapun yang menjadi unit analisis dan objek kajian dalam penelitian ini adalah mahasiswi yang tinggal di asrama puteri baru USU.

3.3.2 Informan

Informan penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat diperolehnya. Karena itu di dalam penelitian kualitatif yang paling penting adalah peneliti “menentukan” informan dan peneliti “mendapatkan” informan. Menentukan informan bias dilakukan oleh peneliti apabila peneliti memahami masalah umum penelitian serta memahami pula anatomi masyarakat di mana penelitian dilaksanakan. Namun apabila peneliti belum


(10)

memahami anatomi masyarakat tempat penelitian, maka peneliti berupaya agar tetap mendapatkan informan penelitian (Bungin, 2007: 107).

Berdasarkan dengan tujuan penelitian kualitatif, maka dalam prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang syarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Untuk memilih sampel lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yang dimana jumlah sampel (informan) bisa sedikit, juga bias banyak, terutama tergantung dari: tepat atau tidaknya pemilihan informan dan kompleksitas dan keragaman yang diteliti (Bungin, 2007: 53). Adapun yang menjadi informan sebagai sumber informasi untuk memperoleh data dari penelitian ini adalah:

1. Mahasiswi yang tinggal 1 s/d 3 tahun

2. Mahasiswi yang masih memiliki hubungan dengan kampung halaman atau daerah asal

3. Mahasiswi yang mengetahui adat istiadat suku asalnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian melalui observasi dan wawancara. Oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan yaitu:


(11)

1. Observasi Partisipan

Dalam observasi partisipan ini, peneliti adalah bagian dari keadaan alamiah, tempat dilakukannya observasi. Prosedur dapat dikembangkan dalam beberapa cara. Seorang peneliti dapat menjadi anggota dari sebuah kelompok khusus atau organisasi dan menetapkan untuk mengamati kelompok itu dengan menggunakan satu atau beberapa cara. Atau dapat pula peneliti melakukan kerja sama dengan sebuah kelompok dalam tujuannya mengamati kelompok dengan beberapa cara. Tanpa melihat bagaimana peneliti bias menjadi bagian dari lingkungannya, maka yang terpenting partisipan aktif sebagai bagian yang menyeluruh yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini (Black, 2009: 289). Adapun yang menjadi bahan observasi partisipan dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung kepada mahasiswi yang tinggal di asrama puteri baru USU mengenai interaksi antar etnis.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam merupakan wawancara yang dilakukan secara lebih dekat dengan responden agar peneliti dapat bekerja sama dengan baik dengan responden. Wawancara terhadap informan ditujukan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang interaksi mahasiswi antar etnis di asrama puteri baru USU.


(12)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data ini diambil dari sumber lain atau instansi lain yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu pengumpulan data yang berasal dari buku-buku yang sesuai dengan objek kajian penelitian serta materi-materi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Dalam melaksanakan studi pustaka, peneliti melakukan penelusuran sumber-sumber tulisan dari buku, majalah, dokumentasi, jurnal, peraturan-peraturan, sumber elektronik, sumber online, dan sebagainya.Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data mengenai teori-teori dan kajian yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan suatu tahap pengolahan data, setelah data terkumpul dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Maka akan dilakukan pengolahan, analisis, dan penafsiran data yang diperlukan dari lapangan tadi berupa hasil observasi dan hasil wawancara. Kemudian peneliti akan menyederhanakan dan mengedit agar lebih mudah dipahami. Data yang telah terkumpul kemudian akan disusun lagi sedemikian rupa kemudian data tersebut akan diinterpretasikan secara kualitatif.


(13)

Hal ini dilakukan agar peneliti lebih jelas memperoleh hasil yang lebih mendalam dan meluas sesuai teori yang relefan. Pada akhirnya peneliti akan menyusun sebagai laporan akhir penelitian ini. Proses ini sudah dilakukan sejak proposal penelitian dibuat, hingga akhir penelitian. Akan menjadi sebuah laporan penelitian yang memiliki ciri kualitatif.

3.6 Jadwal Kegiatan

N o

Kegiatan

Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

Pra Observasi

2

ACC Judul Penelitian

3

Penyusun an Proposal

√ √ √

4

Seminar Desain Penelitian

5

Revisi Proposal Penelitian


(14)

6

Penelitian Lapangan

√ √ √

7

Pengumpu landanInte rpretasi Data

√ √

8

Bimbinga n

√ √ √

9

Penulisan Laporan Akhir

√ √ √

1 0

Sidang Meja Hijau

1.7 Keterbatasan Penelitian

Mengingat penelitian ini tentang Interaksi Antar Etnis di Asrama Mahasiswi Puteri Baru USU, ada beberapa keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Mahasiswi asrama puteri baru USU sebagai informan masih mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi dengan peneliti. 2. Mahasiswi asrama puteri baru USU sebagai informan masih

dikatakan tertutup untuk menceritakan secara langsung kehidupan pribadinya di asrama puteri baru USU dan sedikit sulit untuk ditemui


(15)

karena jadwal sebagai mahasiswi Universitas Sumatera Utara sehingga menjadi keterbatasan dalam proses wawancara dalam penelitian ini.


(16)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Deskripsi Asrama Putri Baru USU

Asrama puteri baru USU merupakan sarana tempat tinggal puteri yang di sediakan oleh pemerintah untuk mahasiswa yang menjenjang pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Asrama puteri USU saat ini terbagi dua yaitu asrama puteri lama USU dan asrama puteri baru USU, yang dimana asrama puteri lama USU saat ini sudah tidak terlalu banyak di tempati oleh mahasiswi dikarenakan bangunannya yang sudah tua dan mahasiswi yang baru lebih banyak di tempati ke asrama puteri baru USU sehingga di asrama puteri lama USU hanya di tempati oleh mahasiswi yang sudah lama bertempat tinggal di asrama puteri tersebut.

Adapun syaratmahasiswa yang ingin tinggal di asrama putri harus melengkapi syarat administrasi seperti :

1. Surat pengantar dan surat rekomendasi dari Dekan/Pembantu Dekan III Fakultas.

2. Fotokopi surat permohonan mahasiswa.

3. Fotokopy pembayaran SPP tahun akademi yang sedang berjalan. 4. Fotokopi KHS.

5. Mengisi surat pernyataan berasal dari keluarga yang kurang mampu dan tinggal di luar kota Medan.

6. Surat kesehatan dari Poliklinik USU. 7. Surat keterangan rontgen dari RS Paru. 8. Pasphoto ukuran 3×4 sebanyak 3 lembar.


(17)

9. Mengisi surat pernyataan menaati peraturan yang berlaku bagi penghuni asrama putri.

10.Map bertulang sebanyak 2 buah.

11.Seluruh berkas dimasukkan ke dalam map folio

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang ibu kantin (ibu Ana, umur 42 tahun ) sudah lama tinggal di asrama puteri USU yaitu 18 tahun, terkait dengan sejarah asrama puteri baru USU di sebutkan bahwa pada awalnya asrama puteri baru USU merupakan rawa-rawa dan di pinggir jalan banyak pohon-pohon pedodo, dan banyak pohon rambutan yang ada di kantin depan asrama puteri baru USU.Asrama puteri baru USU sendiri dibangun pada tahun 2004 dan mulai dimasuki pada tahun 2011 yang dimana pada saat itu ibu asramanya adalah ibu Rosniati. Adapun asal mula pembangunan asrama puteri baru USU yaitu asrama puteri lama USU sudah tidak bisa di tempati terlalu banyak mahasiswi dikarenakan kamar yang hanya sedikit pada asrama puteri lama USU yang dimana setiap tahunnya mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara semakin bertambah dan banyak mahasiswi lebih memilih bertempat tinggal di asrama karena biaya lebih terjangkau dan lebih terjamin keamanannya. Dalam asrama puteri baru USU setiap kamar di tempati maksimal 4 mahasiswi jadi memungkinkan mereka mendapatkan teman sekamar yang berbeda-beda seperti berbeda etnis.


(18)

Pada kehidupan mahasiswi asrama puteri baru USU interaksi yang mereka jalani sehari-hari merupakan tantangan tersendiri bagi mereka, karena dalam interaksi yang mereka jalani adalah interaksi antar etnis, yang dimana etnis yang bertempat tinggal di asrama puteri baru USU antara lain yaitu Batak, Papua, Jawa, Cina, Mandailing, Aceh, Banjar, Minang, Karo dan Melayu. Dalam kehidupan mahasiswi asrama puteri baru USU banyak terjadi hal-hal yang menciptakan suasana kehidupan sosial mereka lebih humanisme. Dimana mereka saling tolong-menolong, bertukar informasi, dan saling menjaga satu sama lainnya. Para mahasiswi di asrama puteri baru USU selain menciptakan suasana kehidupan sosial mereka juga menciptakan aktivitas yang membuat hubungan sosial mereka semakin erat.

4.1.2 Sarana dan Prasarana Asrama Puteri Baru USU

a. Sarana Tempat Makan (Kantin Umum)

Tempat makan (Kantin Umum) merupakan sarana yang telah disediakan oleh pihak asrama puteri baru USU untuk memudahkan mahasiswi asrama puteri baru USU membeli makanan keseharian mereka.Saat ini kantin asrama puteri USU ada 2 yaitu ada di asrama puteri lama USU dan asrama puteri baru USU. Ukuran kantin yang ada di asrama puteri baru USU lumayan besar dan banyak menyediakan tempat duduk dan juga banayk menyediakan makanan, tidak hanya makanan untuk sehari-hari namun juga makanan ringan.


(19)

Mahasisiwi asrama puteri baru USU dapat membayar setisp bulannya untuk makanan (rantangan) sehari-hari mereka dengan pengambilan makanan di jam makan siang dan jam makan malam, untuk sarapan mahasiswi membeli makanan di luar kantin.

b. Sarana MCK Umum (Mandi, Cuci, Kakus)

Dalam asrama puteri baru USU menyediakan MCK (mandi, Cuci, Kakus) untuk umum yang berada di lantai paling dasar asrama puteri baru USU, dalam kamar setiap mahasiswi juga di sediakan 2 MCK setiap kamarnya. MCK umum disediakan bagi mahasiswi yang terkadang MCK yang ada di kamar mahasiswi air krannya tidak naik ke kamar mahasiswi karena kamar mahasiswi tersebut berada di lantai paling atas yaitu lantai 3 yang terkadang air krannya tidak bisa naik, hanya sampai lantai 1 atau 2 saja air krannya naik. MCK umum juga dapat digunakan mahsiswi untuk mencuci pakaian karena MCK yang ada di kamar mahasiswi ukurannya kecil berbeda dengan MCK umum yang telah disediakan dengan ukuran yang besar sehingga memudahkan mahasiswi untuk mencuci pakaian mereka.Kemudian juga telah disediakan juga jemuran pakaian didekat MCK umum agar mahasiswi tidak susah untuk menjemur pakaian basah mereka ke kamar mahasiswi yang berada di lantai paling atas.


(20)

c. Sarana Menonton TV (Televisi)

Asrama puteri baru USU tidak diperkenankan mahasiswinya membawa tv (televisi) ke dalam kamar mereka, sehingga pihak asrama menyediakan sarana untuk mahasiswi menonton tv. Sarana menonton tv tersebut berada di lantai paling bawah asrama puteri baru USU. Dengan adanya sarana menonton tv tersebut mahasiswi menjadi lebih kenal satu sama lainnya karena mereka selalu menonton dan berdiskusi di sarana menonton tv yang telah disediakan pihak asrama sehingga membuat mahasiswi tidak menjadi individualis.

d. Lapangan (Halaman Asrama Puteri USU)

Lapangan atau halaman asrama puteri USU terletak di pintu gerbang masuk asrama puteri lama USU dan asrama puteri baru USU, sehingga lapangan atau halaman tersebut dapat digunakan oleh mahasiswi asrama puteri lama USU dan asrama puteri baru USU. Lapangan atau halaman asrama sering digunakan mahasiswi asrama puteri USU untuk berdiskusi bersama organisasi kampus mereka, seperti etnis papua yang menggunakan lapangan atau halaman asrama untuk silaturrahmi antar etnis mereka dan lapangan atau halaman asrama juga untuk tempat latihan para anggota Marcing Band Universitas Sumatera Utara.


(21)

Bagi mahasiswi asrama puteri baru USU yang memiliki kendaraan bermotor (kereta) dapat memarkirkan kendaraan bermotor mereka di tempat parkir yang telah disediakan pihak asrama.Tempat parkir asrama puteri baru USU terletak di sebelah kantin umum asrama puteri baru USU. Ukuran tempat parkir yang disediakan tidak terlalu besar hanya cukup untuk memarkirkan kendaraan bermotor mahasisiwi kurang lebih 15 kendaraan bermotor (kereta) mahasiswi.Dilihat dari tempat parker asrama mahasiswi yang mempunyai kendaraan bermotor (kereta) hanya sedikit, karena dilihat dari letak asrama puteri baru USU yang dekat dengan halte bus USU dan juga asrama puteri baru USU berada di dalam Universitas.

f. Sarana Pos Satpam (Keamanan)

Keamanan sangat penting dalam tempat tinggal mahasiswa/I, karena tempat tinggal mahasiswa/I merupakan sasaran empuk bagi para pencuri atau maling. Di asrama Puteri Baru USU Pos Satpam atau keamanan yang tersedia di asrama puteri baru USU tersebut terdapat 1 pos yang terletak di pintu pagar masuk asrama puteri baru USU, dengan keamanan tersebut asrama menjadi aman dan lelaki pun tidak sembarangan masuk asrama, karena asrama puteri baru USU tidak boleh dimasuki sembarangan lelaki.


(22)

Gambar 1:

Kertas Peringatan Yang Terdapat di dalam Asrama Puteri Baru USU

g. Aula Asrma Puteri Universitas Sumatera Utara

Aula asrama puteri USU sering digunakan untuk kegiatan mahasiswa/I Universitas Sumatera Utara.USU menyediakan Aula tersebut karena melihat banyak organisasi atau komunitas mahasiswa/I USU banyak melakukan acara, namun mereka tidak memiliki sarana tempat acara.Jadi, USU menyediakan Aula asrama puteri USU yang dapat digunakan untuk acara-acara kampus.Seperti acara INISIASI SOSIOLOGI FISIP USU yang diadakan tahun 2015.


(23)

4.2 Karakteristik Informan

Informan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian ini, yang merupakan salah satu kunci bagi peneliti untuk memperoleh informan yang diperlukan dalam penelitian.Karakterisktik informan ini digunakan sebagai penentuan informan dalam penelitian yaitu berdasarkan agama, suku, lama tinggal, dan fakultas selama informan berkuliah di Universitas Sumatera Utara. Untuk lebih jelasnya maka peneliti akan mendeskripsikan karakteristik informan sebagai berikut:

4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Umur

Tabel no.4

Karakteristik Informan Berdasarkan Umur

No

Kategori Umur

Jumlah (n)

Persentase (%)

1

19-21 Tahun

7 77,78%

2 >22 Tahun 2 22,22%

Total 9 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016 (data diolah)

Berdasarkan table no.4 memperlihatkan bahwa dari informan penelitian, 7 orang (77,78%) berumur 19-21 tahun dan 2 orang (22,22%) berumur di atas 22 tahun, sehingga mayoritas informan berumur antara 19-21 tahun.


(24)

4.2.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Agama Tabel no.5

Karakteristik Informan Berdasarkan Agama

No Agama

frekuensi (n)

Persentase (%)

1 Islam 8 88,89%

2 Kristen 1 11,11%

Total 9 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016 (data diolah)

Berdasarkan table no.5 memperlihatkan bahwa dari informan penelitian, 8 orang (88,89%) beragama Islam dan 1 orang (11,11%) beragama Kristen, sehingga mayoritas informan beragama Islam.

4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Lama Tinggal

Tabel no.6

Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal di Asrama Puteri Baru Universitas Sumatera Utara

No

Lama Tinggal

Jumlah (n)

Persentase (%)

1 1 Tahun 3 33,34%

2 > 2 Tahun 6 66,66%

Total 9 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016 (data diolah)

Berdasarkan table no.6 memperlihatkan bahwa dari informan penelitian, 3 orang (33,34%) yang tinggal selama 1 tahun dan 6


(25)

orang (66,66%) yang sudah tinggal selama > 2 tahun. Dengan demikian mayoritas informan 6 orang (66,66%) yang sudah tinggal selama > 2 tahun.

4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Fakultas

Tabel no.7

Karakteristik Informan Berdasarkan Fakultas

No Fakultas

Jumlah (n)

Persentase (%)

1 Ekonomi 3 33,34%

2

Ilmu

Komunikasi TI

1 11,11%

3

Kesehatan Masyarakat

2 22,22%

4

Ilmu Budaya

3 33,34%

Total 9 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016 (data diolah)

Berdasarkan table no.7 memperlihatkan bahwa informan penelitian 3 orang (33,34%) yang berkuliah di Fakultas Ekonomi, 1 orang (11,11%) yang berkuliah di Fakultas Ilmu Komunikasi TI, 2 orang (22,22%) yang berkuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat,


(26)

dan 3 orang (33,33%) yang berkuliah di Fakultas Ilmu Budaya. Sehingga mayoritas informan adalah 3 orang (33,34%) yang berkuliah di Fakultas Ekonomi dan 3 orang (33,34%) yang berkuliah di Fakultas Ilmu Budaya.

4.2.5 Karakateristik Berdasarkan Suku

Tabel no.8

Karakteristik Informan Berdasarkan Suku

No

Kategori Umur

Jumlah (n)

Persentase (%)

1 Batak 1 11,11%

2 Jawa 1 11,11%

3 Papua 1 11,11%

4 Minang 1 11,11%

5 Karo 1 11,11%

6 Mandailing 1 11,11%

7 Melayu 1 11,11%

8 Aceh 1 11,11%

9 Banjar 1 11,11%

Total 9 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016 (data diolah)

Berdasarkan table no.8 memperlihatkan bahwa dari informan penelitian, 1 orang (11,11%) bersuku Batak, 1 orang (11,11%) bersuku Jawa, 1 orang (11,11%) bersuku Papua, 1 orang (11,11%)


(27)

bersuku Minang, 1 orang (11,11%) bersuku Karo, 1 orang (11,11%) bersuku Mandailing, 1 orang (11,11%) bersuku Melayu, 1 orang (11,11%) bersuku Aceh, dan 1 orang (11,11%) bersuku Banjar. Sehingga tidak ada mayoritas informan berdasarkan suku, semua setara karena untuk memilih sampel peneliti menggunakan Purposive Sampling.

4.3 Profil Informan Mahasiswa Asrama Puteri Baru USU

1. Informan pertama

Nama Lengkap : Yuni Tambunan Umur : 19 tahun

Suku : batak

Agama : Islam

Fakultas : Ekonomi Departemen : Manajemen Asal Daerah : Labura

Yuni merupakan mahasiswi bersuku batak dengan kelahiran tahun 1996 sudah berumur 19 tahun dan Yuni adalah perantau yang berasal dari daerah Labura ei kenopan. Beliau sudah merantau selama 1 tahun dan saat ini beliau menjenjang pendidikan di Fakultas Ekonomi mengambil jurusan Manajemen.Tempat yang ditinggali Yuni saat ini adalah asrama puteri baru USU yang sudah 1 tahun bertempat tinggal di asrama tersebut dan jarak asrama puteri baru USU yang beliau tempati berdekatan dengan fakultas Yuni. Yuni memilih merantau ke Medan karena beliau ingin melanjutkan


(28)

jenjang pendidikan yang lebih baik lagi, apalagi kota Medan merupakan kota yang terbesar di Sumatera Utara. Walaupun sudah jauh dari daerah asalnya namun Yuni masih tetap memiliki hubungan erat dengan kampung halamannya karena setiap ada libur kuliah beliau kembali kekampung atau daerah asalnya untuk bertemu orangtua dan sanak saudara di daerah asalnya.

Saat pertama merantau Yuni tidak memilih teman dalam berinteraksi, beliau tidak melihat orang-orang disekitarnya dari suku dan agama. Teman yang Yuni ajak bicara pertama kali merantau ke kota Medan dan memutuskan tinggal di asrama puteri baru USU yaitu teman yang berbeda suku dengan beliau karena menurut beliau untuk berinteraksi itu tidaklah dilihat dari kesamaan suku dan daerah asal begitu juga dengan pendapat mahasiswi yang tinggal di asrama puteri baru USU, walaupun berbeda etnis mereka tetap mau berinteraksi dengan etnis-etnis lainnya, beliau mengatakan semua yang ada di asrama puteri baru USU “sama” tidak ada perbedaan dan tidak ada sifat egois dalam diri mahasiswi yang tinggal di asrama puteri baru USU.

Setahun lalu saat Yuni menginjakkan kakinya pertama kali di asrama puteri baru USU beliau mengatakan ada perbedaan suasana, terutama suasana mengenai suku-suku yang ada di asrama puteri baru USU, menurut beliau kekentalan suku yang beliau rasakan di daerah asalnya berbeda dengan yang ada di asrama puteri baru USU


(29)

dikarenakan adat suku tidaklah diutamakan dalam kehidupan yang beliau lihat saat ini.

2. Informan ke dua

Nama Lengkap : Nurun Hawa Umur : 22 tahun

Suku : Melayu

Agama : Islam

Fakultas : Ilmu Komunikasi TI Departemen : Ilmu Komputer Asal Daerah : Batu Bara

Nurun adalah mahasiswi dari fakultas ilmu komunikasi yang mengambil jurusan ilmu komputer. Nurun saat ini berusia 22 tahun, beliau berasal dari daerah Batu Bara yang dimana orang tua Nurun berasal dari suku yang berbeda yakni ibu Nurun bersuku batak dan Ayah Nurun bersuku Melayu. Nurun dibesarkan di daerah yang mayoritas bersuku melayu sehingga beliau lebih mengetahui mengenai suku melayu terutama dalam budaya dan sejarah mengenai suku melayu.

Pada saat pertama sekali merantau ke kota Medan Nurun bertemu atau berinteraksi pertama sekali dengan berbeda suku karena menurutnya untuk berteman tidaklah dilihat dari suku, namun kenyamanan dalam berteman. Dalam kesehariannya di asrama puteri baru USU Nurun juga sering berinteraksi dengan suku lainnya


(30)

sehingga tidak ada saling ketidaksukaan atau menjelek-jelekkan suku lainnya karena menurut beliau jika kita sudah berteman walaupun berbeda suku kita harus menjaga nama baik suku teman kita tersebut. Nurun sudah 3 tahun bertempat tinggal di asrama puteri baru USU, menurut beliau tinggal di asrama puteri baru USU sangat nyaman karena kawasan yang masih di dalam kampus dan juga keamanan yang sangat baik.

3. Informan ke tiga

Nama Lengkap : Siti Saharah Umur : 20 tahun Suku : Mandailing

Agama : Islam

Fakultas : Kesehatan Masyarakat Departemen : Gizi Masyarakat Asal Daerah : Mandailing Natal

Siti Saharah yang kerap di panggil Siti merupakan mahasiswi jurusan gizi masyarakat yang berasal dari daerah Penyabungan, Mandailing Natal.Siti saat ini beumur 20 tahun dan sudah hampir 3 tahun bertempat tinggal di asrama puteri baru USU. Dalam kesehariannya Siti di kenal dengan “kakak cantik” karena parasnya yang memang begitu cantik dan tutur kata yang lembut.Siti sudah hampir 3 tahun merantau ke Medan. Siti merantau ke kota Medan pertama adalah karena di suruh orangtuanya untuk melanjutkan


(31)

pendidikannya di kota Medan. Sebenarnya beliau ketika mencoba ujian masuk perguruan tinggi, Siti juga lulus di perguruan tinggi di luar Sumatera Utara, namun orangtuanya tidak setuju karena terlalu jauh dari daerahnya jadi orangtua Siti memutuskan untuk melanjutkan pendidikan Siti di kota Medan yang bisa dikatakan dekat dengan daerah Siti yaitu Mandailing Natal.

Siti saat merantau ke Medan juga tidak tau bagaimana tempat tinggal yang akan beliau tempati karena Siti mengikuti tempat yang di tinggali kakak sepupunya yaitu asrama puteri baru USU. Pada saat pertama kali berinteraksi dengan temannya yang berbeda suku di asrama Siti sama sekali tidak menemukan kesusahan dalam berinteraksi atau menurutnya biasa saja namun karena mahasiswi di asrama puteri baru USU sangat lah ramah-ramah dan baik-baik, mau menyapa walaupun mereka baru pertama sekali bertemu karena hal itu lah beliau menjadi nyaman tinggal di asrama puteri baru USU dan juga teman sekamar Siti berasal dari suku yang berbeda, namun beliau juga tidak menemukan kesusahan dalam berinteraksi dalam kesehariannya di asrama puteri baru USU.

4. Informan ke empat

Nama Lengkap : Cut Hilda Umur : 20 tahun

Suku : Aceh


(32)

Fakultas : Ilmu Budaya Departemen : Sejarah

Asal Daerah : Lhouksemawe

Cut Hilda merupakan mahasiswi yang berasal dari simpang 4, keurokoh, Lhouksemawe. Beliau dilahirkan dari orangtua yang bersuku Aceh, saat ini Cut berumur 20 tahun dan melanjutkan pendidikannya di Universitas Sumatera Utara dengan jurusan Sejarah. Cut bertempat tinggal di asrama puteri baru USU selama 1 tahun lebih, awalnya beliau bertempat tinggal dengan abang kandungnya yang saat ini sudah menjadi sarjana lulusan Universitas Sumatera Utara.

Saat abangnya sudah wisuda, orangtua Cut menyuruhnya untuk mencari tempat tinggal lain yang dekat dengan kampus dan terjamin keamanannya. Sehingga kemudian abang Cut memutuskan untuk mendaftarkan Cut tinggal di asrama puteri baru USU. Awalnya Cut tidak mau tinggal di asrama yang menurutnya orang-orang yang tinggal di asrama pasti sangat individual dan beliau sangat susah dalam berinteraksi. Apalagi dengan kamar yang di huni atau di tempati maksimal 4 orang. Beliau dari pertama merantau tidak pernah satu kamar dengan orang lain dan berbeda suku karena beliau hanya tinggal berdua saja dengan abangnya di kos yang dulu mereka tempati.

Cut adalah gadis Aceh yang bisa dikatakan kurang dalam pergaulan, karena saat di asrama pun beliau lebih banyak


(33)

menghabiskan waktu di kamar untuk menonton film atau drama di leptopnya dan juga sering keluar asrama untuk mengunjungi tempat tinggal temannya bahkan juga terkadang beliau menginap di tempat teman kampusnya. Teman sekamar Cut juga merupakan mahasiswi yang aktif dalam organisasi yang sering pulang ke asrama larut malam bahkan sering juga tidak pulang ke asrama sehingga Cut sering menghabiskan waktunya sendiri di kamar. Dari pertama masuk asrama puteri baru USU sampai saat ini kamar beliau hanya di tempati oleh 2 mahasiswi yaiotu Cut dan teman sekamarnya yang berbeda suku dengan beliau. Walaupun Cut jarang berinteraksi dengan mahasiswi lainnya di asrama namun Cut merasa nyaman tinggal di asrama puteri baru USU karena menurut beliau mahasiswi lainnya mau berinteraksi dengan orang yang tidak mereka kenal walaupun hanya sekedar menyapa saja.

5. Informan ke lima

Nama Lengkap : Rosina Umur : 21 tahun

Suku : Kuri

Agama : Protestan

Fakultas : Kesehatan Masyarakat Departemen : Gizi Masyarakat Asal Daerah : Usimawa, Papua Barat


(34)

Rosina adalah seorang mahasiswi yang saat ini melanjutkan pendidikannya di Universitas Sumatera Utara dengan mengambil jurusan gizi masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat.Saat ini beliau berumur 21 tahun dan merupakan mahasiswi yang dimana pendidikannya ditanggung oleh pemerintah Papua Barat.Beliau sudah merantau dan menetap di asrama puteri baru USU selama 2 tahun.Pemerintah Papua tidak hanya membiaya pendidikan mahasiswa/i Papua saja, namun juga dengan biaya tempat tinggal dan biaya transportasi untuk mereka pulang ke daerah asal yaitu dalam setahun mereka dapat pulang maksimal satu kali pulang ke daerah asal mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari di asrama puteri baru USU, Rosina lebih sering berkumpul dengan teman-temannya yang berasal dari suku yang sama yaitu Papua. beliau juga sering berinteraksi dengan mahasiswi asrama yang berbeda suku dengan beliau namun hanya sebatas untuk berinteraksi biasa saja seperti saling sapa dan berbicara seadanya saja, tidak terlalu dekat dengan suku lainnya. Menurut beliau untuk berteman dengan suku lainnya hanya dapat menjadi teman biasa saja karena faktor perbedaan yang membuat beliau terkadang susah untuk berinteraksi dekat dengan suku lainnya. Teman sekamar beliau juga merupakan mahasiswi yang berasal dari daerah yang samadengan beliau yaitu Papua Barat.


(35)

6. Informan ke enam

Nama Lengkap : Ayu Nurzannah Umur : 22 tahun

Suku : Banjar

Agama : Islam

Fakultas : Ekonomi

Departemen : Manajemen Pemasaran Asal Daerah : Kisaran

Ayu Nurzannah yang kerap disapa dengan Ayu merupakan seorang mahasiswi yang berasal dari daerah Kisaran dan bersuku Banjar, menurut mahasiswi kelahiran tahun 1994 ini suku Banjar yang asli merupakan suku yang berasal dari Kalimantan. Namun beliau merupakan suku Banjar yang sudah lama menetap di Kisaran karena faktor pekerjaan orangtua beliau.

Beliau besar di daerah yang berbeda suku yaitu suku Banjar dan suku Jawa sehingga jika ada seseorang yang berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa Ayu dapat mengerti dengan apa yang suku Jawa itu bicarakan, seperti teman sekamar Ayu di asrama puteri baru USU, yang dimana temannya tersebut bersuku Jawa dan beliau pun mengerti sedikit megenai adat dan budaya dari suku Jawa. Sudah 2 tahun Ayu merantau dan menetap di asrama puteri baru USU, awalnya beliau hanya sementara menetap di asrama puteri baru USU karena pada saat pertama sekali merantau beliau ingin mencari tempat tinggal yang dekat dengan kampus beliau.


(36)

Namun lama kelamaan Ayu tidak mencari tempat tinggal lain dan memutuskan untuk menetap di asrama puteri baru USU yang menurut beliau asrama puteri baru USU sangat nyaman dan mahsiswi yang berada di asrama puteri baru USU sangatlah ramah dan mudah bergaul.

7. Informan ke tujuh

Nama Lengkap : Raini Tanjung Umur : 19 tahun

Suku : Minang

Agama : Islam

Fakultas : Ilmu Budaya Departemen : Sastra Cina Asal Daerah : Sibolga

Raini Tanjung merupakan anak dari ibu yang bersuku Minang dan Ayahnya bersuku Batak.Beliau merupakan mahasisiwi kelahiran tahun 1996 yang berasal dari daerah Melayu yaitu Sibolga dan saat ini beliau sedang melanjutkan pendidikannya di jurusan Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya. Saat pertama merantau Ayu sudah terbiasa dengan perbedaan budaya yang ada di tempat tinggal beliau yaitu asrama puteri baru USU yang sudah beliau tempati selama 1 tahun karena di daerah asal Ayu yaitu Sibolga merupakan daerah Melayu yang juga banyak ditempati oleh berbagai suku dan beliau juga dapat menguasai bahasa suku Melayu.


(37)

Untuk suku, Ayu sendiri yaitu suku Minang, menurut beliau di Kota Medan ini sangat banyak dan mudah untuk berinteraksi dalam kesehariannya baik di asrama puteri baru USU maupun di kampus.Saat ini teman sekamar Ayu di asrama puteri baru USU merupakan suku yang berbeda dengan Ayu yaitu suku Jawa dan orang yang pertama sekali Ayu ajak untuk berinteraksi pada saat masuk asrama puteri baru USU juga merupakan suku yang berbeda dengan beliau.

8. Informan ke delapan

Nama Lengkap : Gisela Ratnasari Umur : 21 tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Fakultas : Ekonomi

Departemen : Ekonomi Pembangunan Asal Daerah : Ae Kanopan

Gisela yang kerap di sapa Sela merupakan mahasiswi dari daerah labuhan batu utara yang saat ini berumur 21 tahun dan menjenjang pendidikan di Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi dengan mengambil Jurusan Ekonomi Pembangunan.Sela adalah mahasiswa bersuku Jawa dan sudah merantau hampir 4 tahun.


(38)

Menurut Sela, merantau dari daerah asal merupakan keputusannya yang baik karena pendidikan di daerah asalnya kurang bagus seperti di Kota Medan sehingga beliau memutuskan untuk meneruskan jenjang pendidikannya di Kota Medan dan di Kota Medan Universitas yang beliau inginkan juga merupakan Universitas Negeri. Saat pertama sekali merantau beliau mencari tempat tinggal yang berdekatan dengan Fakultas dan mencari tempat tinggal yang aman karena orangtua Sela sangat takut jika Sela menetap di tempat tinggal yang tidak aman apalagi Kota Medan terkenal dengan ketidakamanan tempat-tempat kos mahasiswa yang selalu di masuki maling atau orang-orang yang ingin berbuat jahat, kemudian orangtua beliau memutuskan menyuruh beliau untuk sementara tinggal di asrama puteri baru USU, namun lama kelamaan Sela menyukai tempat tinggalnya tersebut yaitu asrama puteri baru USU, sehingga beliaupun memutuskan untuk tinggal di asrama puteri baru USU sampai saat ini.

Saat pertama merantau, Sela dapat berinteraksi dengan baik terutama dengan berbeda etnis.Teman sekamar beliau merupakan etnis yang berbeda dengan beliau yaitu bersuku Batak.Menurut beliau dalam berinteraksi pertama kali dengan mahasiswi asrama tidak ada masalah dalam komunikasi.Namun banyak mahasiswi asrama yang menurut beliau kurang dalam pergaulan atau kurang dalam melakukan interaksi dalam keseharian mereka di dalam


(39)

asrama puteri baru USU, hanya sebagian saja yang sering melakukan interaksi.

9. Informan ke Sembilan

Nama Lengkap : Mutia Boru Tarigan Umur : 20 tahun

Suku : Karo

Agama : Islam

Fakultas : Ilmu Budaya Departemen : Ilmu Perpustakaan Asal Daerah : Kabanjahe

Mutia adalah mahasiswi yang sudah hampir 3 tahun merantau dan bertempat tinggal di asrama puteri baru USU. Beliau merantau dari daerah asalnya yaitu kabanjahe untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Sumatera Utara dengan mengambil Jurusan Ilmu Perpustakaan. Mutia adalah mahasiswi yang bersuku Karo yang dimana menurut beliau sukunya banyak dijumpai di daerah merantaunya yaitu Kota Medan karena kebanyakan anak-anak yang bersuku karo melanjutkan jenjang pendidikannya di Kota Medan baik Universitas Negeri maupun Universitas Swasta.

Asrama puteri baru USU merupakan tempat tinggal Mutia dari pertama merantau sampai saat ini, menurut beliau asrama puteri baru USU sangat nyaman untuk di tempati karena fasilitas seperti tempat tidur dan lemari sudah disediakan oleh pihak asrama dan juga


(40)

menurut beliau mahasiswi yang ada di asrama baik dan ramah walaupun tidak semua mahasiswi. Dalam kehidupan sehari-hari beliau di asrama tidak ada mahasiswi yang melakukan kejahatan secara fisik hanya saja ada mahasiswi yang mempunyai penyakit yang suka mencuru “kleptomania”, mahasiswi yang mempunyai penyakit seperti itu jika sudah ketahuan mencuri maka mereka akan menyelesaikan secara adil dan bermusyawarah dengan mahasiswi lain dan ibu kepala asrama mereka.

4.4 Interaksi Sosial Mahasiswi di Asrama Puteri Baru USU

Interaksi dalam penelitian ini merupakan salah satu hal yang erat kaitannya dengan interaksi antar etnis yang terjalin di asrama puteri baru USU. Interaksi sosial mahasiswi merupakan proses timbal balik untuk terjalin hubungan sosial mahasiswi antar etnis yang ada di asrama puteri baru USU. Hal ini dapat menciptakan sebuah interaksi sosial yang bersifat langsung dan tidak langsung.

Adapun salah satu yang melandasi interaksi sosial adalah teori interaksionisme simbolik seperti yang dinyatakan oleh Blummer (2007), istilah interaksionisme simbolik menunjukkan kepada sifat khas dari interaksi manusia khususnya adalah bahwa manusia atau individu saling menerjemahkan dan saling mendefenisikan tindakan dan bukan hanya sekedar reaksi belaka dari tindakan orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung ataupun tidak langsung tetapi didasarkan atas makna yang diberikan terhadap orang lain tersebut. Dengan demikian, sinkronisasi


(41)

interaksi sosial tidak dapat dipisahkan dengan proses sosial lainnya seperti dalam penelitian ini yaitu interaksi antar etnis yang terjadi atau dilakukan oleh mahasiswi yang bertempat tinggal di asrama puteri baru Universitas Sumatera Utara.

4.4.1 Interaksi Sosial Mahasiswi Asrama Puteri Baru USU

Secara Langsung

Dalam penelitian ini, interaksi keduanya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadikan hubungan-hubungan sosial yang dijalani mahasiswi antar etnis yang ada di asrama puteri baru USU. Daripada itu, proses interaksi sosial secara langsung seperti yang utarakan oleh Gisela Ratnasari yaitu:

“…pertama datang ke kota Medan ya aku biasa aja, karena udah sering ke Medan juga. Terus orang pertama yang aku ajak berinteraksi ya teman sekamar aku yang berbeda etnis juga. Jadi untuk berinteraksi aku cari tahu dulu bagaimana teman sekamar aku..”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Berdasarkan dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwasanya, ketika mahasiswi asrama puteri baru USU pertama sekali datang ke asrama untuk bertempat tinggal di asrama puteri baru USU mereka melakukan proses interaksi secara tidak disadari. Hal ini berlaku dan terjadi pada semua mahasiswi asrama puteri baru USU yang pertama sekali datang untuk bertempat tinggal di asrama puteri baru USU. Intinya seperti berbicara, menanyakan sesuatu hal, saling berkenalan, dan bentuk proses interaksi lainnya. Dalam interkasi tersebut mahasiswi tidak melihat


(42)

lawan bicara mereka itu yang sama etnis. Mereka lebih memilih untuk berinteraksi dengan bentuk rasa kenyamanan saat berbicara.Hal itu juga menunjukkan bahwa mahasiswi berinteraksi secara tidak disadari mereka bahwa lawan berbicara mereka adalah mahasiswi yang berbeda etnis.

4.4.2 Interaksi Sosial Mahasiswi Asrama Puteri Baru USU

Secara Tidak Langsung

Interaksi sosial secara tidak langsung merupakan interaksi sosial yang berhubungan dengan komunikasi menggunakan alat bantu kamunikasi. Namun, didalamnya juga tetap melakukan proses interaksi. Hal yang mengenai interaksi sosial secara tidak langsung sangat erat kaitannya dengan interaksi secara langsung.

Komunikasi yang terjadi dilakukan bisa saja secara bersamaan ataupun mewakili salah satu interaksi.Kemudian yang mencakup perbedaan terletak pada alat komunikasi yang digunakan. Hal tersebut yaitu alat merupakan salah satu syarat untuk mewakili proses terjadinya interaksi sosial yang dilakukan mahasiswi asrama puteri baru USU baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan alat komunikasi baik berupa telepon genggam atau alat dan media lainnya. Seperti berinteraksi dengan keluarga atau sesame teman yang ada di asrama puteri baru USU. Seperti yang dikatakan oleh Cut Hilda:

“…komunikasi dengan orangtua terutama daerah asal sering, karena kedua orangtuaku sering nelpon nanyak kabar gimana, terus sering juga smsan sama teman yang ada di asrama. Kayak sama teman sekamar nanyak pas di kampus soal mati lampu apa gag di asrama. Biasanya kalo nanyak mati lampu gitu aku lebih sering lama dikampus,


(43)

soalnya kalo mati lampu aku lebih sering menghabiskan waktu di kampus sama teman-teman kampus sih terus kalo untuk tahu nomor hp teman asrama wajib sih menurut aku, biar bisa nanyak soal itu tadi sih…”(Hasil wawancara Tanggal 2 Maret 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas banyak hal yang bisa dilakukan dengan adanya telepon genggam atau Handphone seperti untuk berinteraksi secara tidak langsung dengan keluarga maupun teman asrama karena alat bantu komunikasi tersebut menggunakan jatingan layanan seluler yang semakin sampai saat ini sudah masuk hingga kepelososk negeri. Dengan demikian, informasi dari keluarga yang berada di daerha asal mereka pun dapat mereka ketahui dengan cepat dan komunikasi dengan teman asrama juga membuat hubungan sosial di antara mahasiswi asrama puteri baru USU menjadi lebih erat.

4.5 Perbedaan Budaya di Daerah Asal dengan Merantau

Merantau merupakan perginya seseorang dari tempat asal dimana ia tumbuh besar ke wilayah lain untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman. Banyak faktor yang mendorong orang-orang untuk pergi dari tempat asal atau kelahirannya menuju tempat lain. Diantaranya faktor tradisi atau budaya dari suatu kelompok etnis, juga ada faktor ekonomi, faktor peperangan dan faktor pendidikan seperti mahasiswi yang ada di asrama puteri baru USU. Merantau menimbulkan pemikiran mengenai perbedaan budaya yang ada di daerah asal mahasiswi asrama puteri baru USU dengan tempat tinggal mahasiswi saat ini yaitu Kota Medan khususnya asrama puteri baru USU. Seperti yang dikatakan oleh Siti Sahara yaitu:


(44)

“…pertama mungkin agak pusing juga ya, disini kan banyak orang gitu. Terus terkadang ada yang ngomong pake bahasa daerah asal mereka gitu. Gak kayak di tempat tinggal ku dulu semua bisa dibilang hampir sama karena sama bahasa tersu sama budaya, kalo disini kan udah beda-beda jadi pandai-pandai menempatkan diri la sama etnis lainnya…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Fenruari 2016)

Hal ini juga sama dengan yang dikatakan oleh Yuni Tambunan yaitu:

“… gimana ya kalo di daerah ku sih adatnya masih diutamakan kalo di sini sih udah gag pala di utamakan, terus kita di sini ya usahakan untuk menyamakan aja ya, namanya juga merantau apa perubahan dan perbedaan ya harus kita jalani terus jangan mengutamakan ego awak sendiri la, harus ngerti sama budaya orang-orang di sini juga…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

Dari hasil wawancara terdapat bahwasanya mahasiswi yang ada di asrama puteri baru USU berupaya untuk menempatkan diri dalam keberagaman, walaupun budaya yang ada di daerah asal mereka dengan saat merantau berbeda namun mereka sebisa mungkin untuk menempatkan diri mereka dan menjaga hubungan antar etnis yang ada di asrama puteri baru USU.

4.6 Interaksi Berdasarkan Etnis

4.6.1 Interaksi diantara Sesama Etnis

Terbentuknya suatu kelompok sosial karena adanya naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama. Manusia sejak dilahirkan sudah mempunyai dorongan naluri untuk hidup berkelompok. Namun dalam perkembangan


(45)

selanjutnya manusia hidup dengan mempunyai kehendak dan kepentingan yang tidak terbatas. Manusia dalam memenuhi kehendak dan kepentingannya tersebut tidak dapat melakukannya sendiri, melainkan harus dilakukan bersama.

Ada dua hasrat pokok yang dimiliki manusia sehingga ia terdorong untuk hidup berkelompok, yaitu:

1. Hasrat untuk bersatu dengan manusia-manusia lain di sekitarnya.

2. Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya. Keseharian yang di jalani untuk berinteraksi dalam kehidupan sangat dibutuhkan juga oleh mahasiswi asrama puteri baru USU yang dimana lewat interaksi tersebut mereka dapat menemukan teman untuk membuat kelompok dalam kehidupan sosial mereka dan mendapatkan teman sosial dalam kehidupan sehari-hari di asrama puteri baru USU. Seperti yang dikatakan oleh Siti Sahara yaitu:

“…interaksi di sini biasa aja sih kak, tapi gimana ya kan kita lebih berinteraksi dengan yang kita kenal, sebenarnya kita kenal semua cuman gag dekat gitu, tapi tetap usaha untuk berinteraksi la biar lebih kenal dan dapat teman juga, masalah etnis gag diutamakan dalam interaksi menurut aku kak, walaupun beda kan kita bisa jadi teman…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Yuni Tambunan :

“… pertama merantau nyari teman enggak lihat dari suku, jadi kalau beinteraksi pun di asrama ini biasa-biasa aja. Sebagaimana berinteraksi baik dalam


(46)

keseharian la…”(Hasil wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

Seperti juga yang dikatakan oleh Nurun Hawa: “…kalau interkasi paling sering dengan kawan sekamar, kalau dengan yang lain interaksi saling menyapa aja enggak sampai jadi kawan dekat, paling-paling say “hai” soalnya sibuk kuliah juga, tapi untuk berinteraksi ada dilakukan walaupun beda etnis, beda etnis aja kita sering berinteraksi apalagi sesama etnis…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

Dari hasil wawancara di lapangan bahwasanya mahasiswi yang ada di Asrama Puteri Baru USU berinteraksi dengan baik walaupun ada perbedaan etnis dalam interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari mereka di Asrama Puteri Baru USU. Seperti yang dikatakan oleh Ayu Nurzannah:

“…Interaksi di asrama menurut aku baik ya, karena disini semuanya ramah.Disini juga enggak berfokus pada etnis juga kalau berinteraksi. Kalau aku berinteraksi dengan siapa aja walaupun beda etnis, kalau interaksi dengan etnis aku jarang ya, karena di asrama etnis aku tu jarang, etnis aku kan banjar jadi jarang ada etnis banjar di asrama ini, tapi karena aku juga di kampung berinteraksi dengan beda etnis yaitu etnis jawa, jadi aku terkadang bisa juga berinteraksi dengan etnis jawa, tapi dengan etnis lain juga aku sering kok dan enggak membedakan intinya…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016).

Hal ini sama halnya yang dikatakan oleh Cut Hilda:

“…kalau masalah berinteraksi dengan mahasiswi lain di asrama tentu aku berinteraksi karena kalau ada di asrama aku saling menyapa juga dengan etnis lain, kalau interaksi dengan sesama etnis sering juga kan lumayan juga etnis Aceh yang tinggal di asrama ini, jadi kalau masalah interaksi keseharian baik-baik aja…”(Hasil Wawancara Tanggal 2 Maret 2016)


(47)

Dalam interaksi sosial yang mahasiswi Asrama Puteri Baru USU jalani di kehidupan seharian mereka terdapat bagaimana mahasiswi tersebut agar dapat menyesuaikan diri mereka dengan lingkungan tempat mereka tinggal yaitu Asrama Puteri Baru USU yang dimana asrama tersebut ditempati oleh mahasiswi yang berbeda etnis. Seperti yang dikatakan oleh Mutia Boru Tarigan:

“…Saya di asrama ini berinteraksi dengan berbagai etnis karena menurut saya kalau ingin mendapat teman tidak harus mencari teman yang sesama etnis, berbeda etnis juga bagus supaya kita belajar juga bagaimana etnis-etnis lainnya, tentunya kalau ingin berinteraksi harus bisa mengetahui bagaimana lawan bicara kita dan bagaimana dia tinggal ditempat sekarang, saya sering berbicara dengan etnis lainnya…”(Hasil Wawancara Tanggal 13 Maret 2016)

Sama halnya dengan yang dikatan oleh Rosina:

“…ya kalo menurut saya sih kalo itu memang kita apa kebanyakn biasa dekat dengan kakak disini dari Papua juga sama Batak disini juga kita dekat, saling menyapa juga. Mereka senyum kita senyum juga…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Dalam interaksi keseharian mahasiswi asrama puteri baru USU juga ada beberapa mahasiswi yang berinteraksi hanya dengan sesama etnis saja, namun yang paling banyak adalah berinteraksi dengan berbeda etnis. Seperti yang dikatan oleh raini Tanjung:

“…ada sebagian disini orangnya berinteraksi dengan yang sama tapi ada juga dengan etnis yang beda-beda. Tapi paling banyak yang berinteraksi dengan beda-beda etnis kak agar kehidupan di asramanya baik dapat banyak teman…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Gisela Ratnasari:


(48)

“…kalau sepengetahuan saya disini mahasiswinya kurang bersosialisasi walaupun tidak semua mahasiswi seperti itu, saya sama sebelah kamar saja saya enggak tahu gimana, paling sama kawan dekat di asrama la yang dekat, terus juga kalau interaksi sehari-hari kalau ada kenal saya sapa kalau tidak kenal lalu mereka menyapa saya, saya sapa kembali sepeti balik senyum gitu…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Dari hasil data yang didapat di lapangan, bahwasanya mahasiswi berinteraksi dengan baik di asrama puteri baru USU. Mereka menjalani kehidupan sosial mereka dengan baik walaupun ada beberapa mahasiswi yang kurang baik dalam bersosialisasi.Namun, mahasiswi tetap menjalankan tugas mereka dalam kehidupan sosialnya yaitu berinteraksi dengan mahasisiwi lainnya baik mahasiswi yang sesama etnis atau berbeda etnis dan lebih mengedepankan kerjasama dari pada persaingan dalam kehidupan sosial mahasiswi asrama puteri baru USU.

4.6.2 Interaksi Antara Etnis yang Berbeda

Lingkungan sosial adalah tempat dimana masyarakat saling berinteraksi dan melakukan sesuatu secara

bersama-sama antar sesame maupun dengan lingkungannya.Lingkungan sosial terdiri dari beberapa tingkat. Tingkat yang paling awal adalah keluarga, dari keluarga kita diajari cara, sikap, dan sifat untuk berinteraksi dengan orang lain di dalam maupun di luar keluarga.


(49)

Tingkat selanjutnya tingkat sekolah, dimana kita bisa mengembangkan pelajaran bersosialisasi yang diberikan dari keluarga di rumah ke lingkungan sekolah.

Kemudian tingkat lingkungan masyarakat, pada lingkungan masyarakat kita dapat terjun ke dalam masyarakat dengan bekal apa yang kita pelajari dari lingkungan sosial kita terdahulu yaitu keluarga dan sekolah.

Interaksi yang kita lakukan sehari-hari dapat mempengaruhi bagaimana sikap kita dengan orang lain terutama dalam berteman dan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti mahasiswi yang tinggal di asrama puteri baru USU berinteraksi dengan berbeda etnis, membuat interaksi yang mereka jalani sehari-hari menjadi lebih luas dengan berkumpul dengan teman-teman yang berbeda etnis di asrama puteri baru USU. Seperti yang dikatakan Cut Hilda:

“…di sini kami berinteraksi dengan cukup baik ya, terutama pas kita lagi ada kegiatan gotong royong, walaupun aku gag sering ikut gotong royong tapi aku tau la kayak mana kita ngumpul-ngumpul pas gotong royong, kalo dalam nyari teman aku juga gag ngelihat satu etnis, aku lebih suka ngelihat teman tu dari nyaman atau gag kita sama dia, pas ada kegiatan gotong royong di asrama aku gag milih-milih teman, lebih lihat mereka enak apa gag diajak bicara, gag ada nyari yang harus satu suku sih…”(Hasil Wawancara Tanggal 2 Maret 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas menjelaskan bagaimana interaksi yang mahasiswi asrama puteri baru USU


(50)

jalani dalam lingkungan asrama yang berbeda etnis. Mereka tidak memilih teman dari segi etnis yang sama melainkan dari kenyamanan mereka saat berteman. Teman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan orang yang bersama-sama bekerja (berbuat, berjalan) atau lawan bicara.Sehingga teman dapat diartikan sebagai seorang individu untuk pelengkap kita dalam berinteraksi pada kehidupan sosial. Makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri melainkan hidup dengan tergantung pada orang lain, maka teman merupakan makhluk sosial yang dapat kita percayai untuk mengisi kehidupan sosial kita.

4.6.2.1Hal yang disukai Tabel No.9

Nama Etnis Yang disukai Strategi

Beradaptasi Cara Bergaul Yuni Tambunan Papua sama Minang Suka etnis Minang karena mereka giat dalam melakukan segala hal seperti bisnis dan Papua juga merupakan etnis yang berjiwa sosial dalam

berkelompok

Belajar apa yang boleh dan tidak boleh dalam kehidupan sehari-hari etnis mereka

Saling berinteraksi satu sama lainnya dan tidak sombong


(51)

Nurun Hawa Papua Terkadang etnis Papua ramah-ramah mau menyapa mahasiswi lainnya yang ada di asrama

Tidak boleh menjelek-jelekkan etnis Papua dan menerima kekurangan atau kelebihan etnis Papua Berinteraksi dengan baik Siti Sahara Jawa Baik, orangnya lembut dan ramah Mengikuti tata cara mereka berbicara dan ramah tentunya Sering-sering saling menyapa satu sama lain agar terjalin hubungan pertemanan

Rosina Etnis Sendiri (Papua) dan etnis lain Batak Mau lebih menunjukkan bahwa Papua berbeda dari apa yang mahasiswi asrama puteri baru USU pikirkan dan juga menunjukkan bahwa Papua itu kaya budaya Kalau beradaptasi dengan etnis Batak harus selalu berfikiran positif terhadap mereka supaya tidak salah paham

Saling mengerti etnis satu dengan etnis lainnya

Ayu Nurzannah

Papua Ramah-ramah

Saling menghargai walau beda etnis

Tidak memiliki kebencian terhadap Etnis lain terutama Papua agar terjalin hubungan yang dapat berinteraksi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari


(52)

4.6.2.2Hal yang Tidak disukai Tabel No.10

Raini Tanjung

Papua Menghormati temannya dan saling membantu teman Tetap menjaga tali pertemanan walaupun tidak dekat Berinteraksi walaupun jarang Gisela Ratnasari

Papua Ramah sama semua orang.

Ikut gabung dalam kelompok mereka etnis Papua

Sering saling menyapa dan membuat hubungan interaksi semakin erat agar dapat jadi teman Cut Hilda

Papua Baik dan ramah Menerima etnis Papua apa adanya walaupun kebanyakan etnis Papua berteman dengan etnisnya sendiri Harus menjalin

hubungan, dan menjadi teman dalam asrama

Mutia Boru Trigan

Papua dan Aceh

Dua etnis itu bisa dibilang baik

Belajar mengenai etnis mereka itu hal paling pentingnya

Tidak sombong dalam berinteraksi

Nama Etnis Tidak disukai Strategi

Beradaptasi Cara Bergaul Yuni Tambunan Papua sama Minang Kurang suka sama etnis Papua, karena terkadang mereka kurang mau bersosialisasi dengan

Belajar apa yang boleh dan tidak boleh dalam kehidupan sehari-hari etnis mereka

Saling berinteraksi satu sama lainnya dan tidak sombong


(53)

mahasiswi lainnya, namun terkadang hanya sebahagian saja Nurun Hawa Papua Hidup secara berkelompok Tidak boleh menjelek-jelekkan etnis Papua dan menerima kekurangan atau kelebihan etnis Papua

Berinteraksi dengan baik

Siti Sahara

Jawa

Tidak mau jujur soal kesalahan orang lain Mengikuti tata cara mereka berbicara dan ramah tentunya Sering-sering saling menyapa satu sama lain agar terjalin hubungan pertemanan

Rosina Etnis Sendiri (Papua) dan etnis lain Batak Etnis Batak karena terkesan keras jadi kalau berbicara sering membuat orang salah paham Kalau beradaptas i dengan etnis Batak harus selalu berfikiran positif terhadap mereka supaya tidak salah paham

Saling mengerti etnis satu dengan etnis lainnya

Ayu

Nurzannah Papua

Mereka lebih banyak berinteraksi dengan etnis Saling menghargai walau beda etnis

Tidak memiliki

kebencian terhadap Etnis lain terutama Papua agar terjalin hubungan yang


(54)

mereka sendiri dan untuk berkelompok etnis Papua sangat menunjukkan diri mereka.

dapat berinteraksi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari

Raini Tanjung

Papua Berteman

hanya sama etnisnya saja jarang berteman dengan etnis lain walau hanya sebagian Tetap menjaga tali pertemanan walaupun tidak dekat Berinteraksi walaupun jarang Gisela Ratnasari

Papua Lebih

menunjukkan bahwa mereka semua etnis Papua mempunyai kelompok dan lebih sering berinteraksi dengan etnis Papua lainnya. Ikut gabung dalam kelompok mereka etnis Papua

Sering saling menyapa dan membuat hubungan interaksi semakin erat agar dapat jadi teman

Cut Hilda Papua Kurang suka dengan penampilan mereka yang terkadang tidak enak dilihat dan selalu berkelompok Menerima etnis Papua apa adanya walaupun kebanyakan etnis Papua berteman dengan etnisnya sendiri Harus menjalin

hubungan, dan menjadi teman dalam asrama


(55)

Dari Tabel no.9dan no.10 menunjukkan bahwa mahasiswi di asrama puteri baru USU lebih tidak menyukai etnis Papua dikarenakan etnis Papua lebih menunjukkan bahwa etnis mereka berkelompok dan kurang berinteraksi dengan etnis lainnya dalam hubungan sosial, hanya beberapa saja yang mau berinteraksi untuk mempererat hubungan sosial di antara mahasiswi asrama puteri baru USU.

4.6.3 Penggunaan Bahasa Daerah di Asrama Puteri

Baru USU

Dalam kehidupan sehari-hari yang mahasiswi asrama puteri baru USU jalani yaitu dengan berinteraksi menggunakan bahasa persatuan, namun jika sudah bertemu dengan satu etnis mahasiswi tersebut ada yang menggunakan bahasa daerah namun banyak juga dari mereka menggunakan bahasa persatuan atau bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Mutia Boru Tarigan: Mutia Boru

Trigan

Papua dan Aceh

Kalau Papua suka kumpul sama etnisnya mereka kalau Aceh susah di ajak untuk berinteraksi karena pertama jumpa mereka agak jutek

Belajar

mengenai etnis mereka itu hal paling

pentingnya

Tidak sombong dalam berinteraksi


(56)

“…kalo saya pribadi sering pake bahasa Indonesia, terkadang aja pake bahasa daerah kalo udah sama satu etnis, soalnya kalo pake bahasa daerah depan orang kan dikirain kita ngomongin orang itu, jadi lebih sering pake bahasa Indoneisa tapi bahasa daerahnya juga tetap saya jaga biar gag lupa, terkadang mau juga tanpa sadar nanti udah pake bahasa daerah aja sama kawan-kawan yang satu etnis di asrama ini…” (Hasil Wawancara Tanggal 13 Maret 2016)

Hal ini sama halnya yang dikatakan oleh Raini Tanjung:

“…aku dikit-dikit bisa bahasa Padang kak, soalnya dirumah lebih sering pake bahasa Indonesia sama keluarga, terus karena aku juga udah lama di Sibolga kak jadi aku juga kalo di sekolah dulu pake bahasa Melayu dikit-dikit biar lebih akrab sama teman-teman di sekolah. Kalo di sini di asrama ini campur kak bahasa aku, sama teman Padang lainnya kita terkadang pake bahasa Indonesia campur Padang biar gag ilang juga nantinya bahasa daerahnya, saying juga soalnya kalo aku sampe gag bisa bahasa daerahku…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa mahasiswi yang ada di asrama puteri baru USU tetap mempertahankan bahasa daerah mereka masing-masing, walaupun mereka tidak terlalu fasih dalam berbicara menggunakan bahasa daerah mereka. Hal ini merupakan bentuk dari bagaimana mahasiswi yang ada di asrama puteri baru USU menerapkan prinsip nomor 2 dari 3 prinsip Konsep Diri Herbert Blummer yaitu Bahasa, yang dimana bahwa bahasa dapat menjadi wakil dari realitas itu sendiri.Seperti bahasa juga memiliki peran yang sangat besar


(57)

dalam berinteraksi, baik dalam menggunakan bahasa daerah maupun bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia.

Bahasa daerah tidak hanya saja bisa dikuasai oleh orang yang berasal dari daerah tersebut saja, namun ada juga dari daerah lain. Dalam asrama puteri baru USU yang dimana mahasiswi yang memiliki teman satu kamar dengan etnis lainnya, namun ia dapat mengerti dengan bahasa daerah teman sekamarnya tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Ayu Nurzannah:

“…kalo bahasa daerah teman sekamar aku ngerti, soalnya diakan orang jawa, terus aku juga bisa sedikit ngerti bahasa jawa, jadi kalo dia nelpon sama keluarganya pke bahasa daerahnya bahasa jawa aku ngerti gitu sedikit kalo udah ngerti gitu jadinya kan aku gag ngerasa di bicarain hahaha, tapi ya aku terkadang aja aku ngomong pake bahasa daerah dia pas lagi becanda-becanda aja, lebih sering pake bahasa Indonesia…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas menggambarkan bahwa bahasa merupakan Poin dalam berinteraksi, baik itu dalam menggunakan bahasa daerah maupun bahasa nasional.Dalam mempertahankan budaya suatu etnis, bahasa juga hal yang utama untuk tetap dijaga agar tidak menghilang dari budaya daerah.Penggunaan bahasa daerah dalam asrama puteri baru USU menjelaskan bahwa walaupun mahasiswi sudah jauh dari daerah mereka, mereka dapat mempertahankan budaya bahasa daerah mereka dengan


(58)

menggunakan bahasa daerah mereka di asrama puteri baru USU.

4.6.4 Penerapan Budaya dalam Kehidupan Sehari-hari

di Asrama Puteri Baru USU

Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi dan juga sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari budaya itu bersifat abstrak.

Jika dalam kehidupan sehari-hari manusia atau individu tidak menerapkan atau menjaga budaya daerah mereka maka akan terjadi perubahan sosial budaya, perubahan sosial budaya tersebut ada 3 faktor, yaitu:

1. Tekanan kerja dalam masyarakat 2. Keefektifan komunikasi

3. Perubahan lingkungan alam

Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Seperti dalam kehidupan sehari-hari mahasiswi yang bertempat tinggal di asrama puteri baru USU yang dimana asrama tersebut ditempati oleh


(59)

banyak etnis, sehingga mahasiswi menemukan budaya-budaya baru yang berbeda dengan etnis mereka dikarenakan interaksi antar etnis yang terjadi di asrama puteri baru USU. Untuk tetap menjaga kebudayaan daerah atau etnis mereka, banyak mahasiswi asrama puteri baru USU menambahkan aktivitas mereka yaitu dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan etnis mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Rosina yaitu:

“…untuk menjaganya kami sering kumpul satu papua, ngumpul cerita-cerita ngobrol ditanya kabar. Ya kalo budaya harus kuat walau merantau budaya harus kita jaga.Seperti kami sering mengadakan acara buat budaya terus nanti ada tarian-tarian kita tari adat Papua tari yang lagunya “Sajojo” dan kalau ada aktivitas-aktivitas organisasi kami seperti kemarin itu karnaval USU kami ada buat tarian kami. Saya juga ikut organisasi iaktan mahasiswa Papua…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Dari hasil wawancara, mahasiswi yang berasal dari daerah mereka masing-masing tetap mempertahankan budaya mereka, walaupun dengan menggunakan cara mempertahankan hal yang seharusnya tetap dijaga yaitu bahasa. Seperti juga yang dikatakan oleh Nurun Hawa yaitu:

“…kalo untuk mempertahankan budaya terutama yang dijaga bahasa la ya, terus kalo ada acara mengenai budaya sih ikuti aja biar mempertahankan juga yak an, intinya harus di tetap pertahankan la budaya etnisnya…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)


(60)

Dari hasil penelitian terdapat bahwa untuk menjaga budaya daerah asal mahasiswi yang ada di asrama puteri baru USU, mahasiswi sering mengikuti organisasi etnis mereka agar kebudayaan mereka tidak hilang karena faktor keanekaragaman budaya yang ada di Kota Medan terutama asrama puteri baru USU.

4.7Penggunaan Marga

Marga adalah sebuah identitas yang melekat dalam diri individu ditarik berdasarkan keturunan ayah (Patrilineal) ataupun ibu (Matrilineal).Marga dalam setiap etnis memiliki sejarahnya masing-masing.Marga juga merupakan identitas yang menunjukkan msyarakat berasal dari etnis yang berbeda-beda.Masyarakat saat ini banyak menggunakan marga mereka walaupun mereka sudah berada jauh dari daerah asal mereka untuk mempertahankan budaya daerah mereka masing-masing. Seperti yang diungkapkan oleh Yuni Tambunan:

“…aku seneng la kalo pake marga, namanya juga bawaan dari Ayah. Terus juga bisa nunjukkin ke orang kalo aku ini batak toba. Margakan menunjukkan kita dari mana jadi kalo pake marga itu jumpa sama yang satu marga enak kak karna satu marga itu sama saja dengan satu saudara…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

Dari hasil wawancara tersebut bahwa marga dapat menunjukkan dari mana sebuah masyarakat itu berasal.Bahkan meskipun status mereka sebagai pendatang di Kota Medan mereka tetap bangga memakai marganya, karena ini adalah sebuah identitas yang menunjukkan


(61)

seseorang tersebut berasal dari etnis yang berbeda-beda. Seperti pernyataan Rosina:

“…di tempat kami banyak marga tiap marga beda suku, seperti saya marga werfete. Saya bangga memakai marga saya werfete karena menunjukkan suku saya.Di sini di Medan banyak Papua tapi tiap papua berbeda-beda marganya. Beda marga berbeda-beda suku la pokoknya…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Hal ini sesuai juga dengan yang dikatakan oleh Raini Tanjung yaitu:

“…semua pasti senang la kak kalau menggunakan marganya. Seperti saya, kalau ada marga di ujung nama saya itu ada kesan tersendiri kak, saya merasa bangga gitu dengan menggunakan marga di ujung nama saya…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari lapangan bahwa penggunaan marga merupakan salah satu identitas Etnis Masyarakat dari berbagai etnis. Marga menjadi jati diri kita yang membedakan kita dengan kelompok etnis yang lain. Marga juga menjadi identitas yang menjadi kesan kebanggaan tersendiri bagi yang memakainya.Dalam memakai marga ada seseorang merasa sangat terbantu dengan marganya, karena dengan marga tersebut yang awalnya tidak saling mengenal tiba-tiba merasa dekat dan akrab karena adanya marga tersebut sehingga merasa sudah berasal dari satu keturunan.


(62)

4.8 Interaksi dengan Keberagaman Etnis

Keberagaman merupakan manusia yang memiliki perbedaan.Perbedaan tersebut ditinjau dari sifat-sifat pribadi misalnya sikap, watak, kelakuan, tempramen, dan hasrat.Jika keberagaman individu terletak pada perbedaan secara individu atau perorangan, sedangkan keberagaman sosial terletak pada keberagaman dari masyarakat satu dengan masyarakat lainnya.Seperti Indonesia memiliki perbedaan suku bangsa, etnis, agama, bahasa, kesenian, dan kedaerahan yang dianggap sebagai karakteristik dalam kehidupan sosial. Seperti yang dikatakan oleh Yuni Tambunan:

“…sebenarnya kalau dalam etnis kan banyak perbedaan jadi kalau perbedaan itu yang membuat kita saling dekat dan saling ingin tahu terus timbul pertemanan atau hubungan yang baik kenapa tidak ya kan, terus kan itu menjadi warna dalam kehidupan sosial kita yang kita jalani dalam keseharian…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Siti Saharah: “…dalam kehidupan ada perbedaan, jadi kalau ada perbedaan kita harus baik-baik dengan adanya perbedaan tersebut kayak beda etnis ini. Kan Indonesia kaya akan banyak etnis jadi itu lah yang membuat Negara kita beda dengan Negara lainnya karena dalam interaksi yang kita jalani sehari-hari itu kayak di asrama ini jadi lebih berbeda dan lebih enak karena banyak perbedaan dari perbedaan itu juga kita tahu tentang etnis lainnya…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Dan juga sama dengan yang dikatakan oleh Gisela Ratnasari: “…dalam kehidupan beda etnis harus ada sikap menghargai menurut aku, jangan cuek dengan etnis lainnya karena etnis lainnya kan juga warga Indonesia yang menjadi simbol dari Indonesia juga, kayak di asrama ini, asrama ini berasa satu


(63)

Indonesia karena yang bertempat tinggal di sini beda-beda etnis…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Keberagaman etnis yang terdapat di asrama mahasiswi puteri baru USU merupakan keberagaman sosial yang banyak dijumpai di setiap daerah yang ada di Indonesia karena Indonesia kaya akan kultur atau budaya yang dimiliki oleh setiap etnisnya. Keberagaman yang ada di asrama mahasiswi puteri baru USU yang paling mendasar yaitu bagaimana interaksi yang mereka lakukan dalam kehidupan asrama yang begitu banyak di tempati oleh berbagai macam suku. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh mahasiswi asrama puteri baru USU Nurun Hawa:

“….kalo nonton bareng dibawah ya pasti ada bicara-bicara hal-hal yang terkadang jauh dari pembahasan mengenai diri sendiri terus kita bicara-bicaranya sambil nonton walaupun enggak kenal terus beda suku, tetap ada interaksi la…(Hasil wawancara 12 Maret 2016)

Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Mutia Boru Tarigan: “…menurut saya kalau suku itu enggak perlu dipermasalahkan dalam kita berinteraksi, jadi kalau saya dengan siapa aja berinteraksi walaupun itu beda suku, seperti ngumpul-ngumpul sama mahasiswi asrama lainnya, kita enggak pernah ngumpul terus melihat teman ngumpul kita itu satu suku atau beda suku…”(Hasil Wawancara Tanggal 13 Maret 2016)

Jadi walaupun terdapat keberagaman etnis atau suku di asrama mahasiswi puteri baru USU mereka tetap berinteraksi dengan baik meskipun interaksi itu terjadi dengan beda etnis dan tidak saling mengenal satu dengan yang lainnya atau terdapat keberagaman dalam individu tersebut, misalnya dalam keberagaman perilaku atau adat budaya dari etnis-etnis tertentu. Seperti yang dikatakan oleh Rosina:


(64)

“…budaya kita memang berbeda-beda tapi kita bisa berteman dengan baik karena kita harus saling memahami antara etnis…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Hal tersebut juga sama halnya dengan yang dikatakan oleh Ayu Nurzannah:

“…Kalau kita berbeda-beda enggak ada masalah bagi aku kita mau berinteraksi dengan siapa, karena beda suku itu juga hal baik buat kita agar kita bisa memahami satu sama lainnya, setiap suku kan pasti berbeda-beda adat-adatnya, kayak adat berbicara, adat makan, terus adat-adat lainnya…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016).

Kebergaman etnis haruslah dipertahankan karena dapat menjadi modal sosial dan menambah warna dalam kehidupan masyarakat. Keberagaman kultur dalam setiap etnisnya juga harus dipertahankan karena kultur tersebut merupakan bagian simbol dari etnis tertentu. Keberagaman kultur pada kelompok etnis sangat banyak dan tersebar diseluruh muka bumi ini. Pernyataan tersebut bisa kita ambil karena kita pun mempunyai kelompok etnis sendiri.Dalam keberagaman etnis interaksi biasanya merupakan sebuah komponen untuk bersosialisasi dengan seseorang didalam etnisnya sendiri (jaringan interaksi). Akan tetapi dalam keberagaman etnis interaksi suatu etnis berkelompok dengan etnis lain dan menimbulkan suatu kerusuhan etnis lain ialah salah berinteraksi. Maka interaksi dalam keberagaman etnis mahasiswi Asrama Puteri Baru USU, mereka akan meninggalkan ciri etnis masing-masing dan membaur dalam peraturan yang disepakati bersama, seperti yang dikatakan oleh Cut Hilda:

“…kalau kita berbeda etnis atau suku kita harus memahami etnis lainnya juga, seperti yang aku lihat di asrama ini kana da yang dalam satu kamar beda etnis jadi pasti dalam satu kamar itu kita harus memahami etnis teman sekamar kita tersebut agar tidak timbul kejelekkan dalam menilai etnis


(65)

satu sama lainnya maka tentu kita harus melihat dan mempelajari bagaimana etnis lainnya terutama teman sekamar…”(Hasil Wawancara Tanggal 2 Maret 2016)

Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Raini Tanjung: “…kalau aku kak karena dari kecil udah bertempat tinggal di lingkungan yang berbeda etnis, jadi sewaktu masuk di asrama ini aku udah terbiasa dengan berbeda etnis terus mahasiswi disini juga cukup bagus berinteraksi dengan etnis lainnya mungkin karena mereka juga berusaha agar memahami etnis lain jadi kehidupan sehari-hari mereka juga enggak terlalu menyangkut dalam hal etnis terus mahasiswi disini bisa memahami lingkungan disini juga…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Maka dari hasil data lapangan bahwasanya mahasiswi Asrama Puteri Baru USU berusaha untuk beradaptasi untuk menyesuaikan diri mahasiswi di lingkungan yang berbeda etnis dan juga berusaha agar menjaga strategi sosial budaya mahasiswi yaitu bagaimana mempertahankan identitas etnis mahasiswi seperti upaya mahasiswi untuk bisa diterima di lingkungan berbeda etnis.

Gambar 2 :

Dokumentasi mahasiswi asrama puteri baru USU saat berkumpul di tempat menonton tv yang telah disediakan asrama


(66)

4.8.1 Interaksi Berdasarkan Agama

Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk beraklhlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, berkuasa dan rasa aman.

4.8.1.1Interaksi dengan Sesama Agama

Dalam agama juga mengajarkan kita harus saling bersilaturahmi kepada sesame umat manusia maka interaksi sosial yang kita jalani dalam kehidupan sehari-hari juga merupakan dari silaturahmi.Namun, dalam berinteraksi terkadang kita memiliki kendala yaitu bagaimana kita berinteraksi dengan berbeda agama.Dalam ajaran agama Islam silaturahmi tidaklah memandang agama, agama lahir dalam upaya membangun kehidupan kemasyarakatan yang membangun peradaban yang tinggi yang mengedepankan nilai dan cita rasa manusiawi.

Meskipun setiap agama memiliki keyakinan tersendiri terhadap Tuhan dan pandangan dunia, oleh karena ketidak samaan letak geografis, bahsa budaya serta pembawaan dan proses perkembangannya kadang kala mereka sama-sama mengklaim bahwa, pada dirinya


(67)

satu-satunya kebenaran. Saat ini berada di globalisasi dan plulalisme, suatu keniscayaan yang harus diterima diera ini semua persoalan tampil dengan jelas serta beranekaragam yang harus dihadapi pada aliran memberi pengaruh yang besar dan umat manusia, dengan demikian maka interaksi antaar satu kelompok ke kelompok lain, dan antar individu dengan individu lainnya tidak bisa dielakkan lagi dalam hal interaksi antar umat beragama. Seperti yang dikatan oleh Cut Hilda:

“…menurut aku dalam satu agama pasti tau bagaimana agama satu dengan yang lain, jadi kita melakukan kegiatan kita sama dengan yang sama suku kan bisa dibilang sama suku sama juga kayak sama satu agama…”(Hasil Wawancara Tanggal 18 Juni 2016)

Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Mutia Boru Tarigan:

“…teman sekamar saya agamanya sama dengan saya islam juga, jadi kita baik-baik aja untuk masalah agama, tapi kalau dengan teman asrama lainnya kan banyak juga yang non muslim jadi kita juga saling menghargai antar agama juga sama dengan etnis, ada teman aku yang sekamar beda agama tapi dia udah pindah, dulu mereka saling menghargai. Kalau makan ya beda piring dan gelas juga beda katanya. Namun dengan perbedaan alat-alat makan seperti itu mereka gag ada yang sakit hati karena yang temannya non muslim juga udah tahu kalau kita yang Islam tidak boleh satu alat makan dengan yang non muslim soalnya kita kan juga gag tahu mereka makan B2 atau B1 kita kan gag tahu…”(Hasil Wawancara Tanggal 18 Juni 2016)


(68)

Dari hasil wawancara penelti, terdapat bahwasanya dalam satu agama pun mahasiswi asrama puteri baru USU melakukan interaksi dengan baik, sama halnya seperti satu suku. Melakukan apa yang telah diketahui antar satu agama tersebut.

4.8.1.2 Interaksi dengan yang Berbeda Agama

Dalam interaksi antar umat beragama perspektif interaksionis simbolik hubungan antar umat beragama dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal.Internal muncul dari dalam masyarakat yang meliputi ada kesadaran bersama untuk melakukan hubungan kemampuan memahami setiap realitas sehingga mereka harus melakukan hubungan serta bagaimana setiap orang mampu membentuk hubungan yang ada dan sebuah pola hubungan. Seperti yang dikatakan oleh Raini Tanjung:

“…menurut aku kak kalau kita berbeda agama harus muncul saling menghormati kak, soalnya agama kan hampir sama dengan etnis tapi lebih mendalam agama jadi kalau interaksi dalam berbeda agama menurut aku bagus-bagus aja kak karena lewat interaksi kita bisa memahami agama yang lain juga terus agama yang lain juga bisa memahami agama kita, sikap pengertian dalam perbedaan agama juga penting kak, kayak kita minum, kan kalau non muslim bisa-bisa aja minum dari tempat minum kita namun karena kita diajarkan juga kalau satu tempat minum dengan yang non muslim kita kan tidak tahumenau kalau mereka makan-makanan yang dalam Islam tidak bisa dimakan jadi mereka juga terkadang minumnya gag langsung tempat minum ini kenak ke mulut mereka melainkan dijauhkan dari mulut mereka, jadi kan tidak kenak kak, kalau yang seperti itu saya sering kak karena teman dikampus juga banyak non muslim terus di asrama juga banyak kak seperti yang disebelah kamar saya ini kak…”(Hasil Wawancra Tanggal 18 Juni 2016)


(1)

3. Bapak Drs. Muba Simanihuruk, M.Si selaku sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Sismudjito, M.Si selaku Ketua Penguji dalam ujian komprehensif skripsi ini.

5. Bapak Drs. T. Ilham Saladin. M.SP selaku selaku Reader dalam ujian komprehensif skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr M. Arif Nasution MA selaku Dosen Pembimbing Akademik selama saya menjadi mahasiswa Sosiologi. Terimakasih yang sebesar-besarnya atas evaluasi, semangat, ilmu, dan memberikan banyak hal yang bermanfaat bagi saya.

7. Kepada seluruh dosen yang telah memberikan banyak ilmu yang sangat berharga selama saya kuliah di Sosiologi. Terimakasih

8. Penghargaan yang tertinggi saya berikan yang setinggi-tingginya untuk kedua orangtua tercinta dan hormati yaitu untuk Ayah Zulkarnain dan Ibu Yusmiati yang telah mendoakan saya, yang telah merawat serta mendidik saya dengan sepenuh hati, memberikan cinta dan kasih sayang yang mungkin tidak dapat saya balas. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan umur yang panjajng dan kesehatan untuk Ayah dan Ibu.

9. Kepada senior saya kakak Ernita Yanthi Siregar, May Pratiwi Purba, Anita Syafitri, Putri Mawaddah, Erawati Siagian, Aisyah Rangkuti terimakasih atas bantuannya berupa fikiran, kritikan dan waktu yang diberikan guna memperbaiki Skripsi saya, saya ucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya.


(2)

10. Kepada temen dekat saya Zamri Mardian, Rahmadina, Estina Aritonang, serta temen-temen sosiologi stambuk 2012 saya ucapkan banyak terimakasih atas dukungan kalian. Terimakasih atas bantuan kalian, semangat, dan motivasi yang kalian berikan selama ini dalam pengerjaan skripsi ini.

11. Kepada Kepala Asrama yang telah memberikan izin kepada saya untuk mengadakan penelitian di Desa Rantau Panjang dan informan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk saya. Terimakasih banyak atas waktu dan kesediaan untuk diwawancarai guna menyelesaikan penelitian Skripsi ini.

12. Akhirnya untuk semua pihak yang mendukung yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifarnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan akhirnya kata dengan kerendahan hari, penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Medan, Juli2016 Penulis

Nim. 120901022 Wanti Nur Jadidah


(3)

DAFTAR ISI

Abstrak... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Tabel ... vii

Daftar Isi ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... .8

1.5 Defenisi Konsep ... 10

BAB III KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka... 12

2.1.1 Teori Interaksionisme Simbolik ... 12

2.1.2 Konsep Diri ... 13

2.1.3 Teori Cermin Diri (Looking Glass Self) ... 14

2.1.4 Teori Dramaturgi ... .15

2.1.5 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ... 17

2.1.6 Adaptasi Sosial Budaya ... 27

2.1.7 Strategi Sosial Budaya ... 27

2.1.8 Kelompok Sosial ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Lokasi Penelitian ... 32

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 33

3.3.1 Unit Analisis ... 33

3.3.2 Informan ... 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... .34

3.4.1 Data Primer ... 34

3.4.2 Data Skunder ... 35

3.5 Interprestasi Data ... 36


(4)

3.7 Keterbatasan Penelitian ... 37

BAB IV TEMUAN DATA DAN INTERPRESTASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 39

4.1.1 Deskripsi Asrama Putri Usu ... 39

4.1.2 Sarana dan prasarana Asrama Putri Usu... 41

4.2 Karaktristik Informan ... 45

4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Umur ... 46

4.2.2 Karaktristik Informan Berdasarkan Agama ... 46

4.2.3 Karaktristik Berdasarkan Lama Tinggal ... 47

4.2.4 Karaktristik Berdasarkan Fakultas ... 48

4.2. 5 Karaktristik Berdasarkan Suku ... 49

4.3 Propil Informan Mahasiswa Asrama Puteri Baru USU ... 50

4.4 Interaksi Sosial Mahasiswa di Asrama Puteri Baru USU ... 62

4.4.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asrama Putri Baru USU secara langsung63 4.4.2 Interaksi Sosial Mahasiswa Asrama Puteri Baru USU tidak langsung64 4.5 Berdasarkan Budaya di Daerah Asal dengan Merantau ... .65

4.6 Interaksi Berdasarkan Etnis ... 66

4.6.1 Interaksi diantara Sesama Etnis ... 66

4.6.2 Interaksi Antara Etnis yang Berbeda ... 70

4.6.2.1 Hal yang disukai ... .72

4.6.2.2 Hal yang tidak disukai ... 74

4.6.3 Penggunaan Bahasa Daerah di Asrama Puteri Baru USU ... 77

4.6.4 Penerapan Budaya dalam Kehidupan Sehari-hari di Asrama USU 79 4.7 Penggunaan Marga ... 81

4.8 Interaksi dengan Keberagaman Etnis ... 83

4.8.1 Interaksi Berdasarkan Agama ... 87

4.8.1.1 Interaksi dengan Sesama Agama ... 88

4.8.1.2 Interaksi dengan Berbeda Agama ... 89

4.8.2 Interaksi dengan Toleransi ... 91

4.8.2.1 Toleransi Antar yang Berbeda Etnis ... 91

4.8.2.2 Toleransi Antar Berbeda Agama ... .94

4.8.2.3 Interaksi Sebagai Bentuk Kerjasama dan Persaingan ... 94

4.8.2.4 Interaksi dalam Hubungan Teman Sekamar (roommate) di Asrama...… ... 95


(5)

4.8.2.5 Interaksi dalam Hubungan Bukan Teman Sekamar

(roommate) ... 98

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 100

5.2 Saran... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Ciri-ciri Etnis Pada Mahasiswi Asrama Puteri Baru USU ... 5

Tabel 2: Etnis-etnis yang ada di Asrama Putreri Baru USU ... 6

Tabel 3: Perbandingan Etnis di Kota Medan ... 6

Tabel 4: Karaktristik Berdasarkan Umur ... 46

Tabel 5: Karaktristik Informan Berdasarkan Agama ... .46

Tabel 6: Karaktristik Informan Berdasarkan Lama TInggal di Asrama Baru Usu ... 47

Tablel 7: Karaktristik Informan Berdasarkan Fakultas ... 48

Table 8: Karaktristik Informan Berdasarkan Suku ... 49

Tabel 9: Hal yang disukai... 72

Tabel 10: Hal yang tidak disukai... 74

Daftar Gambar Gambar 1: Kertas Peringatan yang terdapar di dalam Asrma Puteri Baru USU ... .44

Gambar 2: Dokumentasi Mahasiswa Asrama Putri Usu saat berkumpul ditempat menonton tv yang telah di sediakan asrama... .87