Perbedaan Budaya di Daerah Asal dengan Merantau Interaksi Berdasarkan Etnis

81 soalnya kalo mati lampu aku lebih sering menghabiskan waktu di kampus sama teman-teman kampus sih terus kalo untuk tahu nomor hp teman asrama wajib sih menurut aku, biar bisa nanyak soal itu tadi sih…”Hasil wawancara Tanggal 2 Maret 2016 Berdasarkan hasil wawancara di atas banyak hal yang bisa dilakukan dengan adanya telepon genggam atau Handphone seperti untuk berinteraksi secara tidak langsung dengan keluarga maupun teman asrama karena alat bantu komunikasi tersebut menggunakan jatingan layanan seluler yang semakin sampai saat ini sudah masuk hingga kepelososk negeri. Dengan demikian, informasi dari keluarga yang berada di daerha asal mereka pun dapat mereka ketahui dengan cepat dan komunikasi dengan teman asrama juga membuat hubungan sosial di antara mahasiswi asrama puteri baru USU menjadi lebih erat.

4.5 Perbedaan Budaya di Daerah Asal dengan Merantau

Merantau merupakan perginya seseorang dari tempat asal dimana ia tumbuh besar ke wilayah lain untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman. Banyak faktor yang mendorong orang-orang untuk pergi dari tempat asal atau kelahirannya menuju tempat lain. Diantaranya faktor tradisi atau budaya dari suatu kelompok etnis, juga ada faktor ekonomi, faktor peperangan dan faktor pendidikan seperti mahasiswi yang ada di asrama puteri baru USU. Merantau menimbulkan pemikiran mengenai perbedaan budaya yang ada di daerah asal mahasiswi asrama puteri baru USU dengan tempat tinggal mahasiswi saat ini yaitu Kota Medan khususnya asrama puteri baru USU. Seperti yang dikatakan oleh Siti Sahara yaitu: Universitas Sumatera Utara 82 “…pertama mungkin agak pusing juga ya, disini kan banyak orang gitu. Terus terkadang ada yang ngomong pake bahasa daerah asal mereka gitu. Gak kayak di tempat tinggal ku dulu semua bisa dibilang hampir sama karena sama bahasa tersu sama budaya, kalo disini kan udah beda- beda jadi pandai-pandai menempatkan diri la sama etnis lainnya…”Hasil Wawancara Tanggal 24 Fenruari 2016 Hal ini juga sama dengan yang dikatakan oleh Yuni Tambunan yaitu: “… gimana ya kalo di daerah ku sih adatnya masih diutamakan kalo di sini sih udah gag pala di utamakan, terus kita di sini ya usahakan untuk menyamakan aja ya, namanya juga merantau apa perubahan dan perbedaan ya harus kita jalani terus jangan mengutamakan ego awak sendiri la, harus ngerti sama budaya orang-orang di sini juga…”Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016 Dari hasil wawancara terdapat bahwasanya mahasiswi yang ada di asrama puteri baru USU berupaya untuk menempatkan diri dalam keberagaman, walaupun budaya yang ada di daerah asal mereka dengan saat merantau berbeda namun mereka sebisa mungkin untuk menempatkan diri mereka dan menjaga hubungan antar etnis yang ada di asrama puteri baru USU.

4.6 Interaksi Berdasarkan Etnis

4.6.1 Interaksi diantara Sesama Etnis

Terbentuknya suatu kelompok sosial karena adanya naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama. Manusia sejak dilahirkan sudah mempunyai dorongan naluri untuk hidup berkelompok. Namun dalam perkembangan Universitas Sumatera Utara 83 selanjutnya manusia hidup dengan mempunyai kehendak dan kepentingan yang tidak terbatas. Manusia dalam memenuhi kehendak dan kepentingannya tersebut tidak dapat melakukannya sendiri, melainkan harus dilakukan bersama. Ada dua hasrat pokok yang dimiliki manusia sehingga ia terdorong untuk hidup berkelompok, yaitu: 1. Hasrat untuk bersatu dengan manusia-manusia lain di sekitarnya. 2. Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya. Keseharian yang di jalani untuk berinteraksi dalam kehidupan sangat dibutuhkan juga oleh mahasiswi asrama puteri baru USU yang dimana lewat interaksi tersebut mereka dapat menemukan teman untuk membuat kelompok dalam kehidupan sosial mereka dan mendapatkan teman sosial dalam kehidupan sehari-hari di asrama puteri baru USU. Seperti yang dikatakan oleh Siti Sahara yaitu: “…interaksi di sini biasa aja sih kak, tapi gimana ya kan kita lebih berinteraksi dengan yang kita kenal, sebenarnya kita kenal semua cuman gag dekat gitu, tapi tetap usaha untuk berinteraksi la biar lebih kenal dan dapat teman juga, masalah etnis gag diutamakan dalam interaksi menurut aku kak, walaupun beda kan kita bisa jadi teman…”Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016 Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Yuni Tambunan : “… pertama merantau nyari teman enggak lihat dari suku, jadi kalau beinteraksi pun di asrama ini biasa- biasa aja. Sebagaimana berinteraksi baik dalam Universitas Sumatera Utara 84 keseharian la…”Hasil wawancara Tanggal 24 Februari 2016 Seperti juga yang dikatakan oleh Nurun Hawa: “…kalau interkasi paling sering dengan kawan sekamar, kalau dengan yang lain interaksi saling menyapa aja enggak sampai jadi kawan dekat, paling-paling say “hai” soalnya sibuk kuliah juga, tapi untuk berinteraksi ada dilakukan walaupun beda etnis, beda etnis aja kita sering berinteraksi apalagi sesama etnis…”Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016 Dari hasil wawancara di lapangan bahwasanya mahasiswi yang ada di Asrama Puteri Baru USU berinteraksi dengan baik walaupun ada perbedaan etnis dalam interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari mereka di Asrama Puteri Baru USU. Seperti yang dikatakan oleh Ayu Nurzannah: “…Interaksi di asrama menurut aku baik ya, karena disini semuanya ramah.Disini juga enggak berfokus pada etnis juga kalau berinteraksi. Kalau aku berinteraksi dengan siapa aja walaupun beda etnis, kalau interaksi dengan etnis aku jarang ya, karena di asrama etnis aku tu jarang, etnis aku kan banjar jadi jarang ada etnis banjar di asrama ini, tapi karena aku juga di kampung berinteraksi dengan beda etnis yaitu etnis jawa, jadi aku terkadang bisa juga berinteraksi dengan etnis jawa, tapi dengan etnis lain juga aku sering kok dan enggak membedakan intinya…”Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016. Hal ini sama halnya yang dikatakan oleh Cut Hilda: “…kalau masalah berinteraksi dengan mahasiswi lain di asrama tentu aku berinteraksi karena kalau ada di asrama aku saling menyapa juga dengan etnis lain, kalau interaksi dengan sesama etnis sering juga kan lumayan juga etnis Aceh yang tinggal di asrama ini, jadi kalau masalah interaksi keseharian baik- baik aja…”Hasil Wawancara Tanggal 2 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara 85 Dalam interaksi sosial yang mahasiswi Asrama Puteri Baru USU jalani di kehidupan seharian mereka terdapat bagaimana mahasiswi tersebut agar dapat menyesuaikan diri mereka dengan lingkungan tempat mereka tinggal yaitu Asrama Puteri Baru USU yang dimana asrama tersebut ditempati oleh mahasiswi yang berbeda etnis. Seperti yang dikatakan oleh Mutia Boru Tarigan: “…Saya di asrama ini berinteraksi dengan berbagai etnis karena menurut saya kalau ingin mendapat teman tidak harus mencari teman yang sesama etnis, berbeda etnis juga bagus supaya kita belajar juga bagaimana etnis-etnis lainnya, tentunya kalau ingin berinteraksi harus bisa mengetahui bagaimana lawan bicara kita dan bagaimana dia tinggal ditempat sekarang, saya sering berbicara dengan etnis lainnya…”Hasil Wawancara Tanggal 13 Maret 2016 Sama halnya dengan yang dikatan oleh Rosina: “…ya kalo menurut saya sih kalo itu memang kita apa kebanyakn biasa dekat dengan kakak disini dari Papua juga sama Batak disini juga kita dekat, saling menyapa juga. Mereka senyum kita senyum juga…”Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016 Dalam interaksi keseharian mahasiswi asrama puteri baru USU juga ada beberapa mahasiswi yang berinteraksi hanya dengan sesama etnis saja, namun yang paling banyak adalah berinteraksi dengan berbeda etnis. Seperti yang dikatan oleh raini Tanjung: “…ada sebagian disini orangnya berinteraksi dengan yang sama tapi ada juga dengan etnis yang beda-beda. Tapi paling banyak yang berinteraksi dengan beda-beda etnis kak agar kehidupan di asramanya baik dapat banyak teman…”Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016 Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Gisela Ratnasari: Universitas Sumatera Utara 86 “…kalau sepengetahuan saya disini mahasiswinya kurang bersosialisasi walaupun tidak semua mahasiswi seperti itu, saya sama sebelah kamar saja saya enggak tahu gimana, paling sama kawan dekat di asrama la yang dekat, terus juga kalau interaksi sehari-hari kalau ada kenal saya sapa kalau tidak kenal lalu mereka menyapa saya, saya sapa kembali sepeti balik senyum gitu…”Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016 Dari hasil data yang didapat di lapangan, bahwasanya mahasiswi berinteraksi dengan baik di asrama puteri baru USU. Mereka menjalani kehidupan sosial mereka dengan baik walaupun ada beberapa mahasiswi yang kurang baik dalam bersosialisasi.Namun, mahasiswi tetap menjalankan tugas mereka dalam kehidupan sosialnya yaitu berinteraksi dengan mahasisiwi lainnya baik mahasiswi yang sesama etnis atau berbeda etnis dan lebih mengedepankan kerjasama dari pada persaingan dalam kehidupan sosial mahasiswi asrama puteri baru USU.

4.6.2 Interaksi Antara Etnis yang Berbeda

Lingkungan sosial adalah tempat dimana masyarakat saling berinteraksi dan melakukan sesuatu secara bersama- sama antar sesame maupun dengan lingkungannya.Lingkungan sosial terdiri dari beberapa tingkat. Tingkat yang paling awal adalah keluarga, dari keluarga kita diajari cara, sikap, dan sifat untuk berinteraksi dengan orang lain di dalam maupun di luar keluarga. Universitas Sumatera Utara 87 Tingkat selanjutnya tingkat sekolah, dimana kita bisa mengembangkan pelajaran bersosialisasi yang diberikan dari keluarga di rumah ke lingkungan sekolah. Kemudian tingkat lingkungan masyarakat, pada lingkungan masyarakat kita dapat terjun ke dalam masyarakat dengan bekal apa yang kita pelajari dari lingkungan sosial kita terdahulu yaitu keluarga dan sekolah. Interaksi yang kita lakukan sehari-hari dapat mempengaruhi bagaimana sikap kita dengan orang lain terutama dalam berteman dan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti mahasiswi yang tinggal di asrama puteri baru USU berinteraksi dengan berbeda etnis, membuat interaksi yang mereka jalani sehari-hari menjadi lebih luas dengan berkumpul dengan teman-teman yang berbeda etnis di asrama puteri baru USU. Seperti yang dikatakan Cut Hilda: “…di sini kami berinteraksi dengan cukup baik ya, terutama pas kita lagi ada kegiatan gotong royong, walaupun aku gag sering ikut gotong royong tapi aku tau la kayak mana kita ngumpul-ngumpul pas gotong royong, kalo dalam nyari teman aku juga gag ngelihat satu etnis, aku lebih suka ngelihat teman tu dari nyaman atau gag kita sama dia, pas ada kegiatan gotong royong di asrama aku gag milih-milih teman, lebih lihat mereka enak apa gag diajak bicara, gag ada nyari yang harus satu suku sih…”Hasil Wawancara Tanggal 2 Maret 2016 Berdasarkan hasil wawancara di atas menjelaskan bagaimana interaksi yang mahasiswi asrama puteri baru USU Universitas Sumatera Utara 88 jalani dalam lingkungan asrama yang berbeda etnis. Mereka tidak memilih teman dari segi etnis yang sama melainkan dari kenyamanan mereka saat berteman. Teman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI merupakan orang yang bersama-sama bekerja berbuat, berjalan atau lawan bicara.Sehingga teman dapat diartikan sebagai seorang individu untuk pelengkap kita dalam berinteraksi pada kehidupan sosial. Makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri melainkan hidup dengan tergantung pada orang lain, maka teman merupakan makhluk sosial yang dapat kita percayai untuk mengisi kehidupan sosial kita. 4.6.2.1 Hal yang disukai Tabel No.9 Nama Etnis Yang disukai Strategi Beradaptasi Cara Bergaul Yuni Tambunan Papua sama Minang Suka etnis Minang karena mereka giat dalam melakukan segala hal seperti bisnis dan Papua juga merupakan etnis yang berjiwa sosial dalam berkelompok Belajar apa yang boleh dan tidak boleh dalam kehidupan sehari-hari etnis mereka Saling berinteraksi satu sama lainnya dan tidak sombong Universitas Sumatera Utara 89 Nurun Hawa Papua Terkadang etnis Papua ramah-ramah mau menyapa mahasiswi lainnya yang ada di asrama Tidak boleh menjelek- jelekkan etnis Papua dan menerima kekurangan atau kelebihan etnis Papua Berinteraksi dengan baik Siti Sahara Jawa Baik, orangnya lembut dan ramah Mengikuti tata cara mereka berbicara dan ramah tentunya Sering-sering saling menyapa satu sama lain agar terjalin hubungan pertemanan Rosina Etnis Sendiri Papua dan etnis lain Batak Mau lebih menunjukkan bahwa Papua berbeda dari apa yang mahasiswi asrama puteri baru USU pikirkan dan juga menunjukkan bahwa Papua itu kaya budaya Kalau beradaptasi dengan etnis Batak harus selalu berfikiran positif terhadap mereka supaya tidak salah paham Saling mengerti etnis satu dengan etnis lainnya Ayu Nurzannah Papua Ramah-ramah Saling menghargai walau beda etnis Tidak memiliki kebencian terhadap Etnis lain terutama Papua agar terjalin hubungan yang dapat berinteraksi dengan baik dalam kehidupan sehari- hari Universitas Sumatera Utara 90

4.6.2.2 Hal yang Tidak disukai

Tabel No.10 Raini Tanjung Papua Menghormati temannya dan saling membantu teman Tetap menjaga tali pertemanan walaupun tidak dekat Berinteraksi walaupun jarang Gisela Ratnasari Papua Ramah sama semua orang. Ikut gabung dalam kelompok mereka etnis Papua Sering saling menyapa dan membuat hubungan interaksi semakin erat agar dapat jadi teman Cut Hilda Papua Baik dan ramah Menerima etnis Papua apa adanya walaupun kebanyakan etnis Papua berteman dengan etnisnya sendiri Harus menjalin hubungan, dan menjadi teman dalam asrama Mutia Boru Trigan Papua dan Aceh Dua etnis itu bisa dibilang baik Belajar mengenai etnis mereka itu hal paling pentingnya Tidak sombong dalam berinteraksi Nama Etnis Tidak disukai Strategi Beradaptasi Cara Bergaul Yuni Tambunan Papua sama Minang Kurang suka sama etnis Papua, karena terkadang mereka kurang mau bersosialisasi dengan Belajar apa yang boleh dan tidak boleh dalam kehidupan sehari-hari etnis mereka Saling berinteraksi satu sama lainnya dan tidak sombong Universitas Sumatera Utara 91 mahasiswi lainnya, namun terkadang hanya sebahagian saja Nurun Hawa Papua Hidup secara berkelompok Tidak boleh menjelek- jelekkan etnis Papua dan menerima kekurangan atau kelebihan etnis Papua Berinteraksi dengan baik Siti Sahara Jawa Tidak mau jujur soal kesalahan orang lain Mengikuti tata cara mereka berbicara dan ramah tentunya Sering-sering saling menyapa satu sama lain agar terjalin hubungan pertemanan Rosina Etnis Sendiri Papua dan etnis lain Batak Etnis Batak karena terkesan keras jadi kalau berbicara sering membuat orang salah paham Kalau beradaptas i dengan etnis Batak harus selalu berfikiran positif terhadap mereka supaya tidak salah paham Saling mengerti etnis satu dengan etnis lainnya Ayu Nurzannah Papua Mereka lebih banyak berinteraksi dengan etnis Saling menghargai walau beda etnis Tidak memiliki kebencian terhadap Etnis lain terutama Papua agar terjalin hubungan yang Universitas Sumatera Utara 92 mereka sendiri dan untuk berkelompok etnis Papua sangat menunjukkan diri mereka. dapat berinteraksi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari Raini Tanjung Papua Berteman hanya sama etnisnya saja jarang berteman dengan etnis lain walau hanya sebagian Tetap menjaga tali pertemanan walaupun tidak dekat Berinteraksi walaupun jarang Gisela Ratnasari Papua Lebih menunjukkan bahwa mereka semua etnis Papua mempunyai kelompok dan lebih sering berinteraksi dengan etnis Papua lainnya. Ikut gabung dalam kelompok mereka etnis Papua Sering saling menyapa dan membuat hubungan interaksi semakin erat agar dapat jadi teman Cut Hilda Papua Kurang suka dengan penampilan mereka yang terkadang tidak enak dilihat dan selalu berkelompok Menerima etnis Papua apa adanya walaupun kebanyakan etnis Papua berteman dengan etnisnya sendiri Harus menjalin hubungan, dan menjadi teman dalam asrama Universitas Sumatera Utara 93 Dari Tabel no.9dan no.10 menunjukkan bahwa mahasiswi di asrama puteri baru USU lebih tidak menyukai etnis Papua dikarenakan etnis Papua lebih menunjukkan bahwa etnis mereka berkelompok dan kurang berinteraksi dengan etnis lainnya dalam hubungan sosial, hanya beberapa saja yang mau berinteraksi untuk mempererat hubungan sosial di antara mahasiswi asrama puteri baru USU.

4.6.3 Penggunaan Bahasa Daerah di Asrama Puteri Baru USU

Dalam kehidupan sehari-hari yang mahasiswi asrama puteri baru USU jalani yaitu dengan berinteraksi menggunakan bahasa persatuan, namun jika sudah bertemu dengan satu etnis mahasiswi tersebut ada yang menggunakan bahasa daerah namun banyak juga dari mereka menggunakan bahasa persatuan atau bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Mutia Boru Tarigan: Mutia Boru Trigan Papua dan Aceh Kalau Papua suka kumpul sama etnisnya mereka kalau Aceh susah di ajak untuk berinteraksi karena pertama jumpa mereka agak jutek Belajar mengenai etnis mereka itu hal paling pentingnya Tidak sombong dalam berinteraksi Universitas Sumatera Utara 94 “…kalo saya pribadi sering pake bahasa Indonesia, terkadang aja pake bahasa daerah kalo udah sama satu etnis, soalnya kalo pake bahasa daerah depan orang kan dikirain kita ngomongin orang itu, jadi lebih sering pake bahasa Indoneisa tapi bahasa daerahnya juga tetap saya jaga biar gag lupa, terkadang mau juga tanpa sadar nanti udah pake bahasa daerah aja sama kawan-kawan yang satu etnis di asrama ini…” Hasil Wawancara Tanggal 13 Maret 2016 Hal ini sama halnya yang dikatakan oleh Raini Tanjung: “…aku dikit-dikit bisa bahasa Padang kak, soalnya dirumah lebih sering pake bahasa Indonesia sama keluarga, terus karena aku juga udah lama di Sibolga kak jadi aku juga kalo di sekolah dulu pake bahasa Melayu dikit-dikit biar lebih akrab sama teman-teman di sekolah. Kalo di sini di asrama ini campur kak bahasa aku, sama teman Padang lainnya kita terkadang pake bahasa Indonesia campur Padang biar gag ilang juga nantinya bahasa daerahnya, saying juga soalnya kalo aku sampe gag bisa bahasa daerahku…”Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016 Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa mahasiswi yang ada di asrama puteri baru USU tetap mempertahankan bahasa daerah mereka masing-masing, walaupun mereka tidak terlalu fasih dalam berbicara menggunakan bahasa daerah mereka. Hal ini merupakan bentuk dari bagaimana mahasiswi yang ada di asrama puteri baru USU menerapkan prinsip nomor 2 dari 3 prinsip Konsep Diri Herbert Blummer yaitu Bahasa, yang dimana bahwa bahasa dapat menjadi wakil dari realitas itu sendiri.Seperti bahasa juga memiliki peran yang sangat besar Universitas Sumatera Utara 95 dalam berinteraksi, baik dalam menggunakan bahasa daerah maupun bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa daerah tidak hanya saja bisa dikuasai oleh orang yang berasal dari daerah tersebut saja, namun ada juga dari daerah lain. Dalam asrama puteri baru USU yang dimana mahasiswi yang memiliki teman satu kamar dengan etnis lainnya, namun ia dapat mengerti dengan bahasa daerah teman sekamarnya tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Ayu Nurzannah: “…kalo bahasa daerah teman sekamar aku ngerti, soalnya diakan orang jawa, terus aku juga bisa sedikit ngerti bahasa jawa, jadi kalo dia nelpon sama keluarganya pke bahasa daerahnya bahasa jawa aku ngerti gitu sedikit kalo udah ngerti gitu jadinya kan aku gag ngerasa di bicarain hahaha, tapi ya aku terkadang aja aku ngomong pake bahasa daerah dia pas lagi becanda-becanda aja, lebih sering pake bahasa Indonesia…”Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016 Berdasarkan hasil wawancara di atas menggambarkan bahwa bahasa merupakan Poin dalam berinteraksi, baik itu dalam menggunakan bahasa daerah maupun bahasa nasional.Dalam mempertahankan budaya suatu etnis, bahasa juga hal yang utama untuk tetap dijaga agar tidak menghilang dari budaya daerah.Penggunaan bahasa daerah dalam asrama puteri baru USU menjelaskan bahwa walaupun mahasiswi sudah jauh dari daerah mereka, mereka dapat mempertahankan budaya bahasa daerah mereka dengan Universitas Sumatera Utara 96 menggunakan bahasa daerah mereka di asrama puteri baru USU.

4.6.4 Penerapan Budaya dalam Kehidupan Sehari-hari di Asrama Puteri Baru USU

Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi dan juga sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari budaya itu bersifat abstrak. Jika dalam kehidupan sehari-hari manusia atau individu tidak menerapkan atau menjaga budaya daerah mereka maka akan terjadi perubahan sosial budaya, perubahan sosial budaya tersebut ada 3 faktor, yaitu: 1. Tekanan kerja dalam masyarakat 2. Keefektifan komunikasi 3. Perubahan lingkungan alam Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Seperti dalam kehidupan sehari-hari mahasiswi yang bertempat tinggal di asrama puteri baru USU yang dimana asrama tersebut ditempati oleh Universitas Sumatera Utara 97 banyak etnis, sehingga mahasiswi menemukan budaya- budaya baru yang berbeda dengan etnis mereka dikarenakan interaksi antar etnis yang terjadi di asrama puteri baru USU. Untuk tetap menjaga kebudayaan daerah atau etnis mereka, banyak mahasiswi asrama puteri baru USU menambahkan aktivitas mereka yaitu dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan etnis mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Rosina yaitu: “…untuk menjaganya kami sering kumpul satu papua, ngumpul cerita-cerita ngobrol ditanya kabar. Ya kalo budaya harus kuat walau merantau budaya harus kita jaga.Seperti kami sering mengadakan acara buat budaya terus nanti ada tarian-tarian kita tari adat Papua tari yang lagunya “Sajojo” dan kalau ada aktivitas-aktivitas organisasi kami seperti kemarin itu karnaval USU kami ada buat tarian kami. Saya juga ikut organisasi iaktan mahasiswa Papua…”Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016 Dari hasil wawancara, mahasiswi yang berasal dari daerah mereka masing-masing tetap mempertahankan budaya mereka, walaupun dengan menggunakan cara mempertahankan hal yang seharusnya tetap dijaga yaitu bahasa. Seperti juga yang dikatakan oleh Nurun Hawa yaitu: “…kalo untuk mempertahankan budaya terutama yang dijaga bahasa la ya, terus kalo ada acara mengenai budaya sih ikuti aja biar mempertahankan juga yak an, intinya harus di tetap pertahankan la budaya etnisnya…”Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016 Universitas Sumatera Utara 98 Dari hasil penelitian terdapat bahwa untuk menjaga budaya daerah asal mahasiswi yang ada di asrama puteri baru USU, mahasiswi sering mengikuti organisasi etnis mereka agar kebudayaan mereka tidak hilang karena faktor keanekaragaman budaya yang ada di Kota Medan terutama asrama puteri baru USU.

4.7 Penggunaan Marga