23
BAB IV STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN TENUN PATRA
OLEH ARSAWAN DESIGN
1.1. Sejarah Tenun Endek.
Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya
diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami.
1
Tenun ikat ini bisa kita temui di beberapa daerah di Indonesia, seperti Toraja, Jepara, Bali, Lombok,
Sumbawa, Sumba, dan lain-lain. Berbagai daerah ini tentunya memiliki ciri khas tersendiri dalam membuat kain tenun. Pada tahun 1970-an, didorong
oleh pengembangan
pariwisata, puluhan
perusahaan tenun
mulai memproduksikan kain endek baik untuk wisatawan maupun untuk orang Bali
sendiri Michel, 2006;261. ”Kain endek mulai berkembang sejak tahun 1985, yaitu pada masa
pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung. Kain endek memiliki beberapa periode perkembangan dalam produksinya.
Dapat dilihat pada tahun 1985-1995 kain endek mengalami masa kejayaan akibat adanya dukungan dari pemerintah. Pada masa ini,
proses produksi kain endek sudah menggunakan alat tenun bukan mesin ATBM
.”
2
1
http:www.tradisikita.my.id20160111-kain-adat-tradisional-indonesia.html diakses pada tanggal 15 Agustus 2016, pukul 11.06 WIB.
2
http:balebengong.netkabar-anyar20140320endek-kain-tenun-ikat-khas-bali.html diakses pada tanggal 15 Agustus 2016, pukul 11.10 WIB.
24
Bali memiliki kain songket, gringsing, cepuk, dan kain-kain tradisional lain yang amat rumit dan penuh filosofi, maka tidak mungkin kain
endek dipakai dalam kegiatan sehari-hari. Untuk bisa dipakai sehari-hari dan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, muncullah nama Endek. Tidak
mengerti bagaimana asal muasal endek pada awalnya bagi Arsawan, endek adalah tenun yang dicasualkan dengan material atau bahan katun atau rayon.
Puncak tenggelam dari kain endek ini adalah saat terjadinya bom Bali I dan II. Endek tidak lagi gegap gempita seperti pada era 2000an kebawah. Setelah
adanya bom, seiring dengan perkembangan pariwisata, orang sudah jenuh dan tidak mau lagi pakai endek, maka endek ini menghilang.
Setelah vacuum, Walikota Denpasar mengadakan kampanye dan diklat-diklat lalu muncul lagi semangat endek yang sempat hilang.
Fenomenanya adalah endek ini kembali naik karena dikampanyekan, orang harus memakai dan mencintai endek. Karena terlalu banyak permintaan, tidak
ada produksi yang mencukupi, dan karena banyak masyarakat Bali yang sudah melupakan segi teknik dan tidak mau berkecimpung dalam menenun,
maka produk itu dibuat di Troso, Pekalongan, Jawa Tengah. Untuk mengcover kebutuhan masyarakat Bali, maka endek didatangkan dari Jawa.
1.2. Sejarah Arsawan Design dan Tenun Patra.