15 kepada khalayak sasaran lebih baik menggunakan bahasa persuasif sebagai
ajakan untuk berbuat baik daripada menggunakan bahasa yang sifatnya melarang untuk berbuat burukjahat, yang dalam bahasa Alquran dikenal
dengan istilah amar ma’ruf nahi munkar.
b. Keberadaan Dongeng
Berdasarkan pengamatan pemakalah pada buku-buku ”cerita rakyat” yang diterbitkan oleh berbagai penerbit, ternyata dongeng sudah banyak diinventarisasi
oleh orang yang mempunyai kepedulian terhadap cerita rakyat. Misalnya: D. Zawawi Imron dan Zulfa Usman cerita rakyat Madura, Suripan Sadi Hutomo,
Setyo Yuwana Sudikan, dan Edy Santoso cerita rakyat Jawa Timur, dan Ayu Sutarto, Marwoto, serta Heru S.P. cerita rakyat Madura dan Banyuwangi.
Berbagai dongeng dari Jawa Timur yang aslinya berbahasa Jawa, Madura, dan Using telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Selain itu, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta telah lama menerbitkan laporan inventarisasi
dan penelitian cerita rakyat dari seluruh Indonesia yang di dalamnya terdapat dongeng, bahkan ada cerita dari luar negeri, misalnya ”Cerita Abu Nawas” dan
Cerita Rakyat dari Jepang oleh Keiko Fukamachi yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. Keberadaan dongeng yang telah diterbitkan dan yang berbahasa daerah di Indonesia serta berbahasa asing telah diindonesiakan tentulah
bermaksud agar ceritanya mudah difahami oleh generasi sekarang yang tidak akrab dengan bahasa daerahnya sehingga pesan moralnya cepat terserap. Dengan
demikian maka diharapkan kemanfaatannya sebagai dasar moral bangsa, terutama para generasi muda, khususnya anak prasekolah segera terwujud.
c. Pendidikan Anak Usia Dini PAUD
Disebutkan dalam Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini PAUD bahwa pendidikan anak usia dini merupakan peletak dasar dan utama dalam
pengembangan pribadi anak; baik yang berkaitan dengan karakter, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial, emosional, spiritual, disiplin diri, konsep diri,
16 maupun kemandirian Mulyasa, 2012:43. Pendidikan anak usia dini menurut
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 14, pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.
Keberadaan PAUD semakin menyeruak ke permukaan publik seiring dengan berdirinya lembaga-lembaga rintisan PAUD di berbagai daerah mulai tingkat
kotakabupaten sampai ke tingkat RTRW. Hal tersebut terjadi karena adanya program pemerintah yang mendorong semua kalangan masyarakat untuk
mendukung terlaksananya PAUD. Pada tahun 2012, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini mencanangkan Gerakan PAUD Nasional dan menargetkan angka
partisipasi kasar APK mencapai 64. Untuk mencapai hal itu maka berbagai strategi dilaksanakan, seperti pemberian bantuan operasional pendidikan BOP
kepada 1,35 juta anak, pengukuhan Bunda PAUD di tingkat nasional, provinsi, dan kotakabupaten, pelaksanaan sosialisasi nasional, pelaksanaan kampanye
gerakan PAUD nasional, penyelenggaraan layanan PAUD terpadu, optimalisasi lembaga keagamaan, dan perluasan layanan POS PAUD yang mengintegrasikan
pelayanan PAUD dan Posyandu di desakelurahan. Adanya gerakan PAUD nasional dengan berbagai macam strategi pada
kenyataannya belum mampu memberikan pemahaman yang menyeluruh kepada masyarakat tentang konsep dan urgensi PAUD. Sebagian besar masyarakat masih
mengenal PAUD sebagai sebuah lembaga pendidikan untuk anak, bukan sebagai upaya pembinaan pada anak usia dini yang berkisar pada usia 0-6 tahun. Kondisi
tersebut semakin rumit ketika terjadi pengkotak-kotakan PAUD di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila masyarakat
kebingungan dengan istilah PAUD formal, nonformal, dan informal. Kebanyakan pemahaman masyarakat hingga hari ini tentang PAUD adalah bahwa PAUD
merupakan jenjang yang lebih rendah dari Taman Kanak-Kanak TKRaudhatul
17 Athfal RA, yang pada anggapan masyarakat TKRA bukan termasuk golongan
PAUD. Kenyataan menunjukkan bahwa pemunculan dan perkembangan PAUD di
Indonesia saat ini tidak diiringi dengan peningkatan kualitas. Selain itu terdapat kurangnya pemahaman masyarakat tentang praktik pembelajaran yang sesuai
untuk anak usia dini. Kenyataan di lapangan, masih banyak pendidik PAUD yang melaksanakan proses pembelajaran tidak sesuai dengan perkembangan anak
sehingga menimbulkan dilema baru bagi para orangtua yang belum memiliki pemahaman menyeluruh tentang konsep pendidikan anak usia dini untuk
memasukan anak-anak mereka ke lembaga PAUD. Dalam
http:wikipedia.org disebutkan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah pengajaran formal pada anak-anak oleh orang-orang di luar keluarga mereka atau di luar setting rumah. Dalam sumber yang sama disebutkan juga
bahwa pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan
dan perkembangan fisik
koordinasi motorik halus dan kasar, kecerdasan
daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual,
sosio emosional sikap
dan perilaku serta agama bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Ada dua tujuan
diselenggarakannya pendidikan anak usia dini sebagai berikut. 1 Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu
anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
2 Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar akademik di sekolah.
Pada hakekatnya Anak usia dini merupakan individu yang unik dan memiliki karakteristik khas sesuai dengan tahapan perkembangan usianya. Pada
masa itu stimulasi seluruh aspek perkembangan memiliki peran yang sangat penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Mendukung hal tersebut,
18 Montessori dalam Mulyasa 2012 mengungkapkan bahwa masa usia dini
merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode ketika suatu fungsi tertentu perlu diransang dan diarahkan sehingga tidak terhambat
perkembangannya. Mulyasa 2012 mengungkapkan bahwa anak usia dini adalah individu yang
sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Hurlock 1978 berpendapat
bahwa pola pertumbuhan dan perkembangan anak berbeda satu dengan yang lainnya, pertumbuhan anak bersifat ritmis, bukan regular. Namun demikian anak-
anak memiliki pola yang sama dalam pertumbuhan. Rentang usia anak pada masa usia dini
http:www.wikipedia.com adalah usia sebelum memasuki usia
sekolah formal, umumnya usia 5 tahun di hampir seluruh negara termasuk negara Amerika. Sementara itu, National Association for the Education of Young
Children NAEYC mendefinisikan anak usia dini sebagai anak dengan rentang
usia 0-8 tahun. Mary Eming Young 2002 dalam tulisannya Ensuring a Fair Start for All
Children memaparkan bahwa masa usia dini adalah masa yang rentan dan penuh
peluang. Perubahan yang cepat dan dramatis dalam perkembangan mental dan fisik terjadi pada usia tiga tahun pertama kehidupan manusia. Penelitian mengenai
perkembangan otak menunjukan bahwa pengalaman pada usia dini dapat membentuk perkembangan individu dan bahwa masa usia dini memberikan suatu
kesempatan unik untuk mengubah kehidupan seluruh anak. Bloom dalam Mulyasa, 2012 mengemukakan bahwa separuh potensi
manusia sudah terbentuk ketika berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun; dan 30 terbentuk pada usia 4–8 tahun. dengan demikian 80 potensi manusia
tersebut terbentuk dalam kehidupan rumah tangga dan lingkungan sekitarnya. Keberadaan anak usia dini telah dibicarakan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mohammad Nuh pada press conference berkaitan dengan rencana peringatan Hari Pendidikan Nasional Hardiknas 2012 di Gedung A Kemdikbud
Senayan, Jakarta, Senin 30412. Pada saat itu ditetapkan bahwa tema Hardiknas adalah “Bangkitnya Generasi Emas Indonesia”. Yang dimaksud generasi emas di
19 sini adalah mempersipakna generasi emas 100 tahun Indonesia merdeka, yaitu
tahun 2045. Sebelum tahun 2045 terdapat bonus demografi Indonesia yang berlangsung pada tahun 2010–2035, yaitu pada saat usia produktif paling tinggi di
antara usia anak-anak dan orang tua. Kelak pada tahun 2045 mereka yang berusia 0–9 tahun akan berusia 35–45 tahun, sedangkan yang berusia 45–54 tahun,
Mohammad Nuh menilai, pada usia-usia itu yang memang memegang peran di suatu negara. Oleh karena itu, kata Mohammad Nuh, telah menyiapkan grand
design pendidikan, yaitu pendidikan anak usia dini digencarkan dengan gerakan
PAUD-isasi, peningkatan kualitas PAUD, serta pendidikan dasar berkualitas dan merata.
http:www.pikiran-rakyat.comnode186763 Berdasarkan uraian tersebut maka pembangunan karakter anak harus dimulai
sejak dini baik melalui jalur informal, formal, maupun nonformal dengan menciptakan lingkungan yang baik dan sehat.
d. Strategi Revitalisasi dan Sosialisasi Dongeng