31
31
2.3 Sumber Keuangan Daerah
Sumber keuangan Daerah sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang dicatat dan dikelola dalam anggaran pendapatan dan belanja Daerah.
Sumber-sumber pembiayaan Daerah sesuai dengan ketentuan tersebut. Perimbangan keuangan pusat dan Daerah adalah suatu sistem
pembiayaan Pemerintah dalam kerangka negara yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Daerah serta pemerataan antar Daerah secara
proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi. dan kebutuhan Daerah.
Tujuan pokok perimbangan keuangan adalah memperdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian Daerah, menciptakan sistem
pembiayaan Daerah secara proposional, adil dan trasparan, mewujudkan sistem perimbangan keuangan pusat dan Daerah menjadi acuan dalam alokasi
penerimaan Daerah dan menjadi pedoman pokok keuangan Daerah. Dalam rangka menyelenggarakan otonomi Daerah, kewenangan
keuangan yang melekat pada setiap Daerah menjadi kewenangan Daerah. Dalam Pasal 157 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa
sumber pendapatan asli Daerah terdiri atas: Pendapatan asli Daerah yang selanjutnya di sebut PAD, yaitu:
1 Hasil retribusi Daerah;
2 Hasil pengelolaan Hasil pajak Daerah;
3 kekayaan Daerah yang dipisahkan dan
4 Lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah.
32
32 Pajak Daerah dan retribusi Daerah ditetapkan dengan Undang-undang
yang pelaksanaannva di Daerah diatur lebih lanjut dengan Perda. Pemerintah Daerah dilarang melakukan pemungutan atau dengan sebutan lain diluar yang
ditetapkan undang-undang. Hasil pengelolaan Daerah yang dipisahkan ditetapkan dengan Perda dengan berpedoman pada peraturan perundang-
undangan. 1 Dana perimbangan terdiri dari:
1 Dana alokasi khusus dana yang berasal dari Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan. dan penerimaan dari sumber daya alam;
2 Dana alokasi umum dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antara Daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
2 Dana alokasi umum terdiri dari: 1
Dana alokasi umum adalah dana untuk Daerah kabupatenkota dan Dana alokasi umum untuk Daerah
propinsi 2
Dana alokasi khusus, adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu
membiayai kebutuhan tertentukhusus yaitu:
33
33 1
Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan menggunakan rumusan alokasi
umum dan atau khusus. 2
Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional dialokasikan berdasarkan
usulan Daerah Sektor kegiatan yang tidak dapat dibiayai oleh dana alokasi khusus
meliputi biaya administrasi, biaya penyiapan proyek fisik, biaya penelitian, biaya perjalanan pegawai Daerah, dan lain-lain biaya umum yang sejenis.
Lain-lain pendapatan Daerah yang sah Lain-lain yang dimaksud meliputi:
Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan: a
Jasa giro; b
Pendapatan bunga; c
Keuntungan selisih nilai rupiah terhadap mata uang asing dan Komisi potongan ataupun bentuk lain
sebagai akibat dan penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh Daerah.
Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain berupa kepastian
tersedianya pendanaan dan Pemerintah sesuai urusan Pemerintah yang diserahkan, kewenangan
memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi
34
34 Daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dan
sumber-sumber daya nasional yang berada di Daerah dan dana perimbangan lainnya.
Pasal 2 UU No 34 Tahun 2000 2.3.1 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan Daerah agar dapat melaksanakan otonomi, Pemerintah Daerah melakukan berbagai
kebijakan perpajakan Daerah diantaranya dengan menetapkan Undang- undang No. 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah. Pemberian
kewenangan dalam pengenaan Pajak dan Retribusi Daerah dapat lebih mendorong Pemerintah Daerah berupaya untuk mengoptimalkan
Pendapatan Asli Daerah PAD, khususnya yang berasal dan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Dalam Undang-undang No. 34 tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah pendukungnya yaitu PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak
Daerah dan PP No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah menjelaskan perbedaan antara jenis pajak yang dipungut oleh Propinsi
dengan jenis pajak yang dipungut oleh KabupatenKota. Dalam Pasal 2 UU No. 34 Tahun 2000 disebutkan bahwa
pajak Propinsi ditetapkan sebanyak 4 empat jenis pajak yaitu:
1 Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;
2 B
ea Balik nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;
3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
4 Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan.
35
35 Jenis pajak Propinsi bersifat limitatif yang berarti Propinsi tidak
dapat memungut pajak lain selain yang telah ditetapkan dan hanya dapat menambah jenis retribusi lainnya sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan dalam Undang-undang. Adanya pembatasan jenis Pajak yang dapat dipungut oleh Propinsi terkait dengan kewenangan Propinsi
sebagai Daerah otonom yang terbatas hanya meliputi kewenangan dalam bidang Pemerintahan yang bersifat lintas Daerah
KabupatenKota dan kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah KabupatenKota. serta kewenangan bidang
Pemerintahan tertentu. Berkaitan dengan besarnya tarif, berlaku definitif untuk Pajak Propinsi ditetapkan secara seragam diseluruh
Indonesia dan diatur dalam PP No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
Pemerintah Daerah KabupatenKota diberi kewenangan untuk memungut 7 tujuh jenis pajak, yaitu:
1 Pajak Hotel;
2 Pajak Restoran;
3 Pajak Hiburan;
4 Pajak Reklame;
5 Pajak Penerangan Jalan;
6 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C;
7 Pajak Parkir.Pasal 2 UU No. 34 Tahun 2000
Jenis pajak Kabupaten tidak bersifat limitatif, artinya Kabupaten diberi peluang untuk menggali potensi sumber-sumber keuangan selain
yang ditetapkan dalam UU. N0. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah, dengan menetapkan sendiri jenis pajak yang bersifat spesifik yang
36
36 ditetapkan dalam Undang undang tersebut. Kriteria yang dimaksud
adalah: a
Bersifat Pajak bukan retribusi; b
Objek Pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah KabupatenlKota yang bersangkutan dan mempunyai
mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah KabupatenKota yang
bersangkutan c
Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum:
d Objek pajak bukan merupakan objek pajak Propinsi
danatau objek pajak pusat e
Potensi memadai; f
Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif; g
Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat:dan
h Menjaga kelestarian Iingkungan.Pasal 2 UU No. 34
Tahun 2000 Besarnya Pajak yang berlaku definitif untuk KabupatenKota
ditetapkan dengan Peraturan Daerah, namun tidak boleh lebih tinggi dan tarif maksimum yang telah ditentukan dalam Undang-undang
tersebut. Dengan adanya pemisahan jenis pajak yang dipungut oleh
37
37 Propinsi dan yang dipungut oleh KabupatenKota diharapkan tidak
adanya Pajak berganda. Selain Pajak Daerah, pendapatan Daerah yang lainnya adalah
Retribusi Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 disebutkan dalam Pasal 1 bahwa ”Retribusi Daerah atau yang
selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin yang khusus disediakan dan
atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Pengelompokan retribusi meliputi: 1
Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemamfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum adalah: a
Retribusi Pelayanan Kesehatan; b
Retribusi Pelayanan PersampahanKebersihan c
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil;
d Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat:
e Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
f Retribusi Pelayanan Pasar;
g Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
38
38 h
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; i
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta; j
Retribusi Pengujian Kapal Perikanan. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakanmenikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan
2 Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial. Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:
a Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
b Retribusi Pasar Grosir danatau Pertokoan
c Retribusi Tempat Pelelangan;
d Retribusi Terminal;
e Retribusi Tempat Khusus Parkir
f Retribusi Tempat PenginapanPesanggrahan Villa;
g Retribusi Penyedotan Kakus;
h Retribusi Rumah Potong Hewan;
i Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal;
j Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga;
k Retribusi Penyeberangan di Atas Air
l Retribusi Pengolahan Limbah Cair:
m Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
39
39 Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakanmenikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.
3 Retribusi Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentiugan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah : a
Retiibusi izin Mendirikan Bangunan; b
Retribusi izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; c
Retribusi izin Gangguan d
Retribusi Izin Trayek. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau
badan yang memperoleh izin tertentu dan Pemerintah Daerah. Dari beberapa jenis Perijinanan tertentu di atas, salah
satunaya adalah Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan IMB;Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001
2.3.2 Tinjauan Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan IMB Bahwa dalam rangka pembinaan, pengawasan dan pengendalian
terhadap Izin Mendirikan Bangunan 1MB serta dalam rangka
40
40 meningkatkan pendapatan Daerah, maka pemberian Izin Mendirikan
Bangunan telah dikenakan pungutan retribusi yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Pemalang Nomor 9 Tahun 2006
Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. 1
Dasar Hukum Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan antana lain: 1
Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Pemalang No.11 Tahun 1986 tentang Garis sempadan.
2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 1992
tentang Izin Mendirikan Bangunan dan Izin Undang-undang Gangguan Bagi Perusahaan Industri.
3 Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 6 Tahun 2006
tentang Bangunan Gedung. 4
Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Izin Mendirikan Bangunan
2 Adapun maksud dan Penerbitan IMB untuk:
1 Mengatur tata letak bangunan sesuai dengan Rencana Daerah
Tata Ruang Kota RDTRK dan Rencana Tata Ruang Kota RTRK Wilayah kota.
2 Mengatur kawasan perumahan dan pemukiman maupun
industri yang berwawasan lingkungan. 3
Mengawasi atau mengarahkan terhadap bentuk bangunan agar sesuai dengan peruntukannya.
4 Melindungi perlindungan hukum bagi pemilik bangunan.
41
41 3
Hal-hal yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Izin Mendirikan Bangunan IMB
sebagaimana tercantum pada pasal 1 adalah sebagai berikut: 1
Daerah adalah Kabupaten Pemalang 2
Pemerintah kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Pemalang
3 Bupati adalah Bupati Pemalang
4 Pejabat adaiah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang
Retribusi Daerah dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
5 Badan adalah sekumpulan orang danalat modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas. Perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau Daerah dengan nama atau bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik atau organisasi sejenis, lembaga bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya.
6 Bangunan adalah bangunan gedung beserta bangunan-
bangunan yang secara langsung merupakan kelengkapan dan bangunan gedung tersebut.
42
42 7
Mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian baik membangun
bangunan baru maupun menambah, merubah, merehabilitasi danatau memperbaiki bangunan yang ada, termasuk
pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan meratakan bangunan
tersebut. 8
Izin Mendirikan Bangunan IMB yang selanjutnya disebut izin adalah izin yang diberikan oleh Bupati kepada orang
pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan yang dimaksud agar desain pelaksanaan pembangunan dan
bangunan dengan Koefisien Dasar Bangunan. Koefisien Luas Bangunan. Koefisien Ketinggian Bangunan yang
ditetapkan dan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.
9 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya
disebut retribusi adalah pembayaran atas pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk mendirikan
bangunan. 10
Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk
melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.
43
43 11
Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk
memanfaatkan izin. 12
Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTRD adalah surat yang digunakan oleh wajib
retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan retribusi.
13 Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.
14 Surat Ketetapan Retribusi Daerah, Kurang Barang
Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat ketetapan yang menentukan tambahan atas retribusi
yang ditetapkan. 15
Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan
retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dan pada
retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang. 16
Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi
danatau sanksi administrasi berupa bunga dandenda.
44
44 17
Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan. SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh wajib retribusi.
18 Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan dan mengolah data danatau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
retribusi dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan.
19 Penyidikan Tindak Pidana di bidang Retribusi adalah
serangkaian tindakan yang dlakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik untuk
mencari serta mengumpulkan bukti itu untuk membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta
menemukan tersangkanya. 20
Subyek dan Obyek Retribusi 21
Dalam Pasal 3 disebutkan Obyek Retribusi adalah pemberian izin mendirikan bangunan. Sedangkan Pasal 4
menyebutkan Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin mendirikan bangunan.
1 Golongan Retribusi
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan IMB dalam Pasal 5 dapat digolongkan sebagai Retribusi
45
45 Perizinan Tertentu. Sedangkan dalam Pasal 8
menyebutkan tarif Izin Mendirikan Bangunan adalah: Besarnya tarif retribusi ditetapkan sebesar
0,25 nol koma dua puluh lima perseratus dan indek harga bangunan.
2 Apabila terdapat perubahan izin dikenakan retribusi
sebesar 50 lima puluh perseratus dan tarif indek harga bangunan.
3 Nilai Koefisien Bangunan di tetapkan sebagai berikut:
4 Tingkat penggunaan jasa izin mendirikan bangunan
diukur dengan rumus yang didasarkan atas faktolantai bangunan, jumlah tingkat bangunan, lokasiDaerah,
lokasi jalan, kelas bangunan dan status bangunan. Faktor-faktor di atas semuanya diberi bobot
koefisien. Daftar koefisien ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 2. Koefisien luas bangunan
No Luas Bangunan
Koefisien
1 2
3 4
5 Bangunan dengan luas sd 100 m
2
Bangunan dengan luas sd 250 m
2
Bangunan dengan luas sd 500 m
2
Bangunan dengan luas sd 1000 m
2
Bangunan dengan luas 1000 m
2
1,00 1,10
1,20 1,30
1,50
Sumber: Pasal 6 Perda Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 Dari tabel 2 di atas menunjukan bahwa koofisien luas bangunan
sd 100 m² ke 1000 m² menunjukan perbandingan yang sangat mencolok semakin besar Luas bangunan semakin besar pula koofisien
46
46 bangunan dikarenakan luas bangunan dan nilai koofisien Tingkat
penggunaan jasa izin mendirikan bangunan diukur dengan rumus yang didasarkan atas faktolantai bangunan, jumlah tingkat bangunan,
lokasiDaerah, lokasi jalan, kelas bangunan dan status bangunan.
Tabel 3. Koefisien Tingkat Bangunan
No Luas Bangunan
Koefisien
1 2
3 4
Bangunan 1 lantai Bangunan 2 lantai
Bangunan 3 lantai Bangunan 4 lantai
1,00 1,20
1,30 1,50
Sumber: Pasal 6 Perda Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006
Dari data tabel 3 tentang koofisien tingkat bangunan menunjukan bahwa koofisien tingkat bangunan dihitung dari luas bangunan bertingkat.
Semakin banyak jumlah lantai atau tingkat bangunan semakin besar pula nilai koofisien banguan.
Tabel 4. Koefisien Guna Bangunan
No Luas Bangunan
Koefisien 1
2 3
4 5
6 7
8 9
Bangunan Sosial Bangunan Perumahan
Bangunan Fasilitas Umum Bangunan Pendidikan
Bangunan KelembagaanKantor Bangunan Perdagangan dan Jasa
Bangunan Industri Bangunan Khusus
Bangunan lain-lain 0,50
1,00 1,00
1,00 0,75
1,20 1,40
1,40 1,60
Sumber: Pasal 6 Perda Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 Dari tabel 4 di atas tentang koofisien guna bangunan menunjukan
bahwa koofisien guna bangunan dihitung dari jenis bangunan masing- masing.
47
47 No Luas
Bangunan Koefisien
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Kota I Kota II
Desa I Desa II
Industri I Industri II
Kawasan Lindung I Kawasan Lindung II
Ribbon Development I Ribbon Development II
Pariwisata I Pariwisata II
1,20 1,00
0,90 0,80
1,20 1,00
1,40 1.40
1,00 0,80
0,80 0,80
Tabel 5. Koefisien Kota Wilayah
Pasal 6PSumber: Perda Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 Dari tabel 5 di atas menunjukan bahwa nilai koofisien dihitung dari
letak kota atau wilayah, kawasan bangunan.sehingga jika letak jenis kota 1 dan letak kota 2 mengalami perbedaan dikarenakan letak kota 1 dan letak
kota 2 mengalami perbedaan jenis kawasan bangunan letak itu bangunan itu sendiri, begitu juga dengan jenis desa 1 dan jenis desa 2, dst.
Tabel 6. Koefisien Kelas Jalan
No Luas Kelas
Jalan Koefisien
1 2
3 4
5 6
7 Bangunan di pinggir jalan Protokol jalan utama kota
Bangunan di pinggir jalan arteri sekunder Bangunan di pinggir jalan kolektor primer
Bangunan di pinggir jalan kolektor sekunder Bangunan di pinggir jalan lokal primer
Bangunan di pinggir jalan lokal sekunder Bangunan di pinggir jalan lingkungan
1,50 1,40
1,30 1,20
1,00 0,90
0,80
Sumber: Pasal 6 Perda Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006
Berdasarkan Dari tabel 6 di atas tingkat penggunaan ijin mendirikan bangunan di dasarkan atas faktor dari nilai koofisien jalan atau letak banguan itu
sendiri. Semakin letak bangunan itu barada dalam letak jaln protokol atau jalan utama kota semakin besar nilai koofisienya begitu juga sebaliknya
48
48
Tabel 7. Koefisien Kelas Bangunan
No Luas Bangunan
Koefisien 1
2 3
Bangunan Permanen Bangunan Semi Permanen
Bangunan Sementara 1.00
0,75 0,50
Sumber: Pasal 6 Perda Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 Berdasarkan dari tabel 7 tingkat penggunaan jasa ijin mendirikan
bangunan diukur dengan rumus yang didasarkan atas faktor koofisien kelas bangunan atau jenis bangunan.
Dalam undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 mengatur tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Dalam Pasal 1 angka 26 disebutkan bahwa, yang dimaksud Retribusi Daerah atau yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan. Retribusi adalah pungutan yang dilakukan secara langsung oleh
negara sehubungan dengan penggunaan jasa yang disediakan oleh negara, baik berupa jasa umum, jasa usaha, jasa perizinan tertentu tanpa mendapat
kontraprestasi dan negara. www. Google retribusi negara.ac.id [accessed 260210].
pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa retribusi adalah pungutan Daerah yang didapat dari masyarakat sebagai pembayaran atas
jasa yang prestasinya dikembalikan dan dalam pelaksanaannya tidak dapat dipaksakan.
49
49 Berdasarkan pengertian retribusi di atas, maka diketahui bahwa
Daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, atau lebih dikenal dengan otonomi Daerah. Dalam
undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 juga mengatur tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri membutuhkan biaya atau uang. Tanpa adanya biaya yang cukup, maka
bukan saja tidak mungkin bagi Daerah untuk dapat menyelenggarakan tugas kewajiban serta kewenangan yang ada padanya dalam mengatur dan
mengurus rumah tangganya. tapi juga ciri pokok yang dan mendasar suatu Daerah menjadi hilang.
Ketentuan mengenai retribusi Izin Mendirikan Bangunan IMB Kabupaten Pemalang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2006,
dan khusus mengenai Tata Cara Memperoleh IMB diatur dalam Keputusan Bupati Nomor 14 Tahun 1998 tentang Tata Cara Memperoleh Izin
Mendirikan Bangunan IMB. Dalam Pasal 1 huruf e disebutkan bahwa: Izin Mendirikan
Bangunan yang selanjutnya disingkat IMB adalah izin membangun yang dikeluarkan oleh Bupati Kepala Daerah Pemalang yang didelegasikan
kepada kepala DPU. Sedangkan pasal 2 disebutkan Barang siapa bermaksud mendirikan bangunan-bangunan harus mengajukan permohonan IMB.
Dengan syarat-syarat antara lain sebagai berikut:
50
50 1
Surat pengantar IMB yang diketahui kepala desakelurahan dan camat setempat.
2 Persetujuan tetangga.
3 Melampirkan turunan surat pemilikanstatus tanah.
4 Melampirkan gambar rencana kontruksi bangunan.
5 Melampirkan perhitungan beton bagi bangunan yang bertingkat.
Sedang dalam Pasal 3 disebutkan tentang bagaimana tata cara memperoleh Izin Mendirikan Bangunan IMB adalah sebagai berikut:
1 Di Cabang DPU
1 Pemohon membawa persyaratan sebagaimana dimaksud
Pasal 2 keputusan ini. 2
Pemohon mengisi formulir model G. 1 3
Kepala Cabang DPU membuat formulir G.II 4
Pemohon membayar biaya 5
Dimasukkan dalam register 2
Di DPU 1
Berkas permohonan IMB yang sudah lengkap dimasukkan dalam register.
2 Dibuatkan surat Keputusan Kepala DPU tentang IMB
dan dikirim ke Cabang DPU. Sedangkan objek retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah
pemberian izin mendirikan bangunan. sedangkan subjek retribusi mendirikan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
51
51 Izin Mendirikan Bangunan yang dikeluarkan oleh Dinas Teknis yang
membidangi adalah Kantor Pelayanan Perijinan Tertentu KPPT
2.4 Kerangka Berfikir