Sumber Keuangan Daerah PELAKSANAAN PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ( STUDI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA CANDISARI SEMARANG).

31 31

2.3 Sumber Keuangan Daerah

Sumber keuangan Daerah sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang dicatat dan dikelola dalam anggaran pendapatan dan belanja Daerah. Sumber-sumber pembiayaan Daerah sesuai dengan ketentuan tersebut. Perimbangan keuangan pusat dan Daerah adalah suatu sistem pembiayaan Pemerintah dalam kerangka negara yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Daerah serta pemerataan antar Daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi. dan kebutuhan Daerah. Tujuan pokok perimbangan keuangan adalah memperdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian Daerah, menciptakan sistem pembiayaan Daerah secara proposional, adil dan trasparan, mewujudkan sistem perimbangan keuangan pusat dan Daerah menjadi acuan dalam alokasi penerimaan Daerah dan menjadi pedoman pokok keuangan Daerah. Dalam rangka menyelenggarakan otonomi Daerah, kewenangan keuangan yang melekat pada setiap Daerah menjadi kewenangan Daerah. Dalam Pasal 157 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa sumber pendapatan asli Daerah terdiri atas: Pendapatan asli Daerah yang selanjutnya di sebut PAD, yaitu: 1 Hasil retribusi Daerah; 2 Hasil pengelolaan Hasil pajak Daerah; 3 kekayaan Daerah yang dipisahkan dan 4 Lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah. 32 32 Pajak Daerah dan retribusi Daerah ditetapkan dengan Undang-undang yang pelaksanaannva di Daerah diatur lebih lanjut dengan Perda. Pemerintah Daerah dilarang melakukan pemungutan atau dengan sebutan lain diluar yang ditetapkan undang-undang. Hasil pengelolaan Daerah yang dipisahkan ditetapkan dengan Perda dengan berpedoman pada peraturan perundang- undangan. 1 Dana perimbangan terdiri dari: 1 Dana alokasi khusus dana yang berasal dari Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. dan penerimaan dari sumber daya alam; 2 Dana alokasi umum dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antara Daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 2 Dana alokasi umum terdiri dari: 1 Dana alokasi umum adalah dana untuk Daerah kabupatenkota dan Dana alokasi umum untuk Daerah propinsi 2 Dana alokasi khusus, adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentukhusus yaitu: 33 33 1 Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan menggunakan rumusan alokasi umum dan atau khusus. 2 Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional dialokasikan berdasarkan usulan Daerah Sektor kegiatan yang tidak dapat dibiayai oleh dana alokasi khusus meliputi biaya administrasi, biaya penyiapan proyek fisik, biaya penelitian, biaya perjalanan pegawai Daerah, dan lain-lain biaya umum yang sejenis. Lain-lain pendapatan Daerah yang sah Lain-lain yang dimaksud meliputi: Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan: a Jasa giro; b Pendapatan bunga; c Keuntungan selisih nilai rupiah terhadap mata uang asing dan Komisi potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dan penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh Daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain berupa kepastian tersedianya pendanaan dan Pemerintah sesuai urusan Pemerintah yang diserahkan, kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi 34 34 Daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dan sumber-sumber daya nasional yang berada di Daerah dan dana perimbangan lainnya. Pasal 2 UU No 34 Tahun 2000 2.3.1 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan Daerah agar dapat melaksanakan otonomi, Pemerintah Daerah melakukan berbagai kebijakan perpajakan Daerah diantaranya dengan menetapkan Undang- undang No. 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah. Pemberian kewenangan dalam pengenaan Pajak dan Retribusi Daerah dapat lebih mendorong Pemerintah Daerah berupaya untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah PAD, khususnya yang berasal dan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam Undang-undang No. 34 tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah pendukungnya yaitu PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan PP No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah menjelaskan perbedaan antara jenis pajak yang dipungut oleh Propinsi dengan jenis pajak yang dipungut oleh KabupatenKota. Dalam Pasal 2 UU No. 34 Tahun 2000 disebutkan bahwa pajak Propinsi ditetapkan sebanyak 4 empat jenis pajak yaitu: 1 Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; 2 B ea Balik nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; 3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; 4 Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. 35 35 Jenis pajak Propinsi bersifat limitatif yang berarti Propinsi tidak dapat memungut pajak lain selain yang telah ditetapkan dan hanya dapat menambah jenis retribusi lainnya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Undang-undang. Adanya pembatasan jenis Pajak yang dapat dipungut oleh Propinsi terkait dengan kewenangan Propinsi sebagai Daerah otonom yang terbatas hanya meliputi kewenangan dalam bidang Pemerintahan yang bersifat lintas Daerah KabupatenKota dan kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah KabupatenKota. serta kewenangan bidang Pemerintahan tertentu. Berkaitan dengan besarnya tarif, berlaku definitif untuk Pajak Propinsi ditetapkan secara seragam diseluruh Indonesia dan diatur dalam PP No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Pemerintah Daerah KabupatenKota diberi kewenangan untuk memungut 7 tujuh jenis pajak, yaitu: 1 Pajak Hotel; 2 Pajak Restoran; 3 Pajak Hiburan; 4 Pajak Reklame; 5 Pajak Penerangan Jalan; 6 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C; 7 Pajak Parkir.Pasal 2 UU No. 34 Tahun 2000 Jenis pajak Kabupaten tidak bersifat limitatif, artinya Kabupaten diberi peluang untuk menggali potensi sumber-sumber keuangan selain yang ditetapkan dalam UU. N0. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah, dengan menetapkan sendiri jenis pajak yang bersifat spesifik yang 36 36 ditetapkan dalam Undang undang tersebut. Kriteria yang dimaksud adalah: a Bersifat Pajak bukan retribusi; b Objek Pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah KabupatenlKota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah KabupatenKota yang bersangkutan c Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum: d Objek pajak bukan merupakan objek pajak Propinsi danatau objek pajak pusat e Potensi memadai; f Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif; g Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat:dan h Menjaga kelestarian Iingkungan.Pasal 2 UU No. 34 Tahun 2000 Besarnya Pajak yang berlaku definitif untuk KabupatenKota ditetapkan dengan Peraturan Daerah, namun tidak boleh lebih tinggi dan tarif maksimum yang telah ditentukan dalam Undang-undang tersebut. Dengan adanya pemisahan jenis pajak yang dipungut oleh 37 37 Propinsi dan yang dipungut oleh KabupatenKota diharapkan tidak adanya Pajak berganda. Selain Pajak Daerah, pendapatan Daerah yang lainnya adalah Retribusi Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 disebutkan dalam Pasal 1 bahwa ”Retribusi Daerah atau yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Pengelompokan retribusi meliputi: 1 Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemamfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum adalah: a Retribusi Pelayanan Kesehatan; b Retribusi Pelayanan PersampahanKebersihan c Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil; d Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat: e Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; f Retribusi Pelayanan Pasar; g Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; 38 38 h Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; i Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta; j Retribusi Pengujian Kapal Perikanan. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakanmenikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan 2 Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial. Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha adalah: a Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; b Retribusi Pasar Grosir danatau Pertokoan c Retribusi Tempat Pelelangan; d Retribusi Terminal; e Retribusi Tempat Khusus Parkir f Retribusi Tempat PenginapanPesanggrahan Villa; g Retribusi Penyedotan Kakus; h Retribusi Rumah Potong Hewan; i Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal; j Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga; k Retribusi Penyeberangan di Atas Air l Retribusi Pengolahan Limbah Cair: m Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah 39 39 Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakanmenikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. 3 Retribusi Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentiugan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah : a Retiibusi izin Mendirikan Bangunan; b Retribusi izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; c Retribusi izin Gangguan d Retribusi Izin Trayek. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dan Pemerintah Daerah. Dari beberapa jenis Perijinanan tertentu di atas, salah satunaya adalah Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan IMB;Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 2.3.2 Tinjauan Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan IMB Bahwa dalam rangka pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap Izin Mendirikan Bangunan 1MB serta dalam rangka 40 40 meningkatkan pendapatan Daerah, maka pemberian Izin Mendirikan Bangunan telah dikenakan pungutan retribusi yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. 1 Dasar Hukum Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan antana lain: 1 Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Pemalang No.11 Tahun 1986 tentang Garis sempadan. 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 1992 tentang Izin Mendirikan Bangunan dan Izin Undang-undang Gangguan Bagi Perusahaan Industri. 3 Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 6 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung. 4 Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Izin Mendirikan Bangunan 2 Adapun maksud dan Penerbitan IMB untuk: 1 Mengatur tata letak bangunan sesuai dengan Rencana Daerah Tata Ruang Kota RDTRK dan Rencana Tata Ruang Kota RTRK Wilayah kota. 2 Mengatur kawasan perumahan dan pemukiman maupun industri yang berwawasan lingkungan. 3 Mengawasi atau mengarahkan terhadap bentuk bangunan agar sesuai dengan peruntukannya. 4 Melindungi perlindungan hukum bagi pemilik bangunan. 41 41 3 Hal-hal yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Izin Mendirikan Bangunan IMB sebagaimana tercantum pada pasal 1 adalah sebagai berikut: 1 Daerah adalah Kabupaten Pemalang 2 Pemerintah kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Pemalang 3 Bupati adalah Bupati Pemalang 4 Pejabat adaiah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku 5 Badan adalah sekumpulan orang danalat modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas. Perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau Daerah dengan nama atau bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi sejenis, lembaga bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya. 6 Bangunan adalah bangunan gedung beserta bangunan- bangunan yang secara langsung merupakan kelengkapan dan bangunan gedung tersebut. 42 42 7 Mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian baik membangun bangunan baru maupun menambah, merubah, merehabilitasi danatau memperbaiki bangunan yang ada, termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan meratakan bangunan tersebut. 8 Izin Mendirikan Bangunan IMB yang selanjutnya disebut izin adalah izin yang diberikan oleh Bupati kepada orang pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan yang dimaksud agar desain pelaksanaan pembangunan dan bangunan dengan Koefisien Dasar Bangunan. Koefisien Luas Bangunan. Koefisien Ketinggian Bangunan yang ditetapkan dan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut. 9 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk mendirikan bangunan. 10 Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. 43 43 11 Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan izin. 12 Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTRD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan retribusi. 13 Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. 14 Surat Ketetapan Retribusi Daerah, Kurang Barang Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat ketetapan yang menentukan tambahan atas retribusi yang ditetapkan. 15 Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dan pada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang. 16 Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi danatau sanksi administrasi berupa bunga dandenda. 44 44 17 Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh wajib retribusi. 18 Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data danatau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan. 19 Penyidikan Tindak Pidana di bidang Retribusi adalah serangkaian tindakan yang dlakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti itu untuk membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya. 20 Subyek dan Obyek Retribusi 21 Dalam Pasal 3 disebutkan Obyek Retribusi adalah pemberian izin mendirikan bangunan. Sedangkan Pasal 4 menyebutkan Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin mendirikan bangunan. 1 Golongan Retribusi Retribusi Izin Mendirikan Bangunan IMB dalam Pasal 5 dapat digolongkan sebagai Retribusi 45 45 Perizinan Tertentu. Sedangkan dalam Pasal 8 menyebutkan tarif Izin Mendirikan Bangunan adalah: Besarnya tarif retribusi ditetapkan sebesar 0,25 nol koma dua puluh lima perseratus dan indek harga bangunan. 2 Apabila terdapat perubahan izin dikenakan retribusi sebesar 50 lima puluh perseratus dan tarif indek harga bangunan. 3 Nilai Koefisien Bangunan di tetapkan sebagai berikut: 4 Tingkat penggunaan jasa izin mendirikan bangunan diukur dengan rumus yang didasarkan atas faktolantai bangunan, jumlah tingkat bangunan, lokasiDaerah, lokasi jalan, kelas bangunan dan status bangunan. Faktor-faktor di atas semuanya diberi bobot koefisien. Daftar koefisien ditetapkan sebagai berikut: Tabel 2. Koefisien luas bangunan No Luas Bangunan Koefisien 1 2 3 4 5 Bangunan dengan luas sd 100 m 2 Bangunan dengan luas sd 250 m 2 Bangunan dengan luas sd 500 m 2 Bangunan dengan luas sd 1000 m 2 Bangunan dengan luas 1000 m 2 1,00 1,10 1,20 1,30 1,50 Sumber: Pasal 6 Perda Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 Dari tabel 2 di atas menunjukan bahwa koofisien luas bangunan sd 100 m² ke 1000 m² menunjukan perbandingan yang sangat mencolok semakin besar Luas bangunan semakin besar pula koofisien 46 46 bangunan dikarenakan luas bangunan dan nilai koofisien Tingkat penggunaan jasa izin mendirikan bangunan diukur dengan rumus yang didasarkan atas faktolantai bangunan, jumlah tingkat bangunan, lokasiDaerah, lokasi jalan, kelas bangunan dan status bangunan. Tabel 3. Koefisien Tingkat Bangunan No Luas Bangunan Koefisien 1 2 3 4 Bangunan 1 lantai Bangunan 2 lantai Bangunan 3 lantai Bangunan 4 lantai 1,00 1,20 1,30 1,50 Sumber: Pasal 6 Perda Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 Dari data tabel 3 tentang koofisien tingkat bangunan menunjukan bahwa koofisien tingkat bangunan dihitung dari luas bangunan bertingkat. Semakin banyak jumlah lantai atau tingkat bangunan semakin besar pula nilai koofisien banguan. Tabel 4. Koefisien Guna Bangunan No Luas Bangunan Koefisien 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bangunan Sosial Bangunan Perumahan Bangunan Fasilitas Umum Bangunan Pendidikan Bangunan KelembagaanKantor Bangunan Perdagangan dan Jasa Bangunan Industri Bangunan Khusus Bangunan lain-lain 0,50 1,00 1,00 1,00 0,75 1,20 1,40 1,40 1,60 Sumber: Pasal 6 Perda Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 Dari tabel 4 di atas tentang koofisien guna bangunan menunjukan bahwa koofisien guna bangunan dihitung dari jenis bangunan masing- masing. 47 47 No Luas Bangunan Koefisien 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kota I Kota II Desa I Desa II Industri I Industri II Kawasan Lindung I Kawasan Lindung II Ribbon Development I Ribbon Development II Pariwisata I Pariwisata II 1,20 1,00 0,90 0,80 1,20 1,00 1,40 1.40 1,00 0,80 0,80 0,80 Tabel 5. Koefisien Kota Wilayah Pasal 6PSumber: Perda Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 Dari tabel 5 di atas menunjukan bahwa nilai koofisien dihitung dari letak kota atau wilayah, kawasan bangunan.sehingga jika letak jenis kota 1 dan letak kota 2 mengalami perbedaan dikarenakan letak kota 1 dan letak kota 2 mengalami perbedaan jenis kawasan bangunan letak itu bangunan itu sendiri, begitu juga dengan jenis desa 1 dan jenis desa 2, dst. Tabel 6. Koefisien Kelas Jalan No Luas Kelas Jalan Koefisien 1 2 3 4 5 6 7 Bangunan di pinggir jalan Protokol jalan utama kota Bangunan di pinggir jalan arteri sekunder Bangunan di pinggir jalan kolektor primer Bangunan di pinggir jalan kolektor sekunder Bangunan di pinggir jalan lokal primer Bangunan di pinggir jalan lokal sekunder Bangunan di pinggir jalan lingkungan 1,50 1,40 1,30 1,20 1,00 0,90 0,80 Sumber: Pasal 6 Perda Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 Berdasarkan Dari tabel 6 di atas tingkat penggunaan ijin mendirikan bangunan di dasarkan atas faktor dari nilai koofisien jalan atau letak banguan itu sendiri. Semakin letak bangunan itu barada dalam letak jaln protokol atau jalan utama kota semakin besar nilai koofisienya begitu juga sebaliknya 48 48 Tabel 7. Koefisien Kelas Bangunan No Luas Bangunan Koefisien 1 2 3 Bangunan Permanen Bangunan Semi Permanen Bangunan Sementara 1.00 0,75 0,50 Sumber: Pasal 6 Perda Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 Berdasarkan dari tabel 7 tingkat penggunaan jasa ijin mendirikan bangunan diukur dengan rumus yang didasarkan atas faktor koofisien kelas bangunan atau jenis bangunan. Dalam undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 mengatur tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam Pasal 1 angka 26 disebutkan bahwa, yang dimaksud Retribusi Daerah atau yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi adalah pungutan yang dilakukan secara langsung oleh negara sehubungan dengan penggunaan jasa yang disediakan oleh negara, baik berupa jasa umum, jasa usaha, jasa perizinan tertentu tanpa mendapat kontraprestasi dan negara. www. Google retribusi negara.ac.id [accessed 260210]. pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa retribusi adalah pungutan Daerah yang didapat dari masyarakat sebagai pembayaran atas jasa yang prestasinya dikembalikan dan dalam pelaksanaannya tidak dapat dipaksakan. 49 49 Berdasarkan pengertian retribusi di atas, maka diketahui bahwa Daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, atau lebih dikenal dengan otonomi Daerah. Dalam undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 juga mengatur tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri membutuhkan biaya atau uang. Tanpa adanya biaya yang cukup, maka bukan saja tidak mungkin bagi Daerah untuk dapat menyelenggarakan tugas kewajiban serta kewenangan yang ada padanya dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya. tapi juga ciri pokok yang dan mendasar suatu Daerah menjadi hilang. Ketentuan mengenai retribusi Izin Mendirikan Bangunan IMB Kabupaten Pemalang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2006, dan khusus mengenai Tata Cara Memperoleh IMB diatur dalam Keputusan Bupati Nomor 14 Tahun 1998 tentang Tata Cara Memperoleh Izin Mendirikan Bangunan IMB. Dalam Pasal 1 huruf e disebutkan bahwa: Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disingkat IMB adalah izin membangun yang dikeluarkan oleh Bupati Kepala Daerah Pemalang yang didelegasikan kepada kepala DPU. Sedangkan pasal 2 disebutkan Barang siapa bermaksud mendirikan bangunan-bangunan harus mengajukan permohonan IMB. Dengan syarat-syarat antara lain sebagai berikut: 50 50 1 Surat pengantar IMB yang diketahui kepala desakelurahan dan camat setempat. 2 Persetujuan tetangga. 3 Melampirkan turunan surat pemilikanstatus tanah. 4 Melampirkan gambar rencana kontruksi bangunan. 5 Melampirkan perhitungan beton bagi bangunan yang bertingkat. Sedang dalam Pasal 3 disebutkan tentang bagaimana tata cara memperoleh Izin Mendirikan Bangunan IMB adalah sebagai berikut: 1 Di Cabang DPU 1 Pemohon membawa persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 2 keputusan ini. 2 Pemohon mengisi formulir model G. 1 3 Kepala Cabang DPU membuat formulir G.II 4 Pemohon membayar biaya 5 Dimasukkan dalam register 2 Di DPU 1 Berkas permohonan IMB yang sudah lengkap dimasukkan dalam register. 2 Dibuatkan surat Keputusan Kepala DPU tentang IMB dan dikirim ke Cabang DPU. Sedangkan objek retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah pemberian izin mendirikan bangunan. sedangkan subjek retribusi mendirikan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh 51 51 Izin Mendirikan Bangunan yang dikeluarkan oleh Dinas Teknis yang membidangi adalah Kantor Pelayanan Perijinan Tertentu KPPT

2.4 Kerangka Berfikir