Tabel 2.4 Porositas Beberapa Bahan sediment Soemarto 1999: 163 Bahan
Porositas Tanah 50-60
Tanah liat 45-55
Lanau silt 40-50
Pasir medium sampai kasar 35-40
Pasir berbutir serba sama uniform 30-40
Pasir halus samapai medium 30-35
Kerikil 30-40 Kerikil berpasir
20-35 Batu pasir
10-20 Shale 1-10
Batu pasir 1-10
2.3 Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir bumi dan kembali ke atmosfir bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi,
presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu.
Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es, hujan gerimis atau kabut. Dalam perjalanan menuju bumi
beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai
tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu alam tiga cara berbeda: 1. Evaporasi transpirasi merupakan air yang ada di laut, di daratan, di
tanaman dsb, kemudian akan menguap ke angkasa atmosfir dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air awan itu akan menjadi
bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun precipitation dalam bentuk
hujan, es dan salju Lembaga Riset dan Pengembangan untuk Lingkungan dan Pembangunan 2006.
2. Infiltarasi perkolasi ke dalam tanah merupakan perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah Bowles dan Hainim 1984: 37.
3. Air permukaan merupakan air yang bergerak di atas permukaan tanah dekat aliran utama dan danau makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori
tanah, maka aliran utama semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain
dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut Lembaga Riset dan
Pengembangan untuk Lingkungan dan Pembangunan 2006.
Gambar 2.8 Siklus Hidrologi air tanah Lembaga Riset dan Pengembangan untuk Lingkungan dan Pembangunan 2006
Saat ini air tanah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan baik untuk industri ataupun irigasi. Di kota-kota besar pemanfaatan air tanah sudah berlangsung lama
baik untuk industri, perhotelan, dan kebutuhan penduduk. Pemompa atau
pengambilan air pada akuifer secara bebas tidak teratur akan mengubah kondisi akuifer menjadi tak jenuh air.
Menurut Kodoatie 1976: 82 berdasarkan litologinya, akuifer dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu:
1. Akuifer bebas Unconfined aquifer Merupakan akuifer jenuh air saturated. Lapisan pembatasnya, yang
merupakan aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard
di lapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Dengan kata lain merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah.
2. Akuifer tertekan Confined aquifer Merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan
bawahnya merupakan aquilude dan tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfir. Pada lapisan pembatasnya tidak air yang mengalir no flux.
3. Semi Confined leaky akuifer Merupakan akuifer yang jenuh air yang di batasi oleh lapisan atas berupa
aquitard dan lapisan bawahnya merupakan aquiclude. Pada lapisan
pembatas di bagian atasnya karena bersifat aquitard masih ada air yang mengalir ke akuifer tersebut influx walaupun konduktivitas hidrauliknya
jauh lebih kecil dibandingkan hidraulik konduktivitas akuifer. Tekanan airnya pada akuifer lebih besar dari tekanan atmosfir. Konduksi hidraulik
yang dimaksudkan disini adalah terkait dengan distribusi ukuran butir tanah dan porositas.
4. Semi Unconfined akuifer Merupakan akuifer yang jenuh air saturated yang dibatasi hanya lapisan
bawahnya yang merupakan akuitard. Pada bagian atasnya ada lapisan pembatas yang mempunyai konduktivitas hidraulik lebih kecil dari pada
konduktivitas hidraulik dari akuifer. Akuifer ini juga mempunyai muka air tanah yang terletak pada lapisan pembatas tersebut.
2.4 Kondisi Fisik Daerah Penelitian