ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

41

BAB 1V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Data yang diambil dari mahasiswa angkatan 2004 sampai dengan angkatan 2005 Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang menggunakan jasa pemondokan anak kos dengan jumlah responden sebanyak 86 mahasiswa. A. Deskripsi Data 1. Deskripsi responden Tahun Angkatan Tabel 4.1 Deskripsi Responden Dilihat Dari Tahun Angkatan No Tahun Angkatan Frekuensi Frekuensi Relatif 1 2004 41 47,67 2 2005 45 52,33 Jumlah 86 100 2. Deskripsi Variabel Penelitian a. Penentuan kualitas Jasa Pemondokan Berikut ini disajikan tabel hasil penilaian penentuan kualitas jasa pemondokan. Tabel 4.2 Penentuan kualitas Jasa Pemondokan No. Interval f fr Interpretasi 1. ≥ 89 11 12,79 Sangat Tinggi 2. 77 – 88 25 29,07 Tinggi 3. 70 – 76 17 19,77 Cukup 4. 42 – 69 33 38,37 Rendah 5. ≤ 41 Sangat Rendah Jumlah 86 100 Keterangan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penentuan kualitas jasa pemondokan terkategori sangat tinggi sebanyak 11 orang 12,79, tinggi sebanyak 25 orang 29,07, cukup sebanyak 17 orang 19,77, rendah sebanyak 33 orang 38,37 dan sangat rendah tidak ada 0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemilihan jasa pemondokan termasuk kategori rendah. Hal ini di dukung dengan perhitungan mean = 74,87, median = 75,00 modus = 65 dan standar deviasi = 10,98. a. Status Sosial Ekonomi Orang tua 1. Komposisi responden berdasarkan pekerjaan pokok : Tabel 4.3 Pekerjaan Pokok Ayah Dan Ibu Ayah Ibu Pekerjaan Pokok f fr f fr 1 Buruhtidak bekerja 11 12,79 16 18,60 2 Petani 12 13,95 15 17,45 3 Pedagang 8 9,30 17 19,77 4 Pegawai swasta 17 19,77 19 22,09 5 PNS 38 44,19 19 22,09 Jumlah 86 100 86 100 Tabel 4.3 menunjukkan jenis pekerjaan pokok ayah dan ibu. Dari tabel diatas diketahui jenis pekerjaan pokok ayah yang bekerja sebagai buruh tidak bekerja sebanyak 11 orang 12,79, petani sebanyak 12 orang 13,95, pedagang sebanyak 8 orang 9,30, pegawai swasta sebanyak 17 orang 19,77 dan PNS sebanyak 38 orang 44,19. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ayah responden bekerja sebagai PNS. Dari tabel 4.3 juga diketahui jenis pekerjaan pokok ibu responden yang bekerja sebagai buruh tidak bekerja sebanyak 16 orang 18,60, petani sebanyak 15 orang 17,45, pedagang sebanyak 17 orang 19,77, pegawai swasta sebanyak 19 orang 22,09 dan PNS sebanyak 19 orang 22,09. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jenis pekerjaan ibu responden sebagian besar adalah pegawai swasta dan PNS. 2. Komposisi responden berdasarkan pekerjaan sampingan : Tabel 4.4 Pekerjaan Sampingan Orangtua No Jenis Pekerjaan f fr 1 Buruhtidak mempunyai pekerjaan sampingan 47 54,65 2 Petani 26 30,23 3 Pedagang 10 11,63 4 Pegawai swasta 3 3,49 5 PNS Jumlah 86 100 Tabel 4.4 menunjukkan jenis pekerjaan sampingan orangtua. Dari tabel diatas diketahui jenis pekerjaan sampingan orangtua yang bekerja sebagai buruh tidak bekerja sebanyak 47 orang 54,65, petani sebanyak 26 orang 30,23, pedagang sebanyak 10 orang 11,63, pegawai swasta sebanyak 3 orang 3,49 dan PNS tidak ada 0. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerjaan sampingan orangtua responden adalah buruhtidak mempunyai pekerjaan sampingan. 3. Komposisi responden berdasarkan pendapatan dari pekerjaan pokok: Tabel 4.5 Pendapatan Ayah Dan Ibu Responden Dari Pekerjaan Pokok Ayah Ibu Pendapatan dari Pekerjaan Pokok f fr f fr 1 Kurang dari Rp750.000,00 21 24,42 30 34,88 2 Rp750.000,00 – Rp1.500.000,00 18 20,93 15 17,44 3 Rp1.500.000,00 – Rp2.250.000,00 22 25,58 18 20,93 4 Rp2.250.000,00 – Rp3.000.000,00 23 26,74 23 26,75 5 Lebih dari Rp3.000.000,00 2 2,33 0 0 Jumlah 86 100 86 100 Tabel 4.5 menunjukkan pendapatan ayah dan ibu responden dari pekerjaan pokok. Dari tabel diatas diketahui tingkat pendapatan ayah responden berpendapatan kurang dari Rp750.000,00 sebanyak 21 orang 24,42 , berpendapatan Rp750.000,00 – Rp21.500.000,00 sebanyak 18 orang 20,93, berpendapatan Rp1.500.000,00 – Rp2.250.000,00 sebanyak 22 orang 25,58, berpendapatan Rp2.250.000,00 – Rp3.000.000,00 sebanyak 23 orang 26,74 dan berpendapatan Lebih dari Rp3.000.000,00 sebanyak 2 orang 2,33. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pendapatan ayah responden dari pekerjaan pokok adalah Rp1.500.000,00 – Rp2.000.000,00. Dari tabel 4.5 juga diketahui tingkat pendapatan ibu responden berpendapatan kurang dari Rp750.000,00 sebanyak 30 orang 34,88, berpendapatan Rp750.000,00 – Rp1.500.000,00 sebanyak 15 orang 17,44, berpendapatan Rp 1.500.000,00 – Rp2.250.000,00 sebanyak 18 orang 20,93, berpendapatan Rp 2.250.000,00 – Rp3.000.000,00 sebanyak 23 orang 26,75 dan berpendapatan Lebih dari Rp 3.000.000,00 sebanyak 0 orang 0. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pendapatan ibu responden dari pekerjaan pokok adalah kurang dari Rp 750.000,00. 4. Komposisi responden berdasarkan pendapatan dari pekerjaan sampingan: Tabel 4.6 Pendapatan Orangtua Dari Pekerjaan Sampingan No Pendapatan f fr 1 Kurang dari Rp750.000,00 65 75,58 2 Rp750.000,00 – Rp1.500.000,00 14 16,28 3 Rp1.500.000,00 – Rp2.250.000,00 3 3,48 4 Rp2.250.000,00 – Rp3.000.000,00 2 2,33 5 Lebih dar Rp 3.000.000,00 2 2,33 Jumlah 86 100 Tabel 4.6 menunjukkan pendapatan dari pekerjaan sampingan orangtua responden. Dari tabel diatas diketahui tingkat pendapatan orangtua responden dari pekerjaan sampingan berpendapatan kurang dari Rp750.000,00 sebanyak 65 orang 75,58, berpendapatan Rp750.000,00 – Rp1.500.000,00 sebanyak 14 orang 16,28, berpendapatan Rp1.500.000,00 – Rp2.250.000,00 sebanyak 3 orang 3,48, berpendapatan Rp 2.250.000,00 – Rp3.000.000,00 sebanyak 2 orang 2,33 dan berpendapatan Lebih dari Rp 3.000.000,00 sebanyak 2 orang 2,33. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pendapatan orangtua responden dari pekerjaan sampingan adalah kurang dari Rp 750.000,00. Selanjutnya untuk mengetahui tinggi rendahnya status sosial ekonomi orangtua secara keseluruhan dibuat kategorisasi yang mengacu pada Penilaian Acuan Patokan PAP tipe II Ig Masidjo, 1995:157 sebagai berikut: Tabel 4.7 Status Sosial Ekonomi Orangtua No. Interval f fr Interpretasi 1 ≥ 25 Sangat Tinggi 2 22 – 24 3 3,49 Tinggi 3 19 – 21 20 23,26 Cukup 4 17 – 18 13 15,11 Rendah 5 ≤ 16 50 58,14 Sangat rendah Jumlah 86 100 Keterangan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa status sosial ekonomi orangtua terkategori sangat tinggi sebanyak 0 orang 0, tinggi sebanyak 3 orang 3,49, cukup sebanyak 20 orang 23,26, rendah sebanyak 13 orang 15,11 dan sangat rendah sebanyak 50 orang 58,14. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi orangtua termasuk kategori sangat rendah. Hal ini di dukung dengan perhitungan mean = 14,86, median = 15, 00, modus = 19 dan standar deviasi = 4,67. b. Kultur Keluarga 1 power distance Tabel 4.8 Kultur Keluarga Responden Pada Dimensi Power Distance No. Interval f fr Interpretasi 1 10,29 11 12,79 Sangat tinggi 2 8,94 – 10,29 21 24,42 Tinggi 3 8,04 - 8,94 Cukup 4 7,14 - 8,04 15 17,44 Rendah 5 7,14 39 45,35 Sangat rendah Jumlah 86 100 Keterangan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6 Tabel 4.8 menunjukkan bahwa 11 reponden 12,79 yang power distance kecil adalah sangat tinggi, 21 responden 24,42 yang power distance kecil adalah tinggi, tidak ada responden 0 yang sedang, yang artinya berada antara power distance kecil dan power distance besar, 15 responden 17,44 yang power distance besarnya adalah tinggi dan 39 responden 45,35 yang power distance besarnya adalah sangat tinggikuat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berasal dari keluarga dengan power distance besar. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 8,12 median = 8,00, modus = 6, dan standar deviasi = 1,91. 2 Individualism vs Collectivism Tabel 4.9 Kultur Keluarga Responden Pada Dimensi Collectivism vs Individualism No. Interval f fr Interpretasi 1 ≥ 24 Sangat tinggi 2 21 – 23 26 30,23 Tinggi 3 19 – 20 23 26,74 Cukup 4 17 – 18 24 27,91 Rendah 5 ≤ 16 13 15,12 Sangat rendah Jumlah 86 100 Keterangan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa tidak ada responden 0 yang Individualism adalah sangat tinggi, 26 reponden 30,23 Individualism adalah tinggi, 23 responden 26,74 sedang, yang artinya berada antara collectivism dan Individualism , 24 responden 27,91 yang collectivism tinggikuat dan 13 responden 15,12 yang collectivism sangat tinggikuat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden adalah responden yang Individualism tinggi. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 18,81, median = 19,00, modus = 21 dan standar deviasi = 2,25. 3 Masculinity vs Femininity Tabel 4.10 Kultur Keluarga Responden Pada Dimensi Masculinity vs Femininity No. Interval f fr Interpretasi 1 13,72 9 10,47 Sangat tinggi 2 11,92 – 13,72 31 36,04 Tinggi 3 10,72 – 11,92 20 23,26 Cukup 4 9,52 – 10,72 16 18,60 Rendah 5 9,52 10 11,63 Sangat rendah Jumlah 86 100 Keterangan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6 Tabel 4.10 menunjukkan bahwa 9 responden 10,47 Masculinityn ya sangat tinggi, 31 responden 36,04 Masculinity nya tinggi, 20 responden 23,26 sedang, yang yang artinya berada antara masculinity dan femininity, 16 responden 18,60 merupakan responden yang femininitynya tinggikuat dan 10 responden 11,63 yang femininitynya sangat tinggikuat Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden adalah responden yang Masculinity nya tinggi. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 11,41, median = 11,00, modus = 11, dan standar deviasi = 1,70. 4 Uncertainty Avoidance Tabel 4.11 Kultur Keluarga Responden Pada Dimensi Uncertainty Avoidance No. Interval f fr Interpretasi 1 10,29 Sangat tinggi 2 8,94 – 10,29 8 9,30 Tinggi 3 8,04 - 8,94 Cukup 4 7,14 - 8,04 11 12,79 Rendah 5 7,14 67 77,91 Sangat rendah Jumlah 86 100 Keterangan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran6 Tabel 4.11 menunjukkan bahwa tidak ada responden 0 yang uncertainty avoidance lemah adalah sangat tinggi, 8 responden 9,30yang uncertainty avoidance lemah adalah tinggi, 11 responden 9,30 uncertainty avoidancenya kuat, dan 67 responden 77,91 uncertainty avoidancenya sangat sangat tinggikut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden adalah responden dengan Uncertainty Avoidance kuat. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 6,65 median = 7,00, modus = 7, dan standar deviasi = 1,34. Maka kultur keluarga secara keseluruhan adalah: Tabel 4.12 Kultur Keluarga No. Interval f fr Interpretasi 1 ≥ 58 Sangat tinggi 2 51 – 57 7 8,14 Tinggi 3 46– 50 30 34,88 Cukup 4 40 – 45 42 48,84 Rendah 5 ≤ 39 7 8,14 Sangat rendah Jumlah 86 100 Keterangan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6 Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada responden 0 dengan kultur keluarga sangat tinggi, 7 responden 8,14 dengan kultur keluarga yang tinggi, 30 responden 34,88, 42 responden 48,84 dan 7 responden 8,14 dengan kultur keluarga sangat rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kultur keluarga responden termasuk kategori rendah atau tidak kondusif. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 44,99, median = 45,00, modus = 43, dan standar deviasi = 4,04. A. Analisis Data 1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data setiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan program SPSS. Dari hasil pengujian One-Sample Kolmogorof-Smirnov dapat diketahui bahwa data untuk variabel kultur keluarga, status sosial ekonomi orangtua dan pemilihan jasa pemondokan berdistribusi normal karena asymp.sig 2 tailed dari α . Berikut ini disajikan tabel ringkasan hasil pengujian normalitas lampiran 4 hal 92: Tabel 4.13 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Asymp.sig 2-tailed α Kesimpulan 1. Penentuan Kualitas Jasa Pemondokan Y 0,337 0,05 Normal 2. Status Sosial Ekonomi Orangtua X1 0,300 0,05 Normal 3. Kultur Keluarga X2 0,276 0,05 Normal b. Uji Linieritas Uji linieritas ini dilakukan dengan menggunakan statistik uji F pada tingkat signifikansi 5. Hasil pengujian antara variabel status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan didapat F hitung sebesar 1,123 pada df pembilang 16 dan df penyebut 68. Karena F hitung F tabel atau 1,123 1,795 maka hubungan linier. Lampiran 4 hal 93. 2. Pengujian Hipotesis a. Rumusan Hipotesis H = Tidak ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. a H = Ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial konomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. b. Pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan teknik regresi dalam program SPSS versi 10,00. Hipotesis menyatakan bahwa adanya pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Jika nilai signifikansi koefisien regresi ρ lebih kecil dari taraf signifikansi α maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. c. Penarikan Kesimpulan Variabel kultur keluarga terdiri dari 4 dimensi sehingga berikut ini disajikan hipotesis masing-masing dimensi tersebut yang meliputi : 1 Dimensi Power Distance Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 hal 101 : Y = 188,087 - 7,468X 1 + 2,271X 2 a – 0,132 X 1 X 2 a Keterangan : Y = Penentuan kualitas jasa pemondokan X 1 = Variabel status sosial ekonomi orangtua X 2 a = Variabel power distance X 1 X 2 a=Nilai interaksi antara variabel status sosial ekonomi orangtua dengan variabel power distance 3 2 1 , , β β β = Koefisien regresi besaran pengaruh Hasil Pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel status sosial ekonomi orangtua dengan variabel kultur keluarga power distance terhadap penentuan kualitas jasa pemondokan adalah - 0,132. Nilai signifikansi koefisien regresi ρ dari interaksi status sosial ekonomi orangtua dengan kultur keluarga dimensi power distance terhadap penentuan kualitas jasa pemondokan menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,343 α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga dimensi power distance pada hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan adalah tidak signifikan . Artinya pada responden yang berasal dari keluarga dengan power distance besar ataupun kecil tidak mempengaruhi hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan 2 Dimensi Individualism vs Collectivism Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 76 hal 101 : Y = 188,087 - 7,468X 1 - 6,751X 2 b + 0,406 X 1 X 2 b Keterangan : Y = Penentuan kualitas jasa pemondokan X 1 = Variabel status sosial ekonomi orangtua X 2 b = Variabel individualism vs collectivism X 1 X 2 b=Nilai interaksi antara variabel status sosial ekonomi orangtua dengan variabel individualism vs collectivism 3 2 1 , , β β β = Koefisien regresi besaran pengaruh Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel status sosial ekonomi orangtua dengan variabel kultur keluarga individualism vs collectivism terhadap penentuan kualitas jasa pemondokan adalah 0,406. Nilai signifikansi koefisien regresi ρ dari interaksi status sosial ekonomi orangtua dengan kultur keluarga dimensi individualism vs collectivism terhadap penentuan kualitas jasa pemondokan menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,001 α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga dimensi individualism vs collectivism pada hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan adalah signifikan. Artinya pada responden yang berasal dari keluarga yang cenderung semakin individual maka semakin kuat hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Semakin kuat artinya adalah status sosial ekonomi orangtua mempunyai hubungan positif dengan penentuan kualitas jasa pemondokan pada responden yang berasal dari kultur keluarga yang berpotensi individualis. 3 Dimensi Masculinity vs Femininity Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 hal 101 : Y = 188,087 - 7,468X 1 - 5,047X 2 c + 0,326 X 1 X 2 c Keterangan : Y = Penentuan kualitas jasa pemondokan X 1 = Variabel status sosial ekonomi orangtua X 2 c = Variabel masculinity vs femininity X 1 X 2 c=Nilai interaksi antara variabel status social ekonomi orangtua dengan variabel masculinity vs femininity 3 2 1 , , β β β = Koefisien regresi besaran pengaruh Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel status sosial ekonomi orangtua dengan variabel kultur keluarga masculinity vs femininity terhadap penentuan kualitas jasa pemondokan adalah 0,326. Nilai signifikansi koefisien regresi ρ dari interaksi status sosial ekonomi orangtua dengan kultur keluarga dimensi masculinity vs femininity terhadap penentuan kualitas jasa pemondokan menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,034 α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga dimensi masculinity vs femininity pada hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan adalah signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari keluarga yang cenderung maskulin maka semakin kuat hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Semakin kuat artinya adalah status sosial ekonomi orangtua mempunyai hubungan positif dengan penentuan kualitas jasa pemondokan pada responden yang berasal dari kultur keluarga yang berpotensi maskulin. 4 Dimensi Uncertainty Avoidance Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 hal 101 : Y = 188,087 - 7,468X 1 + 7,291X 2 d – 0,380 X 1 X 2 d Keterangan : Y = Penentuan kualitas jasa pemondokan X 1 = Variabel status sosial ekonomi orangtua X 2 d = Variabel uncertainty avoidance X 1 X 2 d=Nilai interaksi antara variabel status sosial ekonomi orangtua dengan variabel uncertainty avoidance 3 2 1 , , β β β = Koefisien regresi besaran pengaruh Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel status sosial ekonomi orangtua dengan variabel kultur keluarga uncertainty avoidance terhadap penentuan kualitas jasa pemondokan adalah -0,380. Nilai signifikansi koefisien regresi ρ dari interaksi status sosial ekonomi orangtua dengan kultur keluarga dimensi uncertainty avoidance terhadap penentuan kualitas jasa pemondokan menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,109 α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga dimensi uncertainty avoidance pada hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan adalah tidak signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari keluarga dengan tingkat kecemasan uncertainty avoidance sangat kuat ataupun lemah tidak mempengaruhi hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa ada pengaruh kultur keluarga secara keseluruhan terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan pemilihan jasa pemondokan adalah sebagai berikut lampiran 7 hal 103 Y = 211,730 – 8,431X 1 - 3,124X 2 + 0,193 X 1 X 2 Keterangan : Y = Penentuan kualitas jasa pemondokan X 1 = Variabel status sosial ekonomi orangtua X 2 = Variabel kultur keluarga X 1 X 2 = Nilai interaksi antara variabel status sosial ekonomi orangtua dengan variabel kultur keluarga 3 2 1 , , β β β = Koefisien regresi besaran pengaruh Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel status sosial ekonomi orangtua dengan variabel kultur keluarga terhadap penentuan kualitas jasa pemondokan adalah 0,193. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Nilai signifikansi koefisien regresi ρ dari interaksi status sosial ekonomi orangtua dengan kultur keluarga terhadap penentuan kualitas jasa pemondokan menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,007 α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga pada hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan pemilihan jasa pemondokan adalah signifikan. Secara umum, hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan awal penelitian bahwa ada pengaruh kultur keluarga terhadap status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. B. Pembahasan Hasil Penelitian Pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Rata-rata pemilihan jasa pemondokan 74,87 dengan standar deviasi 10,98. Rata - rata status sosial ekonomi orangtua 14,86 dengan standar deviasi 4,67. Nilai koefisien korelasi antara variabel status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan sebesar 0,124 maka dapat dikatakan bahwa hubungan status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara kultur keluarga perdimensi terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan sebesar 0,508 maka dapat dikatakan bahwa hubungan status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan terkategorikan sedang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi kultur keluarga perdimensi dengan status sosial ekonomi orangtua memperkuat hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Pada hasil penelitian untuk kultur keluarga secara keseluruhan didapat nilai koefisien korelasi antara kultur keluarga keseluruhan terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan sebesar 0,317 maka dapat dikatakan bahwa hubungan status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan terkategorikan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi kultur keluarga perdimensi dengan status sosial ekonomi orangtua memperlemah hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Selanjutnya untuk menguji ada tidaknya pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan dilakukan analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow, dengan variabel dummy kultur keluarga. Pada penelitian ini variabel kultur keluarga diuji perdimensi dan secara keseluruhan. Maka persamaan regresinya adalah : 1. Dimensi Power Distance Y = 188,087 - 7,468X 1 + 2,271X 2 a – 0,132 X 1 X 2 a Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kultur keluarga power distance terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan.Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel status sosial ekonomi orangtua dengan variabel kultur keluarga power distance terhadap penentuan kualitas jasa pemondokan adalah - 0,132 dan nilai probabilitas ρ =0,343 lebih besar dari alpa α = 0,05, artinya pada responden yang berasal dari kultur keluarga berpotensi power distance, baik pada power distance yang besar ataupun power distance yang kecil tidak mempengaruhi hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. 2. Dimensi Individualism vs Collectivism Y = 188,087 - 7,468X 1 - 6,751X 2 b + 0,406 X 1 X 2 b Hasil pengujian ini juga menunjukkan bahwa ada pengaruh kultur keluarga individualism vs collectivism terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel status sosial ekonomi orangtua dengan variabel kultur keluarga individualism vs collectivism terhadap penentuan kualitas jasa pemondokan adalah 0,406 dan nilai probabilitas ρ = 0,001 lebih kecil dari alpa α = 0,05, artinya pada responden yang berasal dari kultur keluarga yang berpotensi individualis maka semakin kuat hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Pada kultur keluarga yang berpotensi individualis akan tercipta keterbukaan dalam keluarga, mendorong anggota keluarganya untuk mandiri, menekankan tanggung jawab dan hak-hak pribadinya, dimana anak akan dapat lebih mandiri dan diberi kebebasan dalam memilih tempat tinggal kos. Sedangkan pada responden yang berasal dari kultur keluarga yang berpotensi collectivism maka semakin lemah hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan pemilihan jasa pemondokan. Pada kultur keluarga yang berpotensi collectivism anak kurang dapat mandiri karena tergantung pada kelompoknya. Keluarga yang berpotensi collectivism akan cenderung mekankan pada kewajiban pada anggota keluarga daripada hak-hak pribadinya. 3. Dimensi Masculinity vs Femininity Y = 188,087 - 7,468X 1 - 5,047X 2 c + 0,326 X 1 X 2 c Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kultur keluarga masculinity vs femininity terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel status sosial ekonomi orangtua dengan variabel kultur keluarga masculinity vs femininity terhadap penentuan kualitas jasa pemondokan adalah 0,326 dan nilai probabilitas ρ =0,034 lebih kecil dari alpa α = 0,05, artinya pada responden yang berasal dari kultur keluarga yang berpotensi masculinity maka semakin kuat hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Pada kultur keluarga yang berpotensi masculinity lebih menekankan pada asertivitas, prestasi dan performasi dimana anak akan lebih mandiri dan diberi kebebasan untuk memilih.Sedangkan pada responden yang berasal dari kultur keluarga yang berpotensi femininity maka semakin lemah hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Keluarga yang berpegang pada nilai femininity akan lebih mengutamakan pada hubungan interpersonal, keharmonisan dalam keluarga sehingga membuat anak lebih tergantung pada kelompoknya kurang mandiri. 4. Dimensi Uncertainty Avoidance. Y = 188,087 - 7,468X 1 + 7,291X 2 d – 0,380 X 1 X 2 d Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kultur keluarga uncertainty avoidance terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel status sosial ekonomi orangtua dengan variabel kultur keluarga uncertainty avoidance terhadap penentuan kualitas jasa pemondokan adalah - 0,380 dan nilai probabilitas ρ = 0,109 lebih besar dari alpa α = 0,05, artinya pada responden yang berasal dari kultur keluarga berpotensi uncertainty avoidance , baik pada uncertainty avoidance yang kuat ataupun uncertainty avoidance yang lemah tidak mempengaruhi hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Selanjutnya untuk pengujian kultur keluarga secara keseluruhan diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 211,730 – 8,431X 1 - 3,124X 2 + 0,193 X 1 X 2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kultur keluarga keseluruhan terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel status sosial ekonomi orangtua dengan variabel kultur keluarga terhadap pemilihan jasa pemondokan adalah 0,193 dan nilai probabilitas ρ = 0,007 lebih kecil dari alpa α = 0,05, artinya pada responden yang berasal dari kultur keluarga yang berpotensi power distance kecil, Individualism, masculinity dan uncertainty avoidancenya lemah maka semakin kuat hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Pada kultur keluarga yang demikian akan tercipta keterbukaan dalam keluarga, ketaatan pada peraturan dalam keluarga atau norma, rasa hormat, anak didorong lebih mandiri sehingga anak lebih diberi kebebasan untuk memilih tempat tinggal kos. Deskripsi kultur keluarga menunjukkan bahwa sebagian besar responden terkategorikan mempunyai power distance besar 3945,35 , individualis 2630,23, masculinity 3136,04 dan uncertainty avoidance yang kuat 6777,91. Responden yang berasal dari keluarga dengan power distance besar akan cenderung mengembangkan aturan, mekanisme atau kebiasaan-kebiasaan dalam mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan dalam keluarga. Responden yang berasal dari keluarga dengan ciri individualism mendorong anggota keluarganya untuk mandiri dan merealisasikan hak-hak pribadinya. Responden yang berasal dari keluarga yang bercirikan masculinity lebih menekankan pada asertivitas, prestasi dan performasi dimana anak lebih mandiri dan diberi kebebasan untuk memilih. Responden yang berasal dari keluarga yang bercirikan uncertainty avoidance yang kuat kurang mampu menyikapi situasi ketidakpastian sebagai sesuatu yang wajar, cemas menghadapi persoalan hidup dan tidak fleksibel dalam penetapan aturan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan. Responden yang berasal dari kultur keluarga individualis , dan masculinity lebih memberikan kesempatan pada responden untuk lebih mandiri dan diberi kebebasan dan kepercayaan untuk memilih tempat tinggal kos yang sesuai dengan keinginanya yang berfasilitas dan yang tidak berfasilitas. 67

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar ditinjau dari lingkungan belajar : studi kasus mahasiswa Program Studi Akuntansi angkatan 2010, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sanata Dha

0 0 138

Hubungan antara motivasi belajar dan status sosial ekonomi keluarga dengan prestasi belajar mahasiswa : studi kasus mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2009.

0 0 125

Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dan status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru : studi kasus pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi USD Angkatan 2002-2004.

0 1 143

Hubungan prestasi belajar mata kuliah-mata kuliah akuntansi mahasiswa dengan motivasi mahasiswa mengajar akuntasni di sekolah : studi kasus mahasiswa program studi pendidikan akuntansi angkatan 2002-2003, jurusan pendidikan ilmu pengetahuan sosial USD Yk.

0 0 108

Pengaruh frekuensi menonton iklan di televisi terhadap sikap konsumen Pond`s White Beauty Facial Foam ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

0 0 169

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN SOSIAL FAK

0 0 2

Hubungan prestasi belajar mata kuliah-mata kuliah akuntansi mahasiswa dengan motivasi mahasiswa mengajar akuntasni di sekolah : studi kasus mahasiswa program studi pendidikan akuntansi angkatan 2002-2003, jurusan pendidikan ilmu pengetahuan sosial USD Yk.

0 0 106

Pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan : studi kasus pada mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2004-2005, jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fak.

0 0 140

Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dan status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru : studi kasus pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi USD Angkatan 2002-2004 - USD Rep

0 0 141

Hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar ditinjau dari lingkungan belajar : studi kasus mahasiswa Program Studi Akuntansi angkatan 2010, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sanata Dha

0 0 136