Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dan status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru : studi kasus pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi USD Angkatan 2002-2004.

(1)

vi

ABSTRAK

PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESI GURU DAN STATUS

SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN MINAT MAHASISWA UNTUK BEKERJA MENJADI GURU

Studi kasus pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2002-2004 Universitas Sanata Dharma

Yunita Rosalia Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh: 1) jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru, 2) jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru, 3) jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dan status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru.

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma pada bulan Oktober 2006. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2002 sampai 2004 yang berjumlah 263 orang. Sampel yang diambil sebanyak 72 orang untuk mahasiswa berjenis kelamin wanita dan 28 orang untuk mahasiswa berjenis kelamin pria. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah propotional random sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik regresi dengan variabel dummy.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) tidak terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru karena nilai coefficients regresi interaksi antara dummy (jenis kelamin) dengan persepsi mahasiswa tentang profesi guru sebesar 0,052 dengan ρsebesar 0,139 atau probabilitas di atas 0,05; 2) tidak terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru karena karena nilai coefficients regresi interaksi antara dummy (jenis kelamin) dengan status sosial ekonomi keluarga sebesar 0,002 dengan ρsebesar 0,993 atau probabilitas di atas 0,05


(2)

vii ABSTRACT

The Effect of Sex Toward the Relationship Between University Student’s Perception About the Profession of Teacher and Family Economical-Status

With The University Student’s Interest to Work as Teacher

A Case Study in Students of Accounting Education at the Academic Year 2002-2004

Of Sanata Dharma University Yunita Rosalia

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

This research purposes are to know the effects of 1) sex toward the relationship between student’s perception about an occupation as a teacher with student’s interest to be a teacher; 2) sex toward the relationship between social-economic status of the family with the student’s interest to be a teacher, 3) sex toward the relationship between student’s perception about occupation as a teacher and social-economic status of the family with the student’s interest to be teacher.

This research was conducted at Sanata Dharma University on October 2006. The population in this reseach was Acounting Education Student’s from class of 2002-2004 consisted of 203 students. The sampel were 72 femele student and 28 male students. Which were taken by the propotional Random Sampling method. The data was collected using questionnaire, interviews, and documentation. The data was analysed by using regression technique with dummy variable.

The results of the research show: 1) there is no inffluence of sex toward the relationship between student ’s perception about profession as a teacher with student’s interest to be a teacher because the value of interaction regression coefficient between dummy (sex) and student’s perception about profession as a teacher is 0,052 with ρ= 0,139 or probability is above 0,05; 2) There is no sex influence toward the relationship between social-economy status of the family with the student’s interest to be a teacher because the value of interaction regression coefficient between dummy (sex) and social- economy status of the family is 0,002 with ρ= 0,993 or brobability is above 0,05.


(3)

PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP HUBUNGAN

ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESI

GURU DAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA

DENGAN MINAT MAHASISWA UNTUK BEKERJA

MENJADI GURU

Studi Kasus Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Angkata n 2002-2004

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Akuntansi

Disusun oleh : Yunita Rosalia

021334025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007


(4)

(5)

(6)

iv

Percayakan perkaramu kepada Allah sedemikian,

seakan-akan segalanya hanya tergantung kepadaN Y a, dan pada saat

yang sama barupayalah sedemikian rupa, seakan-akan

segalanya hanya tergantung pada usahamu.

St. Ignatius de Loyala

Skripsi ini kupersembahkan untuk mamaku yang tercinta

M akasih ‘ma…atas segala usaha mama, ketabahan mama, doa

mama dan keprasahan mama hingga lieya bisa menyelesaikan

sekolah. Lieya j anj i ini awal yang baik buat lieya bisa

balas semua yang udah mama kasih ke lieya slama ini.


(7)

(8)

vi

ABSTRAK

PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESI GURU DAN STATUS

SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN MINAT MAHASISWA UNTUK BEKERJA MENJADI GURU

Studi kasus pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2002-2004 Universitas Sanata Dharma

Yunita Rosalia Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh: 1) jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru, 2) jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru, 3) jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dan status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru.

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma pada bulan Oktober 2006. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2002 sampai 2004 yang berjumlah 263 orang. Sampel yang diambil sebanyak 72 orang untuk mahasiswa berjenis kelamin wanita dan 28 orang untuk mahasiswa berjenis kelamin pria. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah propotional random sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik regresi dengan variabel dummy.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) tidak terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru karena nilai coefficients regresi interaksi antara dummy (jenis kelamin) dengan persepsi mahasiswa tentang profesi guru sebesar 0,052 dengan ρsebesar 0,139 atau probabilitas di atas 0,05; 2) tidak terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru karena karena nilai coefficients regresi interaksi antara dummy (jenis kelamin) dengan status sosial ekonomi keluarga sebesar 0,002 dengan ρsebesar 0,993 atau probabilitas di atas 0,05


(9)

vii ABSTRACT

The Effect of Sex Toward the Relationship Between University Student’s Perception About the Profession of Teacher and Family Economical-Status

With The University Student’s Interest to Work as Teacher

A Case Study in Students of Accounting Education at the Academic Year 2002-2004

Of Sanata Dharma University Yunita Rosalia

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

This research purposes are to know the effects of 1) sex toward the relationship between student’s perception about an occupation as a teacher with student’s interest to be a teacher; 2) sex toward the relationship between social-economic status of the family with the student’s interest to be a teacher, 3) sex toward the relationship between student’s perception about occupation as a teacher and social-economic status of the family with the student’s interest to be teacher.

This research was conducted at Sanata Dharma University on October 2006. The population in this reseach was Acounting Education Student’s from class of 2002-2004 consisted of 203 students. The sampel were 72 femele student and 28 male students. Which were taken by the propotional Random Sampling method. The data was collected using questionnaire, interviews, and documentation. The data was analysed by using regression technique with dummy variable.

The results of the research show: 1) there is no inffluence of sex toward the relationship between student ’s perception about profession as a teacher with student’s interest to be a teacher because the value of interaction regression coefficient between dummy (sex) and student’s perception about profession as a teacher is 0,052 with ρ= 0,139 or probability is above 0,05; 2) There is no sex influence toward the relationship between social-economy status of the family with the student’s interest to be a teacher because the value of interaction regression coefficient between dummy (sex) and social- economy status of the family is 0,002 with ρ= 0,993 or brobability is above 0,05.


(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis haturkan kepada Yesus Kristus atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulisan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Didalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulisan telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahawa hasil yang disajikan belum merupakan hasil yang sempurna karena masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.

Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan skripsi ini penulis tidak lepas berkat bimbingan dan bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, untuk itu tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. FX. Muhadi, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si, selaku dosen pembimbing II yang memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 3. S. Widanarto, S.Pd., M,Si, selaku Kaprodi beserta Staf Sekertariat Pendidikan

Akuntansi yang telah memberikan ijin serta telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu penulis selama melakukan penelitian.

4. Romo, Bapak, Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu penulis selama menuntut ilmu di Universitas sanata Dharma.


(11)

ix

5. Mamaku tercinta dan kakakku yang dengan sabar dan penuh kasih sayang memberikan dukungan secara material maupun spiritual. Makasih buat semuanya ‘ma...”I Love U”.

6. Polin dan Nandhut yang selalu menemani serta memberikan dukungan selama penyusunan skripsi.

7. Teman-temanku anak Arimbi 5 yang selalu memberikan dorongan dan semangat.

8. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

Yogyakarta, Januari 2007


(12)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERSYATAAN KEASLIAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Tinjauan Teoritik ... 8

1.Minat ... 8

2.Persepsi ... 10

3.Status Sosial Ekonomi Keluarga ... 15

4.Jenis Kelamin ... 21

5.Rangkuman Hasil Tinjauan Hasil Teoritis Tentang Pengaruh Antar Variabel ... 22

B. Rasionalitas Penelitian ... ... 31


(13)

xi

D. Hipotesis ... ... 32

BAB III METODA PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 34

C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian... 34

D. Populasi dan Sampel penelitian... 35

E. Variabel Penelitian dan Indikator Penelitian ... 36

F. Data yang Dibutuhkan ... 42

G. Teknik Pengumpulan Data... 42

H. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 56

A. Deskriptif Data ... 56

B. Teknik Analisis Data ... 66

C. Pengujian Hipotesis ... ... 70

D. Pembahasan ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Keterbatasan penelitian... 80

C. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA


(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I

A. Ijin Penelitian …..………...85

B. Surat Keterangan Penelitian…….………....86

C. Kuesioner ……….87

D. Data Penelitian ……… 93

LAMPIRAN II A. Pengujian Validitas dan Reliabilitas……….94

LAMPIRAN III A. Perhitungan Distribusi Frekuensi……….………104

LAMPIRAN IV A. Pengujian Deskiptif Data ………110

LAMPIRAN V A. Perhitungan Pan Tipe II ………..113

LAMPIRAN VI A. Normalitas ………...117

B. Linieritas ……….118

LAMPIRAN VII A. Regresi Sederhana Hipotesis I ………. 119


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

FKIP merupakan fakultas tertua yang memiliki paling banyak prodi/jurusan diantara fakultas lain, di Universitas Sanata Dharma yang memiliki tujuan pertama mendidik calon guru manjadi tenaga pendidik yang berkualitas dan profesional. IKIP Sanata Dharma telah berkembang menjadi Universitas yang tidak hanya memiliki fakultas keguruan, namun memiliki berbagai macam fakultas sehingga Sanata Dharma diharapkan mampu memajukan sistem pendidikan guru sekaligus berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Telah banyak upaya dilakukan FKIP Universitas Sanata Dharma untuk menghasilkan calon guru yang berkualitas dan profesional, namun ternyata ada satu hal penting yang terlupakan, yaitu belum diketahuinya minat mahasiswa FKIP Sanata Dharma yang ingin berkerja menjadi guru. Tuntutan-tuntutan yang melekat pada program-program studi FKIP, mempersiapkan seseorang untuk diterima berkerja di bidang pendidikan khususnya menjadi guru dan berhasil didalamnya. Sehubungan dengan pilihan program studi FKIP sebagai persiapan untuk memangku jabatan sebagai guru, harus diingat bahwa orang muda atau mahasiswa FKIP tidak mesti berminat terhadap kegiatan yang harus dilakukan di program studi tersebut. Tanpa minat yang tinggi dari mahasiswa untuk berkerja di bidang


(16)

pendidikan, khususnya menjadi guru maka tujuan FKIP Universitas Sanata Dharma dalam menciptakan seorang guru yang berkualitas dan profesional tidak akan membuahkan hasil yang memuaskan

Citra guru di masyarakat atau di negara kita berubah- ubah dari waktu ke waktu. Perubahan citra guru tersebut dipengaruhi oleh perubahan aspirasi (penilaian serta penghargaan) warga masyarakat terhadap jabatan guru, unjuk kerja para guru yang telah berkarya (performance), dan adanya perubahan persyaratan jabatan guru sebagai dampak kemajuan ilmu serta teknologi era profesionalisasi dan spesialisasi (Samana, 1994:13).

Lahirnya Undang-Undang Guru dan Dosen diharapkan mampu meningkatkan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi pendidik/guru. Pertimbangan profesionalitas guru mengindikasikan perlunya ditetapkan Undang-Undang Guru yang memberikan perlindungan hukum, profesi, dan keselamatan kerja. Undang-Undang Guru merupakan jaminan atas pekerjaan dan jabatan guru sebagai suatu profesi yang hanya boleh diemban oleh seorang yang memenuhi persyaratan kompetensi dan kualifikasi serta syarat-syarat lain yang bersifat administratif. Undang-Undang Guru memberikan perlindungan hukum kepada para guru agar memperoleh jaminan kesempatan dan penempatan yang adil, serta kesempatan untuk meningkatkan dan mengembangkan profesinya. Meskipun Undang-Undang Guru dan Dosen menimbulkan Pro dan Kontra dari berbagai pihak, namun setidaknya di dalam Undang-Undang ini terdapat niat dari pemerintah untuk


(17)

Bab V (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, 2006:5), yang secara eksplisit menjelaskan aspek kesejahteraan guru secara finansial yaitu: Pertama, gaji pokok guru paling sedikit dua kali lipat daripada PNS non-guru untuk golongan, pangkat dan masa kerja yang sama. Kedua, tunjangan profesi guru sebesar 50% dari gaji pokok. Ketiga, tunjangan khusus bagi guru pegawai negeri sipil (PNS) yang bertugas di daerah terpencil atau daerah khusus sebesar 100% dari gaji pokok yang ia terima.

Minat mahasiswa untuk berkerja menjadi guru memang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar diri mahasiswa itu sendiri. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui minat mahasiswa Pendidikan Akuntansi untuk berkerja menjadi guru, dilihat dari faktor- faktor yang mempengaruhinya, diantaranya persepsi mahasiswa tentang profesi guru dan status sosial keluarga yang ditinjau dari jenis kelamin mahasiswa. Perbedaan sifat antara laki- laki dan perempuan dalam hal perhatian, pandangan, cara berfikir dan perasaan akan berpengaruh pada persepsi seseorang tentang profesi guru yang pada akhirnya akan berpengaruh pada minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru (Gilarso, 1995:5). Latar belakang status sosial ekonomi keluarga akan berpengaruh terhadap pilihan jabatan anak, selain itu keluarga dapat juga memberikan pandangan-pandangan mengenai nilai- nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan, dan kecocokan jabatan-jabatan tertentu untuk anak laki- laki dan perempuan yang pada akhirnya akan mempengaruhi minat anak terhadap suatu pekerjaan. Dari uraian di atas


(18)

maka akan di teliti tentang Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru dan Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan Minat Mahasiswa Untuk Bekerja Menjadi Guru.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka masalah- masalah yang dapat diidentifikasikan adalah:

1. Minat ma hasiswa Pendidikan Akuntansi yang ingin berkerja menjadi guru.

2. Persepsi mahasiswa pria dan wanita tentang profesi guru.

3. Tingkat pendidikan orang tua mahasiswa yang ingin bekerja menjadi guru.

4. Tingkat pendapatan dan pekerjaan orang tua mahasiswa yang ingin bekerja menjadi guru.

5. Tingkat kekayaan orang tua mahasiswa yang ingin bekerja menjadi guru.


(19)

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang diteliti jelas dan tidak terlalu luas, serta sesuai dengan yang dianalisis, maka penulis membuat batasan masalah sebagai berikut : 1. Mahasiswa yang dimaksud adalah mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu

Pendidikan (FKIP) jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma dari angkatan 2002 sampai 2004. Sampel diambil dari mahasiswa angkatan 2002 sampai 2004 karena menurut pendapat Strong dalam Winkel (1991:55) minat baru terbentuk secara cukup jelas pada akhir masa remaja yaitu sekitar umur 15 sampai 20 tahun.

2. Minat yang dimaksud hanya dipengaruhi oleh 3 variabel yaitu persepsi mahasiswa tentang guru dan status sosial ekonomi keluarga, jenis kelamin

3. Persepsi yang dimaksud adalah pandangan seseorang tentang guru yang positif dan negatif yang dapat mempengaruhi seseorang untuk bekerja menjadi guru.

4. Status sosial ekonomi keluarga yang dimaksud ditinjau dari pendidikan, pekerjaan dan kekayaan yang dimiliki orang tua.


(20)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan inti dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah- masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dengan minat mahasiswa Pendidikan Akuntansi untuk berkerja menjadi guru?

2. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa Pendidikan Akuntansi untuk berkerja menjadi guru?

3. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dan status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa Pendidikan Akuntansi untuk berkerja menjadi guru?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitia n yang ingin dicapai:

1. Menge tahui seberapa besar pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru.

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh jenis kelamin terhadap hubunga n antara status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru.


(21)

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dan status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk berkerja menjadi guru.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat tentang minat mahasiswa Pendidikan Akuntansi yang ingin bekerja menjadi guru sehingga dapat dijadikan masukan yang positif bagi pengambilan kebijakan berikutnya.

2. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi penelitian sejenis dan sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak yang ingin meneliti dan memperdalam masalah yang akan dibahas.

3. Penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan yang baik bagi penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama kuliah dan dapat mengetahui tentang minat teman satu jurusan yang ingin bekerja menjadi guru.


(22)

8 BAB II

LANDASAN TEORITIK DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Teoritis 1. Minat

Menurut Ketut (1987:46), minat berarti suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi perpaduan dan campuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.

Minat sangat besar pengaruh dalam mencapai prestasi dalam suatu pekerjaan, jabatan, atau karir. Sekali terbentuk minat mengandung makna bagi perencanaan masa depan sehubungan dengan jabatan yang akan dipangku (vocational planning), lebih- lebih bidang jabatan apa yang akan dimasukinya dan apakah orang akan merasa puas dalam jabatan yang akan dimasuki (vocational satisfication). Winkel (1991:533) mengemukakan bahwa minat merupakan kecenderungan yang agak menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang

Seseorang yang tidak suka kepada pekerjaannya atau tidak berminat pada pekerjaannya tidak akan mendapatkan hasil yang baik meskipun kemampuan mengerjakan ada. Syarat untuk mendapatkan ketenangan kerja seseorang adalah tugas dan pekerjaan yang dipegangnya harus sesuai


(23)

dengan kemampuan dan minatnya. Oleh karena itu kita harus mengetahui apakah kemampuan dan minat kita cocok dengan pekerjaan yang kita masuki.

Faktor – faktor yang mempengaruhi minat seseorang terhadap suatu pekerjaan adalah:

a. Faktor pada individu sendiri

Faktor pada individu sendiri (internal) dapat dibedakan yang satu dengan yang lainnya, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain karena bersama-sama membentuk keunikan kepribadian seseorang. Faktor pada individu sendiri seperti kebutuha n, sifat kepribadian, intelektual, bakat khusus dan keadaan jasmani.

b. Faktor-faktor eksternal

Faktor-faktor eksternal dapat dibedakan yang satu dengan yang lain, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena bersama-sama menciptakan keseluruhan ruang gerak hidup. Faktor-faktor eksternal seperti masyarakat/lingkungan sosial budaya, keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, status sosial ekonomi keluarga, pengaruh dari seluruh anggota keluarga, pendidikan sekolah, pergaulan dengan teman-teman sebaya


(24)

Menurut pandangan Super dalam Ketut (1987:49), minat yang dimiliki seseorang dapat diteliti dengan empat cara, yaitu:

a. Menyaksikan kegiatan-kegiatan yang suka dilakukan (manifested interest).

b. Menanyakan secara langsung kegiatan-kegiatan apa dan pekerjaan apa yang disukai (expressed interest).

c. Memberikan suatu tes minat dimana orang harus menjawab sejumlah pertanyaan tentang kegiatan apa yang disukai dan kegiatan yang tidak disukai (inventoried interest).

d. Memberikan tes untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan seseorang tentang kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang-bidang jabatan (tested interest).

Dari keempat cara di atas, untuk mengetahui minat mahasiswa untuk bekerja menjadi peneliti menggunakan cara yang kedua.

2. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi sering dinyatakan sebagai interpretation of experience (penafsiran pengalaman). Interprestasi menyebabkan kita menjadi subjek dari pengalaman kita sendiri. Winkel (1991:55) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti.


(25)

Proses presepsi dimulai dengan penginderaan, yaitu diterimanya berbagai gejala dari luar diri kita melalui lima indera yang kita miliki yang sering kita sebut sebagai rangsangan. Rangsangan tersebut kemudian diinterprestasikan sehingga menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan.

Walgito (1994:53) mengungkapkan persepsi sebagai proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu merupakan proses berwujud diterimanya stimulus individu melalui alat reseptornya (alat penerima rangsangan). Stimulus tersebut kemudian diteruskan sampai ke pusat susunan saraf (otak) sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar dan sebagainya.

Persepsi yaitu pengamatan secara global yang belum disertai dengan kesadaran, sehingga subjek dan objeknya belum dibedakan satu dari yang lainnya (Kartono, 1984:77).

Konsep lain mengenai persepsi, yaitu proses diterimanya rangsangan (objek, kualitas, hubunga n antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti (Irwanto, 1983:55).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman, penerima, pengorganisasian, dan menginterprestasikan rangsangan dari lingkungannya melalui panca indra, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang di inderakan. Dalam kenyataanya setiap


(26)

orang diharapkan pada sejumlah besar objek atau peristiwa. Objek dan peristiwa yang ada tidak akan mempunyai arti jika orang tidak dapat menginterprestasikan atau menafsirkan. Persepsi terhadap suatu objek dan peristiwa belum tentu sama antara satu ind ividu dengan individu lainnya, walaupun objek dan peristiwa sama dan disampaikan oleh orang yang sama pula.

b. Persepsi tentang profesi guru

Menurut Joni (1980:6), guru adalah jabatan yang profesional. Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dari jenis pekerjaan yang menuntut dan dapat dipenuhi lewat pembiasaan melakukan keterampilan tertentu (magang, keterlibatan langsung dalam situasi kerja dilingkungannya, keterampilan kerja sebagai warisan orang tua pendahulunya). Seseorang bekerja secara profesional dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilannya yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan serta memperkembangkan mutu karyawan.

Jenis pekerjaan yang kualifikasi profesional memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu: me merlukan pendidikan atau pendidikan khusus bagi calon pelakunya (membutuhkan pendidikan pra jabatan yang relevan), kecakapan seseorang pekerja profesional dituntut memenuhi persyaratan yang telah dibakukan oleh pihak yang berwenang, dan


(27)

jabatan profesional tersebut mendapatkan pengakuan dari masyarakat dan atau negara (dengan segala civil effect-nya). Dari uraian diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa jabatan guru merupakan jabatan profesional karena memenuhi ketiga macam persyaratan.

Pandangan tentang citra guru sebagai seorang yang wajib digugu (dipatuhi) dan ditiru (diteladani) tanpa reserve perlu diragukan ketepatannya lagi. Konsep keguruan yang klasik tersebut mengandaikan pribadi guru serta perbuatan keguruannya adalah tanpa cela, sehingga pantas hadir sebagai manusia yang ideal. Hal ini tidak sesuai dengan kenyataan, jadi citra guru yang wajib digugu dan ditiru perlu disikapi secara kritis dan realistis. Benarlah bahwa guru wajib menjadi teladan bagi siswa dan orang-orang sekelilingnya, tetapi guru adalah orang yang tidak pernah bebas dari cela dan kelemahan, justru salah satu keutamaan guru hendaknya diukur dari kegigihan usaha guru yang bersangkutan untuk menyempurnakan diri serta karyanya. Citra guru di masa depan sangat diharapkan hadirnya pribadi guru sebagai penutan yang tindak keguruannya mampu membendung dampak negatif dari kondisi serta situasi masyarakat modern yang cenderung mudah tergelincir ke sifat meterialistis, konsumeristis, dan bahkan ateistis yang tidak sesuai dengan falsafal Pancasila.

Kondisi masyarakat yang semakin maju yang ditandai kadar rasionalisasi dalam berkarya, yang mengutamakan efisiensi, yang menuntut disiplin sosial yang tinggi terhadap warganya yang


(28)

berorientasi pada mutu (baik dalam proses maupun hasil kerja), yang semakin menuntut warganya untuk menguasai ilmu serta teknologi dala m segala bidang kehidupan, semakin gamblang bahwa masyakat modern tersebut memerlukan jasa sekolah atau guru. Dengan kata lain, dalam kondisi masyarakat modern tersebut, jelaslah bahwa orang tua (sepandai apapun) tidak mampu membimbing anak-anaknya dalam semua segi persiapan hidupnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi sosial sekolah dan atau guru dalam masyarakat modern semakin penting.

Citra guru di masyarkat atau di negara berubah dari waktu ke waktu. Perubahan citra guru tersebut dipengaruhi oleh perubahan aspirasi (penilaian serta penghargaan) warga masyarakat terhadap jabatan guru, unjuk kerja para guru yang telah berkarya (performance), dan adanya perubahan persyaratan jabatan guru sebagai dampak kemajuan ilmu serta teknologi (era profesionalisme dan spesialisasi).

Dalam situa si sosial apapun, jabatan guru tetap dinilai warga masyarakat sebagai pemberi inspirasi, penggerak dan pelatihan dalam penguasaan kecakapan tertentu bagi sesama, khususnya bagi para siswa agar mereka siap untuk membangun hidup berserta lingkungan sosialnya.

Secara garis besar dapat disimpulkan tentang gambaran citra guru yang bermutu, yaitu pribadi dewasa yang mempersiapkan diri secara


(29)

khusus melalui lembaga pendidikan guru, agar dengan keahliannya mampu mengajar sekaligus mendidik siswanya untuk menjadi warga negara yang baik (susila), berilmu, produktif, sosial, sehat dan mampu berperan aktif dalam peningkatan sumber daya manusia atau investasi kehidupan.

3. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Menurut Susanto (1997:99) status adalah perbandingan peranan dalam masyarakat, dan merupakan pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah laku manusia. Status sosial ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan status ekonomi yang dimiliki seseorang (orang tua) dalam kelompok masyarakat.status sosial ekonomi mempunyai dua aspek:

a. Aspek yang agak statis (struktural), dimaksudkan sifat hirarkis ialah mengandung perbandingan atau tinggi rendahnya secara relatif terhadap status lain.

b. Aspek yang relatif dinamis (aspek fungsional) dimaksudkan peranan sosial yang diharapkan dari seseorang yang menduduki status tersebut.

Sehubungan dengan konsep status dalam aspeknya yang struktural, maka setiap orang mempunyai tingkatan secara hirarkis antara orang yang satu dengan yang lain, sehingga setiap orang mempunyai status atau kedudukan yang berbeda satu dengan yang lainnya tergantung posisi dalam masyarakat.


(30)

Adanya perbedaan kedudukan-kedudukan tersebut menyebabkan sistem pelapisan sosial atau social stratification, yaitu perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau secara hirarkis.

Sistem berlapis-lapis dalam masyarakat ditimbulkan karena adanya sesuatu yang dihargai oleh masyarakat. Barang merupakan sesuatu yang dihargai oleh masyarakat biasanya berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan beragama, dan juga keturunan dari keluarga yang terhormat. (Soemarjan dan Sumardi, 1946:271).

Menurut Soekamto (1997:265-266) masyarakat pada umumnya mempertimbangkan dua macam kedudukan yaitu:

a. Ascribed Status yaitu kedudukan yang diperoleh tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh melalui kelahiran.

b. Archieved status yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha- usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak dipengaruhi melalui kelahiran akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja dan ini tergantung dari kemampuan masing- masing dalam mengejar dan mencapai tujuannya.

Status sosial ekonomi keluarga dimana didalamnya mencakup tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan orang tua serta kualitas lingkungan keluarga yang mencakup fasilitas


(31)

khusus dan barang-barang berharga yang ada dirumah (Mahmud, 1990:83-84).

Winkel (1991:536) mengemukakan bahwa status sosial ekonomi keluarga yaitu tingkat pendidikan orang tua, tinggi rendahnya pendapatan orang tua, jabatan ayah atau ibu, daerah tempat tinggal, suku bangsa.

Melly G- Tan dalam Koentjaraningrat (1997:53) mengatakan bahwa konsep kedudukan sosial ekono mi dalam ilmu pengetahuan masyarakat sudah sudah sewajarnya mencakup tiga faktor yaitu :

a. Tingkat Pendidikan

Menurut tap MPR No. IV tahun 1973 dikatakan bahwa pendidikan pada hakekatnya suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah yang berlangsung seumur hidup oleh sebab itu melalui pendidikan, seseorang akan memperoleh pengalaman kemampuan mengembangkan kepribadian dan lebih terbuka dalam menerima nilai- nilai dan hal yang baru, yang semuanya itu akhirnya akan memberikan kesejahteraan pada orang itu sendiri.

Sedangkan menurut Philip H Coombs dalam Rostiawati (1992:43-44), pendidikan dapat diklasifikasikan kedalam tiga bagian yaitu:

1) Pendidikan informal

Pendidikan informal yaitu pendidikan yang diperoleh dari seseorang dari pengalaman sehari- hari dengan atau tidak


(32)

disadari sejak lahir sampai akhir hayat, didalam keluarga, dalam pekerjaan dan pengalaman sehari-hari.

2) Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah yang mengkhus uskan diri pada penyelenggaraan pendidikan generasi muda (dari usia 5-6 tahun sampai usia sekitar 24 tahun) secara sistematis, terencana dan berurutan dengan tujuan pendidikan yang jelas untuk tiap angkatan dan dilaksanakan dalam situasi belajar khusus.

3) Pendidikan non- formal

Pendidikan non- formal yaitu pendidikan yang teraratur yang sudah dilakukan tetapi tidak selalu mengikuti peraturan yang sudah diterapkan.

Berdasarkan jenjang atau tingkatan-tingkatan yang ada pada pendidikan formal maka setiap kepribadian yang terbentuk pada lulusan setiap jenjang pendidikan berbeda pula, yaitu:

a) Lulusan SD, sifat dan kepribadian yang dimiliki adalah statis, monolis dan cenderung dogmatis.

b) Lulusan SMP, sifat dan kepribadian yang dimiliki adalah sedikit mempunyai inisiatif, kritis.

c) Lulusan SMU, sifat dan kepribadiannya rasional, memiliki inisiatif dan cenderung otonom.


(33)

d) Lulusan PT, sifat dan kepribadian yang dimiliki adalah terbuka terhadap kritikan, kosmopolis, tidak fanatik, dan cenderung bersifat terbuka.

Dari paparan di atas sela njutnya penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa tingkat pendidikan orang tua yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil dicapai orang tua. Tingkat pendidikan formal yang berhasil dicapai ini akan membawa pengaruh yang luas pada kehidupan seseorang yaitu dalam masyarakat. Tingkat pendidikan orang tua akan mempengaruhi keberhasilan anaknya dalam belajar (Sardiman, 1986: 15).

b. Tingkat Pendapatan

Pendapatan adalah pengahasilan yang diperoleh responden (dalam hal ini orang tua) besarta anggota keluarga yang bersumber dari segi formal, sektor informal, sektor sub sistem dalam waktu satu bulan diukur dengan rupiah.

Menurut Gilarso (1984:47) sumber-sumber pendapatan dapat diperoleh dari:

1) Usaha sendiri (wiraswasta), misalnya berdagang, berternak, bercocok tanam.

2) Bekerja pada orang lain, misalnya bekerja dikantor atau perusahaan sebagai pegawai kantor baik swasta maupun negeri.


(34)

3) Hasil dari apa yang dimiliki, misalnya menyewakan rumah, menyewakan mobil, menyewakan tanah.

Menurut Sardiman dan Evers Die rtes Hans (1998:92) pendapatan dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu:

1) Pendapatan berupa uang

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain- lain, balas jasa serupa dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara di halaman rumah sendiri, hasil investasi serta keuntungan sosial.

2) Pendapatan berupa barang

Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang bersifat reguler dan biasa akan tetapi selalu berbentuk belas jasa dan diterima dalam bentuk barang dan jasa. Barang dan jasa yang diperoleh dinilai dengan harga pasar sekaligus tidak diimbangin atau disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian pula penerimaan barang secara cuma-cuma. Pemberian barang dan jasa dengan harga subsidi atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.


(35)

3) Pendapatan lain- lain

Pendapatan lain- lain adalah pendapatan yang berasal dari penerimaan uang dan barang yang dipakai sebagai pedoman bahwa segala penerimaan bersifat trasfe r atau redistribusi biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga, misalnya barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian, warisan, penagihan piutang, kiriman uang dan menang judi.

Tingkat pendapatan orang tua akan mempengaruhi seorang anak mencapai pendidikan yang tinggi, yang pada akhirnya akan mene ntukan persepsi seseorang terhadap profesi guru sehingga akan mempengaruhi minat seseorang utuk bekerja menjadi guru. c. Fasilitas Keluarga

Fasilitas keluarga adalah fasilitas yang dimiliki oleh keluarga, fasilitas keluarga diukur dari banyak sedikitnya fasilitas khusus benda atau berang berharga yang dimiliki oleh keluarga responden. 4. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah sifat pria dan wanita baik yang menyangkut segi fisik maupun psikisnya. Alasan penulis meneliti perbedaan antara siswa wanita dan pria karena berdasarkan perkembangan fisiologis dan psikologis ternyata wanita dan pria mempunyai perkembangan yang berbeda (Gilarso, 1993:2). Wanita pada umumnya mempunyai sifat


(36)

cenderung mempunyai sifat tegas, inisiatif dan mempunyai fisik lebih kuat dibandingkan dengan wanita pada umumnya. Jenis kelamin tersebut berbeda pula dalam hal perhatian, kesanggupan, pandangan, dan lain- lain. Ini dapat disebabkan karena pengaruh dan sifat tradisi terhadap jenis kelamin tersebut. Keadaan fisik dan psikologis inilah yang dapat mempengaruhi perbedaan persepsi antara wanita dan pria.

Menurut Kartono (1981:20), perbedaan pria dan wanita meliputi:

a. pada umumnya kemampuan intelektual wanita lebih rendah dari pada kemampuan intelektual pria;

b. wanita lebih menyenangi pekerjaan yang bersifat sosial seperti juru rawat dan guru, sedangkan pria lebih menyenangi pekerjaan yang membutuhkan pemikiran;

5. Rangkuman Hasil Tinjauan Teoritis Tentang Pengaruh Antar Variabel. Selama proses perkembangan jabatannya, orang muda memperoleh sejumlah keyakinan, nilai, kebutuhan, kemampuan, keterampilan, sifat kepribadian, pemahaman dan pengetahuan yang dapat menumbuhkan minat seseorang terhadap suatu jabatan. Perkembangan karir dipengaruhi dari corak pendidikan dalam keluarga, pengaruh dari adanya kecocokan antara pribadi sesorang dan lingkungan jabatan.


(37)

a. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru Dengan Minat Mahasiswa Untuk Bekerja Menjadi Guru.

Jenis Kelamin yang dimaksud adalah mahasiswa laki- laki dan perempuan. Secara psikologi dan fisiologi ternyata laki- laki dan perempuan mempunyai perkembangan yang berbeda. Pengaitan dan pembatasan kesempatan berjabatan tertentu pada jenis kelamin pria atau wanita dan lingkup kebudayaan atau golongan sosial akan membawa akibat terhadap cara masyarakat luas berpikir tentang dunia kerja. Sifat kepribadian yang dimiliki antara pria dan wanita berbeda-beda. Perbedaan kepribadian ini akan membawa akibat terhadap cara masyarakat berfikir luas tentang dunia kerja. Seorang perempuan lebih mempunyai sifat keibuan yang lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim. Sedangkan laki- laki mempunyai sifat maskulin, kasar dan lebih perkasa. Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku mutlak karena ada laki- laki yang bersifat keibuan, lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim. Sedangkan ada perempuan yang bersifat maskulin, kasar dan lebih perkasa. Perbedaan sifat antara laki- laki dan perempuan dalam hal perhatian, pandangan, cara berpikir dan perasaan akan berpengaruh pada persepsi seseorang tentang profesi guru yang pada akhirnya akan berpenga ruh pada minat mahasiswa untuk berkerja menjadi guru. (Gilarso, 1993:5).


(38)

Ada anggapan bahwa profesi guru lebih cocok untuk perempuan, karena perempuan mempunyai sifat keibuan, lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim sehingga perempuan lebih peka terhadap kebutuhan belajar siswa maupun masalah-masalah yang menyangkut kepribadian atau psikologi siswa. Faktor lain berkaitan dengan anggapan bahwa profesi guru merupakan profesi yang aman bagi perempuan, karena perempuan dapat menjadi guru sambil menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga. Tugas seorang ibu adalah mendidik anak maka secara tidak langsung perumpuan juga mendidik siswa-siswanya seperti anak-anak sendiri oleh karena itu secara alamiah anak lebih dekat dan mudah berkomunikasi dengan ibunya. Realitas ini terbawa masuk sampai ke sekolah, sehingga di sekolah seorang murid menemukan “ibunya” yang kali ini menjadi guru baginya.

Profesi guru kurang cocok untuk laki karena sifat laki-laki maskulin, kasar, dan lebih perkasa, sehingga kurang peka terhadap siswa dalam hal pendampingan belajar maupun dalam setiap pembimbingan masalah- masalah yang terjadi pada pribadi siswa.


(39)

b. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Minat Mahasiswa Untuk berkerja Menjadi Guru.

Status sosial ekonomi keluarga menentukan tingkat pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan sebagai pemegang kunci bagi jabatan tertentu yang dianggap masih sesuai dengan jabatan sosial tertentu. Keadaan orang tua mempengaruhi pandangan dan sikap terhadap suatu pekerjaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi minat seseorang terhadap suatu pekerjaan. Orang muda harus menentukan sikapnya sendiri terhadap harapan dan pandangan itu. Bilama na dia menerimanya, dia akan mendapat dukungan dalam rencana masa depannya (vocational planning), bilamana dia tidak menerimanya, dia mengahadapi situasi sulit karena tidak mendapat dukungan dalam perencanan masa depan. Keluarga dapat juga memberikan pandangan-pandangan mengenai nilai- nilai yang terkandung dalam berkerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan, dan kecocokan jabatan-jabatan tertentu untuk anak laki- laki atau anak perempuan. Misalnya, bilamana orang tua meninggik an jabatan seorang guru, menjunjung tinggi pengorbanan dan pengabdian guru untuk bangsa dan negara, maka dapat diharapkan anak tersebut akan memiliki persepsi positif tentang profesi guru yang pada akhirnya dapat menumbuhkan minat anak tersebut untuk menjadi guru.


(40)

Latar belakang status sosial ekonomi keluarga memiliki pengaruh tertentu terhadap pilihan jabatan anak. Peranan pekerjaan, jabatan, atau karir telah dipelajari oleh anak melalui orang tua, keluarga, atau anggota keluarga lainnya dirumah. Misalnya, seorang anak dibesarkan dalam lingkungan keluarga besar yang mencari nafkah sebagai guru, maka seorang anak itu pun akan memiliki minat untuk berkerja sebagai guru. Anggota keluarga yang mendorong dan mendukung kerja anaknya untuk menjadi guru, turut membantu secara mental dan spiritual untuk berhasilnya seorang anak itu dalam karier. Keluarga dapat juga memberikan pandangan-pandangan mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam berkerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan, dan kecocokan jabatan-jabatan tertentu untuk anak laki- laki atau anak perempuan. Misalnya, bilamana orang tua meninggikan jabatan seorang guru, menjunjung tinggi pengorbanan dan pengabdian guru untuk bangsa dan negara, maka dapat diharapkan anak tersebut akan memiliki persepsi positif tentang profesi guru yang pada akhirnya dapat menumbuhkan minat anak tersebut untuk menjadi guru.

1) Jenis Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan penghasilan setiap bulan di suatu instansi pemerintahan, swasta atau wiraswasta. Pekerjaan


(41)

orang tua mahasiswa yang satu dengan pekerjaan orang tua yang lain berbeda-beda. Secara tidak langsung jenis pekerjaan orang tua akan berpengaruh terhadap cara pandang seseorang terhadap suatu pekerjaan atau profesi.

Jika dilihat dari pengaruh orang tua dalam lingkungan keluarga, maka orang tua yang membuat keputusan-keputusan dan merupakan panutan bagi anak-anaknya. Bagi anak, orang tua merupakan orang yang lebih banyak tahu. Melalui orang tua, anak belajar bersikap dan berperilaku. Jenis pekerjaan orang tua secara tidak langsung berkaitan erat dengan pola pengasuhan anak sehingga ikut mempengaruhi pendidikan di dalam rumah. Sikap mental orang tua mahasiswa berbeda dengan sikap mental orang tua mahasiswa yang lain tergantung dari jenis pekerjaan orang tuanya. Hal ini akan berpengaruh terhadap cara pandang mahasiswa terhadap suatu pekerjaan. Sebagai seorang guru tentunya sikap mentalnya berbeda dengan yang bukan guru.

Seorang gur u akan memiliki pola mengasuh atau mendidik anak seperti orang tua. Orang tua lebih sabar, telaten dalam membimbing anak dalam belajar. Orang tua akan memperlakukan anak seperti siswa disekolah yang akan terus dibimbing dengan penuh kesabaran. Seorang yang


(42)

bukan guru akan mempunyai pola asuh yang berbeda dengan seorang guru. Secara tidak langsung orang tua yang bukan seorang guru akan mempunyai pola asuh atau mendidik anaknya tidak ubahnya sebagai seorang militer dengan disiplin yang tinggi, penuh dengan hukuman. Sikap mental yang dimiliki orang tua baik guru maupun bukan guru, akan ditularkan kepada anak-anak lewat pola asuh. Pola asuh yang diberikan kepada anak sangat berbeda sesuai dengan mentalitas yang dimiliki orang tua, yang pada akhirnya mempengaruhi sikap mental anaknya dalam memandang lingkungan sekitarnya.

Dengan demikian tidaklah mustahil apabila seorang anak mengikuti pekerjaan orang tuanya, sehingga akan menimbulakan pewarisan pekerjaan dari orang tua kepada anaknya. Ada kecenderungan bahwa anak dari keluarga guru mengikuti jejak orang tuanya menjadi guru. Hal ini memperkuat dugaan siswa yang mempunyai orang tua dengan profesi sebagai guru cenderung lebih mempunyai persepsi yang positif terhadap profesi guru yang pada akhirnya akan menumbuhkan minat seseorang untuk berkerja menjadi guru, sebaliknya siswa yang mempunyai orang tua bukan guru cenderung mempunyai persepsi yang negatif terhadap profesi guru karena siswa menganggap


(43)

profesi guru adalah profesi yang tidak terhormat dan tidak dapat menjamin pemenuhan kebutuhannya.

2) Tingkat Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan orang tua maksudnya adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil dicapai orang tua, dalam hal ini adalah tingkat SD, SMP, SMU dan PT. Setiap siswa mempunyai orang tua yang tingkat pendidikannya berbeda-beda antara mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lainnya. Tingkat pendidikan orang tua secara tidak langs ung berpengaruh terhadap cara pandang siswa terhadap lingkungan sekitarnya.

Salah satu tugas dari orang tua adalah membimbing, mendidik dan mendampingi anak-anaknya dalam mempersiapkan masa depannya. Kemampuan orang tua dalam membimbing, mendidik, mendampingi anaknya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua.

Tingkat pendidikan yng dicapai orang tua akan membawa pengaruh pada kehidupan seseorang yaitu bukan hanya berpengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan, tetapi juga berpengaruh terhadap jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan dan status sosial dalam masyarakat. Kemampuan masyarakat dalam menyelesaikan pendidikan formal yang tinggi menjadi pemicu anak untuk mencapai


(44)

hal yang serupa. Hal ini dikarenakan pendidikan yang tinggi akan membuat orang tua semakin menyadari arti penting pendidikan, sehingga akan menyadarkan dan mendorong anak untuk rajin belajar sehingga menjadi orang yang berpengetahuan.

Orang tua selalu ingin anak-anknya mengenyam tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari orang tua nnya. Apabila orang tuanya hanya sampai tingkat SMU, maka orang tuanya akan berusaha untuk menyekolahkan anaknya sampai tingkat perguruan tinggi. Pola asuh demikian akan mempengaruhi siswa dalam memandang suatu profesi. Orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi secara tidak langsung akan cenderung memandang profesi guru sebagai profesi yang rendah, sedangkan orang tua yang mempunyai pendidikan yang rendah akan tetap memandang profesi guru sebagai profesi yang terhormat dan tinggi. Pola asuh seperti ini mengakibatkan berbedanya cara pandang siswa terhadap profesi guru dan pada akhirnya berpengaruh terhadp minat seseorang untuk bekerja menjadi guru.


(45)

B. Rasionalitas Penelitian

1. Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru.

Persepsi merupakan pandangan seseorang tentang objek tertentu. Jenis kelamin wanita (pria) berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa terhadap profesi guru. Mahasiswa yang memiliki persepsi positif tentang profesi guru, memandang bahwa profesi guru merupakan profesi yang memiliki nilai luhur. Persepsi positif tentang profesi guru dapat menyebabkan mahasiwa tersebut tertarik untuk bekerja sebagai guru.

2. Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru.

Status sosial ekonomi keluarga mencakup tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan, penghasilan serta fasilitas khusus dan barang-barang berharga yang ada dirumah. Latar belakang status sosial ekonomi keluarga memiliki pengaruh terhadap pilihan jabatan anak. Keluarga dapat memberikan pandangan-pandangan mengenai nilai- nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan dan kecocokan jabatan-jabatan tertentu untuk anak laki- laki dan perempuan. Pandangan mengenai kecocokan jabatan-jabatan tertentu yang diberikan orang tua untuk anak laki-laki dan perempuan akan mempengaruhi minat anak terhadap pilihan suatu pekerjaan tertentu. Keluarga yang memberikan pandangan positif tentang profesi guru dapat menyebabkan mahasiswa tersebut tertarik untuk bekerja menjadi guru.


(46)

C. Paradigma Penelitian

Persepsi Mahasis wa Tentang Profesi

Guru

D. Hipotesis:

Ada sejumlah hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiwa tentang profesi guru dengan minat mahasiswa untuk berkerja menjadi guru.

2. Terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk berkerja menjadi guru.

Jenis Kelamin

Minat Mahasiswa Untuk Bekerja

Menjadi Guru

Status Sosial Ekonomi Keluarga


(47)

3. Terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dan status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk berkerja menjadi guru.


(48)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang akan dilakukan adalah studi kasus, yaitu suatu penelitian terhadap objek tertentu yang populasinya terbatas sehingga kesimpulan yang diambil berdasarkan penelitian ini hanya berlaku terbatas bagi objek yang diteliti dan berlaku pada waktu tertentu.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Oktober 2006. 2. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma, Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2002 sampai 2004.

2. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa tentang profesi guru, status sosial ekonomi keluarga, jenis kelamin dan minat mahasiswa FKIP untuk berkerja menjadi guru.


(49)

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dibedakan satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan adanya karakteristik yang berlainan. (Supranto, 1986 :24). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2002-2004 Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 263 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi (Sudjana, 1989:85). Penelitian ini bersifat penelitian sampel karena mengambil sebagian dari populasi penelitian. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan random proposional (propotional random sampling) yaitu proses pemilihan sampel sedemikian rupa sehingga semua sub kelompok pada populasi diwakili pada sampel dengan perbandingan sesuai dengan jumlah yang ada dalam populasi dan pemilihannya dilakukan secara random. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma dari angkatan 2002-2004 dengan jumah 100 orang. Perincian sampel yang diambil adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa yang berjenis kelamin wanita: 100 263 189


(50)

b. Mahasiswa yang berjenis kelamin pria: 100 263

74

Χ = 28 orang + 100 orang

E. Variabel Penelitian dan Indikator Penelitian 1.Variabel dependent

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah minat mahasiswa untuk berkerja menjadi guru. Minat terhadap suatu pekerjaan dapat dinilai lewat sikap yang ditunjukan oleh seseorang terhadap pekerjaan tersebut. Untuk mengetahui minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru, penulis membuat kuesioner yang memuat pertanyaaan-pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan dibidang keguruan atau profesi guru. Seperti yang diungkapkan oleh Azwar (1997:6) bahwa sikap mahasiswa terhadap profesi guru adalah kombinasi dari reaksi afektif, perilaku dan kognitif terhadap profesi guru. Sikap mahasiswa terhadap profesi guru dibatasi oleh dua nilai yaitu sikap positif dan sikap negatif. Sikap tersebut ditunjukan oleh skor yang diperoleh dari angket sikap mahasiswa terhadap profesi guru. Pengumpulan data variabel terikat yang berisi minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru dengan teknik skorsing menggunakan skala likert.


(51)

Opsi untuk item positif dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

Nilai Skala

1) Sangat setuju 4

2) Setuju 3

3) Tidak Setuju 2

4) Sangat Tidak Setuju 1

Sedangkan untuk item negatif, skorsing sebagai berikut:

1) Sangat Setuju 1

2) Setuju 2

3) Tidak Setuju 3

4) Sangat Tidak Setuju 4

2. Variabel independent

Variabel independent merupakan variabel penyebab yang diduga memberikan pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain. (Sudjana, 1989:12). Variabel independent dalam penelitian ini adalah:

a. Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru

Persepsi adalah proses dimana sensasi informasi yang diterima melalui panca indra diubah menjadi kesatuan yang teratur rapi dan berarti (yaitu objek-objek yang dipersepsikan). Untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang guru, maka dibuat beberapa pertanyaan yang diberikan alternatif jawaban yang menunjukan seberapa besar persepsi mahasiswa tentang guru.


(52)

Menurut Spillane (1987:75) ada dua hal yang dialami oleh orang yang berprofesi sebagai guru yaitu hal- hal yang menguntungkan (pernyataan bernilai positif) atau hal- hal yang akan merugikan (pernyataan bernilai negatif. Hal- hal yang bernilai positif atau negatif tersebut, selanjutnya dijabarkan ke dalam pertanyaan yang lebih operasional.

Pengumpulan data variabel bebas yang berisi tentang persepsi tentang profesi guru dengan teknik skorsing menggunakan skala likert. Skala likert merupakan teknik skorsing yang digunakan untuk item positif dan negatif (Sudjana, 1989:107). Opsi untuk item positif dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

Nilai Skala

1) Sangat setuju 4

2) Setuju 3

3) Tidak Setuju 2

4) Sangat Tidak Setuju 1

Sedangkan untuk item negatif, skorsing sebagai berikut:

1) Sangat Setuju 1

2) Setuju 2

3) Tidak Setuju 3


(53)

b. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Tingkat status sosial ekonomi orang tua adalah kemampuan finansial orang tua siswa dan perlengkapan material yang dimiliki siswa yang terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu:

1. Tinggi 2. Sedang 3. Rendah

Untuk menetapkan posisi seseorang ke dalam jenjang status sosial ekonomi menetapkan 3 faktor utama sebagai berikut.

1) Tingkat pendidikan orang tua

Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan tertinggi yang berhasil diselesaikan orang tua siswa. Tingkat pendidikan dikelompokan menjadi:

a) Lulus SD skor 1 b) Lulus SLTP skor 2 c) Lulus SMU skor 3 d) Lulus Akademi/D3 skor 4 e) Lulus S1 keatas skor 5

Tingkat pendidikan dikategorikan rendah adalah tamat SD dan SMP, kategori menengah adalah tamat SMU dan kategori tinggi adalah tamat D-3 dan lulusan S1 keatas.


(54)

2) Tingkat pendapatan dan pekerjaan orang tua

Tingkat pendapatan adalah rata-rata yang diterima orang tua setiap bulan, baik pendapatan dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan ayah dan ibu. Tingkat pendapatan dikelompokan menjadi:

a) Di bawah Rp. 400.000 skor 1 b) Rp. 400.000-Rp.799.999,99 skor 2 c) Rp.800.000-Rp.1.199.999,99 skor 3 d) Rp. 1.200.000-Rp. 1.599.999,99 skor 4 e) Rp. 1.600.000 keatas atau lebih skor 5

Tingkat pendapatan dik ategorikan rendah adalah skor 1 dan 2, penghasilan menengah adalah skor 3 dan penghasilan tinggi adalah skor 4 dan 5.

Menurut Soekamto (1997: 307-309) jenis pekerjaan orang tua dibagi ke dalam:

a) Tidak Bekerja skor 1 b) Petani/buruh skor 2 c) Pensiunan skor 3 d) Pegawai swasta skor 4 e) Pegawai Negeri skor 5


(55)

3) Fasilitas keluarga

Menurut Soekamto (1997: 263) fasilitas dalam penelitian ini diukur dari ada/tidaknya, banyak atau sedikitnya barang/fasilitas yang dimiliki keluarga responden meliputi: a) Rumah tingga l

b) Sawah/ladang yang dimiliki orang tua. c) Dinding rumah tempat tinggal orang tua. d) Lantai rumah tempat tinggal orang tua. e) Peralatan rumah tangga yang dimiliki. f) Peralatan elektronik yang dimiliki. g) Kendaraan yang dimiliki.

h) Kamar tidur

Variabel status sosial ekonomi orang tua disusun berdasarkan kajian teori yang telah dikembangkan meliputi: pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, fasilitas yang dimiliki orang tua.

Untuk mempermudah pengolahan data dilakukan skoring dan memberikan angka setiap kriteria yang tela h ditentukan seperti di atas, yaitu:

1) Jawaban kriteria A skor 1 2) Jawaban kriteria B skor 2 3) Jawaban kriteria C skor 3 4) Jawaban kriteria D skor 4 5) Jawaban kriteria E skor 5


(56)

3. Variabel kontrol: jenis kelamin.

Jenis kelamin mahasiswa yaitu wanita dan pria. Jenis kelamin ini dipakai untuk membedakan persepsi tentang profesi guru, status sosial ekonomi orang tua dan minat mahasiswa wanita dengan mahasiswa pria.

F. Data yang Dibutuhkan

Data yang dibutuhkan adalah data mengenai jenis kelamin, persepsi mahasiswa tentang profesi guru, status sosial ekonomi keluarga serta minat mahasiswa untuk berkerja menjadi guru.

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya.

Kuesioner dibagikan kepada mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma angkatan 2002-2004 untuk memperoleh data tentang jenis kelamin, persepsi mahasiswa tentang guru dan status sosial ekonomi keluarga.


(57)

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut.

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan kegiatan penelitian ini meliputi:

1) meminta ijin kepada Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas sanata Dharma Yogyakarta untuk mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru dan Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan Minat Mahasiswa Untuk Bekerja Menjadi Guru kepada mahasiwa Pendidikan Akuntansi angkatan 2002 sampai dengan 2004; 2) Seleksi bahan yaitu membangun konsep teori dan instrumen

(mencari buku-buku sumber) yang akan digunakan untuk melakukan penelitian.

3) Mengadakan uji instrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas butir instrumen dengan cara melakukan uji coba terhadap beberapa mahasiswa.


(58)

Kisi-kisi dalam penyusunan instrumen mengenai Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru dan Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan Minat Mahasiswa Untuk Bekerja Menjadi Guru

No Variabel Deskriptor Butir

Soal 1. 2. Persepsi tentang guru Minat bekerja menjadi guru

• Berpendidikan tinggi • Berwawasan luas • Pengembangan ilmu pengetahuan

• Penyajian materi • Pengelolaan kelas

• Memahami berbagai macam karakter siswa

• Berwibawa • Sabar

• Orang tua kedua bagi siswa • Tepat waktu

• Kelengkapan administrasi • Pembentukan watak bangsa • Strata sosial guru

• Pendapatan guru • Pekerjaan

• Senang masuk PAk dorongan sendiri

• Mengerjakan tugas-tugas mata kuliah dengan baik

• Aktif dalam kegiatan intra dan ekstra kampus

• Mempelajari sumber

kepustakaan wajib setiap mata kuliah

• Bertanya pada dosen tentang materi yang belum jelas

• Tekun mengikuti semua mata kuliah yang ada pada kurikulum pendidikan PAK

• Berlatih menggunakan media pengajaran yang tepat

1, 2, 3, 4, 7, 6 5 8, 9 10, 11 12 13 14, 15 16 17, 18 19 20 21 22, 25 23, 24 1 2 3, 4 5 6 7 8


(59)

3. Status sosial ekonomi keluarga

• Mendalami pengembangan motivasi belajar siswa

• Terbuka menerima informasi yang relevan tentang ilmu pengetahuan

• Belajar menciptakan kondisi belajar mengajar yang tepat • Berlatih menguasai berbagai

keterampilan keguruan.

• Memahami prinsip-prinsip proses belajar mengajar

• Berlatih membuat alat-alat evaluasi

• Berencana bekerja menjadi guru kelak.

• Tingkat pendidikan ayah • Tingkat pendidikan ibu • Pendapatan ayah per bulan • Pendapatan ibu per bulan • Pekerjaan Ayah

• Pekerjaan ibu • Kepemilikan rumah

• Ladang/sawah yang dimiliki • Dinding rumah

• Lantai rumah • Peralatan rumah • Peralatan elektronik

• Jenis kendaraan yang dimiliki • Kamar tidur

9, 10, 11 ,17 12, 13 14 15 16 18, 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14


(60)

Untuk menguji validitas dan reliabilitas kuesioner maka akan dilakukan pengujian kuesioner yang meliputi:

a. Pengujian Validitas

Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur (Sudjana dan Ibrahim, 1989:117). Suatu instrumen dikatakan valid apabila suatu alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang diinginkan diukur dengan tepat. Pengujian dilakukan dengan perhitungan regresi Product Moment dari Pearson.

( )( )

(

)

{

∑ ∑

}

{

( )

}

=

2 2 2 2

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N

r

xy Keterangan:

N = Total responden Y = Total nilai skor

X = Nilai dari item atau jawaban responden.

Setelah koefisien korelasi

( )

rxy ditemukan perlu diuji, dibanding denganrtabel sebesar 0,254 pada taraf signifikansi 5% dengan derajat

kebebasan(n-2). Jika rxy>rtabel berarti instrumen tersebut valid.

Perhitungan pengujian validitas kuesioner dapat dilihat pada lampiran 2. Berikut rangkuman hasil perhitungan pengujian kuesioner.


(61)

Tabel III. 1 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru

No Butir Soal Koefisien Validitas Nilai r tabel Keterangan 1. Butir 15 0.318 0.254 Valid 2. Butir 16 0.254 0.254 Valid 3. Butir 17 0.481 0.254 Valid 4. Butir 18 0.547 0.254 Valid 5. Butir 19 0.415 0.254 Valid 6. Butir 20 0.508 0.254 Valid 7. Butir 21 0.329 0.254 Valid 8. Butir 22 0.526 0.254 Valid 9. Butir 23 0.301 0.254 Valid 10. Butir 24 0.422 0.254 Valid 11. Butir 25 0.447 0.254 Valid 12. Butir 26 0.502 0.254 Valid 13. Butir 27 0.337 0.254 Valid 14. Butir 28 0.254 0.254 Valid 15. Butir 29 0.432 0.254 Valid 16. Butir 30 0.493 0.254 Valid 17. Butir 31 0.476 0.254 Valid 18. Butir 32 0.398 0.254 Valid 19. Butir 33 0.593 0.254 Valid 20. Butir 34 0.598 0.254 Valid 21. Butir 35 0.415 0.254 Valid 22. Butir 36 0.152 0.254 Tidak valid 23. Butir 37 0.432 0.254 Valid 24. Butir 38 0.423 0.254 Valid 25. Butir 39 0.263 0.254 Valid


(62)

Hasil uji coba menunjukan bahwa dari 25 butir soal untuk variabel persepsi mahasiswa tentang profesi guru yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 24 butir soal yang valid sebab koefisien validitas > dari rtabel, sedang 1 butir soal dianggap tidak valid karena koefisien validitas < rtabel.

Tabel III. 2 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Persepsi Mahasiswa tentang Profesi Guru

No. Butir Soal Koefisien Validitas Nilai r tabel Keterangan 1. Butir 40 0.281 0.254 Valid 2. Butir 41 0.337 0.254 Valid 3. Butir 42 0.452 0.254 Valid 4. Butir 43 0.364 0.254 Valid 5. Butir 44 0.449 0.254 Valid 6. Butir 45 0.385 0.254 Valid 7. Butir 46 0.544 0.254 Valid 8. Butir 47 0.532 0.254 Valid 9. Butir 48 0.595 0.254 Valid 10. Butir 49 0.450 0.254 Valid 11. Butir 50 0.506 0.254 Valid 12. Butir 51 0.550 0.254 Valid 13. Butir 52 0.542 0.254 Valid 14. Butir 53 0.534 0.254 Valid 15. Butir 54 0.408 0.254 Valid 16. Butir 55 -0.201 0.254 Tidak valid 17. Butir 56 0.521 0.254 Valid 18. Butir 57 0.453 0.254 Valid 19. Butir 58 0.334 0.254 Valid 20. Butir 59 0.356 0.254 Valid


(63)

Hasil uji coba menunjukan bahwa dari 20 butir soal untuk variabel minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 19 butir soal yang valid sebab koefisien validitas > dari rtabel, sedang 1 butir soal dianggap tidak valid karena koefisien validitas < rtabel.

b. Pengujian Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui taraf kepercayaan dari suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan reliabilitas bila instrumen digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2004:267). Untuk mengukur reabilitas menggunakan koefisien Alpha Cronbach dengan taraf signifikansi 5%. (Arikunto, 2000: 236):         −     −

=

2

2 1 1 at ab k k rtt Keterangan: tt

r = reliabilitas instrumen. K = jumlah butir pertanyaan.

ab2 = jumlah variabel soal. 2

at = variabel soal

Oleh karena koefisien alpha sebesar 0,856 untuk variabel persepsi mahasiswa tentang profesi guru dan 0,836 untuk variabel minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru lebih besar dari 0,06 maka kuesioner tersebut dinyatakan handal atau reliabel. (Perhitungan terdapat pada lampiran 2)


(64)

2. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan tanya jawab responden untuk memperkuat dokumen.

3. Dokumentasi

Dokume ntasi adalah metode pengumpulan data mengenai jumlah mahasiswa, nama, jenis kelamin mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

H. Teknik Analisis Data 1. Deskripsi Data

Analisis deskriptif yaitu analisis data yang memberikan gambaran secara terperinci terhadap gejala-gejala subjek penelitian dan memberikan penafsiran. Teknik analisis ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah nomor 1, 2 dan 3.

Untuk menjawab rumusan masalah nomor 1, 2 dan 3 langkah- langkah yang ditempuh penulis adalah mengklasifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari hasil temuan lapangan dengan cara:

1) Menyusun tabel distribusi frekue nsi.

2) Menghitung nilai- nilai mean, median, modus dan standard deviasi.


(65)

2. Uji Prasyarat Analisis Data

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisis regresi sederhana dan analisis regresi ganda. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan regresi antara lain:

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui

apakah skor-skor sampel dapat masuk akal dan dianggap berasal suatu populasi distribusi teoritis. Dalam pengujian normalitas

peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang memusatkan perhatian pada penyimpangan (deviasi) terbesar. Adapun uji Kolmogorov-Smirnov untuk normalitas adalah sebagai berikut.

( )

(

X Sn X

)

F maksimum

D= o

Keterangan:

D : Deviasi maksimum

Fo (X) : Fungsi distribusi kumulatif yang ditentukan

Sn (X) : Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Uji ini dapat menggunakan ketentuan sebagai berikut:

- Jika probabilitas asimtot > 0,05 berarti sebaran data normal. - Jika probabilitas asimtot < 0,05 berarti sebaran data tidak

normal. b. Uji Linieritas

Uji linieritas ini dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas mempunyai hubungan linieritas atau tidak dengan variabel terikat.


(66)

Menurut Sudjana (2000: 355) rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

F =

(

1

)

/ − −k n JK K JK res reg Keterangan:

F : Harga bilangan f untuk garis regresi

reg

JK : Jumlah kuadrat regresi

res

JK : Jumlah kuadrat residu 1

− −k

n : Derajat kebebasan

Kriteria pengujian linieritas yaitu jika nilai Fhitunglebih kecil

dari Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n-k-1 atau signifikan > 0.05, maka hubungan variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier. Sebaliknya jika nilai Fhitunglebih besar dari Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan dk=

n-k-1, maka hubungan variabel bebas dengan variabel terikat bersifat tidak linier.

3. Pengujian Hipotesis

a. Untuk menguji hipotesis 1, 2 dan 3 menggunakan regresi dengan variabel dummy (Gujarati, 1978:263-267)

1) Hipotesis 1 yaitu pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru. Dalam pengujian hipotesis 1 digunakan pengujian Chow dengan persamaan regresi sebagai berikut:


(67)

Y = α0 + α1Di + β1X12(DiX1)+ui Keterangan:

Y = Minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru X1 = Persepsi mahasiswa tentang profesi guru

β

α, = Konstanta atau parameter Di = 1 jika mahasiswa wanita

0 jika mahasiswa pria u = Gangguan stokastik

Untuk menguji apakah hipotesis dapat diterima atau tidak maka diadakan uji signifikasi dengan tingkat signifikasi 5 %.

Kriterian pengujian hipotesis:

Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak Jika probabilitas > 0,05 maka Ho gagal ditolak

2) Hipotesis 2 yaitu pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru.

Dalam pengujian hipotesis 1 digunakan pengujian Chow dengan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = α0 + α1Di + β1X22(DiX2)+ui Keterangan:

Y = Minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru X2 = Status sosial ekonomi keluarga

β

α, = Konstanta atau parameter Di = 1 jika mahasiswa wanita

0 jika mahasiswa pria u = Gangguan stokastik


(68)

Untuk menguji apakah hipotesis dapat diterima atau tidak maka diadakan uji signifikasi dengan tingkat signifikasi 5 %. Kriterian pengujian hipotesis:

Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak Jika probabilitas > 0,05 maka Ho gagal ditolak

3) Untuk menguji hipotesis ke-3 yaitu pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dan status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru.

Y = α0 + α1DiX1+ βX2 + β(DiX1X2)+ ui

Keterangan:

Y = Minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru X1 = Persepsi mahasiswa tentang profesi guru

X2 = Status sosial ekonomi keluarga

α,β = Konstanta atau parameter Di = 1 jika mahasiswa wanita

0 jika mahasiswa bukan wanita u = Gangguan stokastik

Apabila koefisien korelasi ganda ini dikuadratkan, maka akan diperoleh penentuan (KP) (Coefisien of Determinat), yaitu suatu nilai untuk mengukur besarnya sumbangan dari beberapa variabel X terhadap variabel Y. Apabila dikalikan dengan 100 % akan diperoleh persentase sumbangan terhadap naik turunnya Y.

rumus koefisien determinasi (Sugiyono, 2004: 259):

(

)

(

2

)

2 1 1 R m m N R F − − − =


(69)

Keterangan

2

R = Jumlah kuadrat koefisien korelasi berganda m = Jumlah prediktor

N = Jumlah sampel N-m-1 = Derajat kebebasan

Harga Fhitung yang diperoleh dikonsultsikan dengan Ftabel pada

db =

{

m:

(

Nm−1

)

}

dan taraf signifikansi 5 %. Kriteria : jika Fhitung > Ftabel maka harga Ry(1,2,3) signifikan, dan berarti ada

korelasi antar variabel bebas secara keseluruhan dengan variabel terikat.


(70)

56 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Pengelompokan data ke dalam tabel distribusi frekuensi masing-masing variabel status sosial ekonomi keluarga, persepsi mahasiswa tentang profesi guru dan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru.

1. Status Sosial Ekonomi Keluarga

a. Mahasiswa berjenis kelamin wanita

Dari data tentang status sosial ekonomi keluarga mahasiswa berjenis kelamin wanita yang diperoleh dengan bantuan SPSS versi 12 diketahui skor data tertinggi sebesar 104 dan skor data terendah sebesar 19. Dengan demikian dapat dibuat tabel distribusi frekuensi yang tertera dibawah ini. (Perhitungan tabel terdapat dalam lampiran 3)

Tabel 5. 1

Distribusi Frekuensi Status Sosial Ekonomi Keluarga Mahasiswa Berjenis Kelamin Wanita

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1. 97 - 109 3 4,2

2. 84 - 96 14 19,4

3. 71 - 83 5 6,9

4. 58 - 70 2 2,8

5. 45 - 57 20 27,8

6. 32 - 44 25 34,7

7. 19 - 31 3 4,2

Jumlah 72 100


(71)

Dari hasil perhitungan data tentang tingkat status sosial ekonomi keluarga mahasiswa berjenis kelamin wanita dengan menggunakan SPSS versi 12 diperoleh nilai mean sebesar 57,86, median sebesar 49,50 dan standar deviasi sebesar 22,466. (Lampiran 4)

Untuk mengetahui tingkat status sosial ekonomi keluarga untuk mahasiswa berjenis kelamin wanita digunakan pedoman Penilaian Acuan Normal (PAN) tipe II. (Perhitungan tabel terdapat pada lampiran 5 )

Tabel 5. 2

Daftar Frekuensi Penilaian Status Sosial Ekonomi Keluarga Mahasiswa Berjenis Kelamin Wanita

No. Interval Frekuensi Persentase Penilaian

1. Diatas 102,79 2 2,78 Baik Sekali

2. 80,32 – 102,79 15 20,83 Baik

3. 35,394 – 79,32 50 69,44 Cukup

4. 12,928 – 34,394 5 6,9 Kurang

5. Di bawah 12,928 0 0 Kurang Sekali

Jumlah 72 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa frekuensi yang paling tinggi untuk variabel tingkat status sosial ekonomi keluarga pada skor 35,394 sampai 79,32 dengan persentase 69,44 %, maka dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi keluarga mahasiswa berjenis kelamin wanita termasuk kategori cukup.

b. Mahasiswa berjenis kelamin pria

Dari data tentang status sosial ekonomi keluarga mahasiswa yang berjenis kelamin pria yang diperoleh dengan bantuan SPSS


(72)

versi 12 diketahui skor data tertinggi sebesar 103 dan skor data terendah sebesar 28. Dengan demikian dapat dibuat tabel distribusi frekuensi yang tertera dibawah ini. (Perhitungan tabel terdapat dalam lampiran 3)

Tabel 5. 3

Distribusi Frekuensi Status Sosial Ekonomi Keluarga Mahasiswa Berjenis Kelamin Pria

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1. 98 - 111 1 3,6

2. 84 - 97 1 3,6

3. 70 - 83 5 17,8

4. 56 - 69 1 3,6

5. 42 - 55 7 25

6. 28 - 41 13 46,4

7. Jumlah 28 100

Sumber: Data Primer

Dari hasil perhitungan data tentang tingkat status sosial ekonomi keluarga mahasiswa berjenis kelamin pria dengan menggunakan SPSS versi 12 diperoleh nilai mean sebesar 50,93, median sebesar 43 dan standar deviasi sebesar 21,364. (Lampiran 4)

Untuk mengetahui tingkat status sosial ekonomi keluarga untuk mahasiswa berjenis kelamin pria digunakan pedoman Penilaian Acuan Normal (PAN) tipe II. (Perhitungan tabel terdapat dalam lampiran 5 )


(73)

Tabel 5. 4

Daftar Frekuensi Penilaian Status Sosial Ekonomi Keluarga Mahasiswa Berjenis Kelamin Pria

No. Interval Frekuensi Persentase Penilaian 1. Diatas 93,658 1 3,57 Baik Sekali 2. 72,294 – 93,658 6 21,43 Baik

3. 29,566 – 71,294 14 50 Cukup

4. 8,202 – 28,56 7 25 Kurang

5. Di bawah 8,202 0 0 Kurang Sekali

Jumlah 28 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa frekuensi yang paling tinggi untuk variabel tingkat status sosial ekonomi keluarga pada skor 29,566 sampai 71,294 dengan persentase 50%, maka dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi keluarga mahasiswa berjenis kelamin pria termasuk kategori cukup.

2. Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru a. Mahasiswa Berjenis Kelamin Wanita

Dari data tentang persepsi mahasiswa tentang profesi guru untuk mahasiswa yang berjenis kelamin wanita yang diperoleh dengan bantuan SPSS versi 12 diketahui skor data tertinggi sebesar 184 dan skor data terendah sebesar 74. Dengan demikian dapat dibuat tabel distribusi frekuensi yang tertera dibawah ini. (Perhitungan tabel terdapat dalam lampiran 3)


(74)

Tabel 5. 5

Distribusi Frekuensi Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru

Mahasiswa Berjenis Kelamin Wanita

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1. 176 - 192 3 4,2

2. 159 - 175 17 23,7

3. 142 - 158 2 2,8

4. 125 - 141 0 0

5. 108 - 124 1 1,4

6. 91 - 107 5 6,9

7. 74 - 90 44 61

Jumlah 72 100

Sumber: Data Primer

Dari hasil perhitungan data tentang persepsi mahasiswa tentang profesi guru untuk mahasiswa berjenis kelamin wanita dengan menggunakan SPSS versi 12 diperoleh nilai mean sebesar 111,44, median sebesar 88 dan standar deviasi sebesar 39,888. (Lampiran 4)

Untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang profesi guru untuk mahasiswa berjenis kelamin wanita digunakan pedoman Penilaian Acuan Normal (PAN) tipe II. (Perhitungan tabel terdapat dalam lampiran 5 )

Tabe l 5. 6

Daftar Frekuensi Penilaian Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru

Mahasiswa Berjenis Kelamin Wanita

No. Interval Frekuensi Persentase Penilaian

1. Diatas 191,18 0 0 Baik Sekali

2. 151,31 – 191,18 23 32 % Baik

3. 71,572 – 150,31 49 68 % Cukup

4. 27,03 – 68,443 0 0 Kurang

5. Di bawah 27,03 0 0 Kurang Sekali

Jumlah 72 100


(1)

123

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Regressio

n 19916.096 3 6638.699 8.594 .000(a)

Residual 74155.264 96 772.451

1

Total 94071.360 99

a Predictors: (Constant), DX2, X2, D b Dependent Variable: Y

Coefficients(a)

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant

) 118.165 13.790 8.569 .000

D 2.277 16.524 .033 .138 .891

X2 -.643 .250 -.465 -2.570 .012

1

DX2 .002 .290 .003 .008 .993

a Dependent Variable: Y

Casewise Diagnostics(a)

Case Number Std. Residual Y

Predicted

Value Residual

3 1.650 146 100.15 45.853

4 -1.309 52 88.39 -36.387

6 1.025 122 93.52 28.484

7 -1.029 63 91.59 -28.592

9 1.788 140 90.31 49.690

12 1.629 142 96.72 45.279

13 -1.342 62 99.29 -37.285

15 1.017 125 96.72 28.279

16 -1.187 65 98.00 -33.003

18 1.337 127 89.85 37.149

21 2.132 147 87.75 59.254

22 -1.530 51 93.52 -42.516

25 -1.037 57 85.82 -28.823

30 1.372 131 92.87 38.125

31 -1.070 58 87.75 -29.746

34 -1.144 63 94.80 -31.798

36 1.267 130 94.80 35.202

37 -1.158 53 85.18 -32.181

40 -1.268 57 92.23 -35.233

42 1.025 122 93.52 28.484

43 -1.057 59 88.39 -29.387

45 1.133 125 93.52 31.484


(2)

124

54 1.447 132 91.78 40.218

55 -1.102 56 86.63 -30.634

57 1.292 123 87.10 35.895

60 1.792 135 85.18 49.819

63 1.385 132 93.52 38.484

64 -1.079 65 95.00 -29.999

66 1.534 140 97.36 42.638

67 -1.046 64 93.07 -29.069

69 1.478 120 78.91 41.088

72 1.139 126 94.36 31.644

73 -1.452 54 94.36 -40.356

76 -1.700 61 108.26 -47.261

78 1.110 122 91.14 30.862

79 -1.150 59 90.95 -31.951

84 1.295 131 95.00 36.001

85 -1.637 54 99.50 -45.504

88 -1.079 56 85.99 -29.990

94 -1.381 50 88.39 -38.387

99 1.193 135 101.85 33.150

100 -1.033 68 96.72 -28.721

a Dependent Variable: Y

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 51.89 108.26 83.92 14.184 100

Std. Predicted Value -2.259 1.716 .000 1.000 100

Standard Error of

Predicted Value 3.278 14.055 5.246 1.847 100

Adjusted Predicted Value 50.13 111.07 83.86 14.315 100

Residual -47.261 59.254 .000 27.369 100

Std. Residual -1.700 2.132 .000 .985 100

Stud. Residual -1.750 2.148 .001 1.001 100

Deleted Residual -50.066 60.169 .060 28.261 100

Stud. Deleted Residual -1.770 2.190 .002 1.005 100

Mahal. Distance .387 24.327 2.970 3.343 100

Cook's Distance .000 .063 .008 .011 100

Centered Leverage Value .004 .246 .030 .034 100

a Dependent Variable: Y


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

MINAT MAHASISWA BERPROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA PADA Minat Mahasiswa Berprofesi Guru Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

0 1 17

MINAT MAHASISWA BERPROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA PADA Minat Mahasiswa Berprofesi Guru Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

0 2 10

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESI GURU DAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP MINAT MENJADI GURU AKUNTANSI PADA MAHASISWA PROGAM STUDI Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru Dan Prestasi Belajar Terhadap Minat Menjadi Guru Akuntansi Pada Maha

0 0 18

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESI GURU DAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP MINAT MENJADI GURU AKUNTANSI PADA MAHASISWA PROGAM STUDI Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru Dan Prestasi Belajar Terhadap Minat Menjadi Guru Akuntansi Pada Maha

1 8 10

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESI GURU TERHADAP MINAT MENJADI GURU : Survey pada Mahasiswa Kependidikan Angkatan 2010 Universitas Pendidikan Indonesia.

0 2 28

Hubungan jenis kelamin, prestasi mahasiswa tentang profesi guru, dan status sosial ekonomi orang tua dengan minat mahasiswa menjadi guru : studi kasus pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

0 3 109

Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara persepsi mahasiswa tentang profesi guru dan status sosial ekonomi keluarga dengan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi guru : studi kasus pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi USD Angkatan 2002-2004 - USD Rep

0 0 141

Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dan prestasi belajar dengan minat mahasiswa menjadi guru : studi kasus pada mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2006 - USD Repo

0 0 157

Hubungan jenis kelamin, prestasi mahasiswa tentang profesi guru, dan status sosial ekonomi orang tua dengan minat mahasiswa menjadi guru : studi kasus pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 107

HUBUNGAN PRESTASI PPL DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG STATUS SOSIAL GURU DENGAN MINAT MENJADI GURU

0 0 155