Tabel β.γ Kriteria Klinis Sindrom Metabolik IDF β005 Kriteria Klinis
IDF β005 Sesuai definisi IDF terbaru, SM ditegakkan berdasarkan :
Obesitas abdominal diukur dari ukuran lingkar pinggang sesuai etnis Ditambah β dari 4 faktor dibawah ini :
Peningkatan Trigliserida TG 150 mgdL 1,7 mmolL atau
sudah mendapat terapi untuk peningkatan trigliserid
Penurunan HDL kolesterol HDL-C 40mgdL 1,0γ mmolL pada
pria atau 50 mgdL 1,β9 mmolL pada wanita, atau sudah mendapat terapi untuk
kolesterol Tekanan darah
Sistolik ≥1γ0 atau Diastolik ≥85 mmHg atau penderita yang sudah terdiagnosis
hipertensi Glukosa Darah Puasa
100 mgdL 5,6 mmolL atau penderita yang sudah terdiagnosis diabetes tipe β
Bila IMT γ0kgm², maka sudah dikatakan obesitas abdominal, sehingga tidak diperlukan pengukuran lingkar pinggang IDF, β006.
2.2.5. Hubungan SAT dengan komponen sindrom metabolik
β.β.5.1 Obesitas abdominal dan indeks masa tubuh
Gambar β.γ Obesitas dan sindrom metabolik meningkatkan stres oksidatif Tangvarasittichai, β015
Pada gambar diatas dijelaskan bahwa obesitas abdominal dan SM meningkatkan stress oksidatif. Pada obesitas abdominal terjadi penambahan
ukuran dan jumlah sel adiposa sehingga menimbulkan gangguan metabolik sehingga terjadi hyperinsulinemia insulin resisten yang merupakan penyebab
TβDM. Selain sebagai cadangan energi, sel adiposa merupakan organ yang memproduksi adipokin seperti sitokin proinflamasi, hormon antiinflamasi dan
substansi biologi lain. Obesitas menyebabkan sitokin proinflamasi meningkat sehingga
menyebabkan inflamasi dinding vaskuler yang dapat memicu terjadinya aterosklerosis. Selain itu obesitas pada obesitas terjadi peningkatan metabolisme
lemak yang menyebabkan terjadinya peningkatan produksi ROS di sirkulasi maupun jaringan adiposa. ROS akan merangsang inflamasi, mengaktivasi matriks
metaloproteinase, menginduksi apoptosis, menyebabkan agregasi trombosit dan
menstimulasi otot polos. ROS juga berperan dalam memodulasi tonus pertumbuhan dan remodeling vaskular. Peningkatan ROS dalam sel adiposa akan
menyebabkan terganggunya keseimbangan reduksi oksidasi, sehingga terjadi penurunan enzim antioksidan dalam sirkulasi. Keadaan ini disebut stres oksidatif
Lilyasari, β007. Dalam proses fisiologis obesitas terjadi peningkatan produksi ROS. Hasil
produksi tersebut adalah γ ROS utama, yaitu superoxide radical, hydroxyl radical, dan hydrogen peroxide. Peningkatan dari molekul ROS akan menyebabkan
terjadinya kerusakan makromolekul seperti lemak, protein dan asam nukleat. Dalam kondisi normal peningkatan ROS dalam tubuh akan dilawan oleh
antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri atau dari makanan yang kita konsumsi. Tetapi dalam keadaan obesitas dimana terjadi kelainan metabolik,
jumlah SAT yang mengindikasikan seluruh pertahanan tubuh terhadap ROS turun. Antioksidan tubuh tidak dapat mengalahkan tingginya ROS sehingga terjadi
peroksidasi lipid yang mengakibatkan terjadinya aterosklerosis Tangvarasittichai, β015.
β.β.5.β Resistensi Insulin Resistensi insulin pada penderita obesitas abdominal diduga merupakan
pencetus terjadinya SM. Insulin adalah suatu hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino yang dihasilkan oleh sel beta pulau langerhans pankreas. Pada
keadaan yang normal, ketika ada rangsangan pada sel beta pulau langerhans pankreas maka insulin akan disintesis, kemudian akan disekresikan ke dalam
darah untuk regulasi glukosa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh Manaf, β014.
Insulin memiliki peran yang penting pada berbagai proses biologis dalam tubuh, terutama metabolisme karbohidrat, dalam proses penggunaan glukosa di
seluruh jaringan tubuh, terutama otot, lemak dan hati. Insulin penting dalam penyimpanan lemak maupun sintesis lemak dalam jaringan adiposa, sehingga bila
terjadi resistensi insulin maka proses penyimpanan lemak maupun sintesis lemak akan terganggu Sugondo, β014.
Asupan makanan yang tinggi kandungan lemak dan karbohidratnya ketika dikonsumsi akan menghasilkan energi ATP, lemak secara fungsional berperan
sebagai stress oksidatif yang mampu menyebabkan disrupsi pada reseptor insulin. Asupan karbohidrat tinggi pada penderita dengan gen resistensi insulin ketika
memproduksi energi ATP maka pada membaran bagian dalam dari mitokondrianya khususnya pada rantai transportasi elektron sel akan melepaskan
bye product ROS yang berlebihan. Jadi tanpa dielakkan akan mengakibatkan resistensi insulin, dan dampaknya akan memperburuk tingkat sensitifitas insulin
sehingga memperburuk resistensi insulin yang mendorong timbulnya ketidakseimbangan oksidan antioksidan atau stress oksidatif pada tingkat seluler.
Ini akan membuka akses bagi ROS berinteraksi dengan protein, lipid dan DNA sehingga merusak makromolekul seluler yang berlanjut pada gangguan fungsi sel
Effendi, β01γ.
Gambar β.4 Peran ROS terhadap aterosclerosis dan sumber produksi ROS pada diabetes mellitus tipe β Tangvarasittichai, β015.
oxLDL: Oxidized low density lipoprotein; FFA: Free fatty acids; AGEs: Advanced glycation end-products; VSMC: Vascular smooth muscle cells; ROS:
Reactive oxygen species.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada pasien diabetes mellitus tipe β TβDM terjadi peningkatan produksi ROS yang mengakibatkan peningkatan
kerusakan oksidatif dan penurunan defenses mechanism mekanisme pertahanan diri dari antioksidan. Produksi FFA dan glukosa yang berlebihan dapat
menimbulkan efek inflamasi melalui stress oksidatif dan dan penurunan antioksidan Tangvarasittichai, β015. Peningkatan produksi ROS pada TβDM
diaktifkan melalui jalur yang merugikan termasuk jalur hexosamin, formasi AGEs advanced glycation end-products, dan PKC 1β. Kondisi hiperglikemia yang
persisten dapat meningkatkan oksidatif stress melalui beberapa mekanisme seperti autooksidasi glukosa, jalur polyol, glikosilasi yang menghasilkan produk AGEs,
PKC 1β kinase. Stress oksidatif berkembang dan mengakibatkan translokasi nukleo-sitoplasmik sehingga memberikan faktor transkripsi yang pro-apoptotik
FoxO1 mempengaruhi gen gen yang terkait insulin, transporter glukosa β GLUTβ serta glukokinase yang menimbulkan kerusakan pada sel Efendi
β01γ dan Tangvarasittichai, β015. Tingginya asam lemak bebas, leptin dan berbagai faktor sirkulasi pada pasien TβDM juga berperan terhadap produksi ROS
yang berlebih Tangvarasittichai, β015. Inflamasi terjadi sebagai manifestasi dari stress oksidatif, dan dapat
menghasilkan mediator inflamasi termasuk adhesi molekul dan interleukin yang dapat menimbulkan stress oksidatif Tangvarasittichai, β015. Saat ini konsep
bahwa aterosclerosis adalah penyakit inflamasi sudah dikenal. Inflamasi kronis mungkin berperan terhadap patogenesis resistensi insulin dan TβDM.
Tangvarasittichai, β015. Resistensi insulin adalah suatu keadaan menurunnya kemampuan reseptor
insulin yang mengakibatkan terjadinya kegagalan fungsi metabolik tubuh dan akan meningkatkan resiko kejadian penyakit kardiovaskuler. Resistensi insulin
pada obesitas abdominal mendasari SM. Pemeriksaan resistensi insulin dilakukan dengan pengukuran Homeostasis Model Asessment – Insulin Resistence HOMA-
IR Soegondo dan Purnamasari, β014. HOMA-IR didapatkan dari hasil perhitunagn: insulin darah puasa µUml × glukosa darah puasa mmolml ββ.5
Budhiarta, β006 dan Simental-Mendía et al., 2012.
Dalam keadaan SM dimana obesitas abdominal dan resitensi insulin adalah faktor pemicunya, maka jumlah SAT yang mengindikasikan seluruh pertahanan
tubuh berupa antioksidan terhadap ROS yang berlebihan turun Tangvarasittichai, β015.
β.β.5.γ Dislipidemia
Klasifikasi Dislipidemia dibagi menjadi primer dan sekunder. Dislipidemia
primer adalah dislipidemia yang tidak diketahui penyebabnya, dan dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang memiliki penyakit dasar seperti diabetes,
sindroma nefrotik dan hipotiroidisme. Selain itu dislipidemia dapat dilihat berdasarkan profil lipid yang menonjol, seperti hiperkolesterolemi,
hipertrigliseridemi, isolated low HDL-cholesterol, dan dislipidemia campuran. NCEP-ATP III β001 telah membuat batasan yang dapat dipakai secara umum
yaitu:
Tabel β.4 Kadar Lipid serum Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserid
menurut NCEP ATP III β00β mgdL Kolesterol total
β00mgdL Optimal
β00-βγ9mgdL Diinginkan
≥ β40mgdL Tinggi
Kolesterol LDL 100mgdL
Optimal
100-1β9mgdL Mendekati optimal
1γ0-159mgdL Diinginkan
160-189mgdL Tinggi
≥190mgdL Sangat tinggi.
Kolesterol HDL 40mgdL
Rendah ≥ 60mgdL
Tinggi. Trigliserid 150mgdL
Optimal 150-199mgdL
Diinginkan β00-499mgdL
Tinggi ≥ 500mgdL
Sangat tinggi Sumber : executive summary of the third report of the National Cholesterol
Education Program NCEP Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High blood Cholesterol in Adults Adult Treatment Panel iii. JAMA
2001;285:2486-2497 Adam, β014. Dislipidemia aterogenik pada SM ditandai dengan peningkatan trigliserida
dan penurunan HDL kolesterol sesuai kriteria SM yang terbaru adalah IDF tahun β005. Kriteria trigliserida 150 mgdL 1,7 mmolL atau sudah mendapat terapi
untuk peningkatan trigliserid dan HDL kolesterol 40mgdL 1,0γ mmolL pada pria atau 50 mgdL 1,β9 mmolL pada wanita, atau sudah mendapat terapi
untuk kolesterol Soegondo dan Purnamasari, β014. Dislipidemia aterogenik terjadi akibat pengaruh insulin terhadap cholesterol
ester transfer protein CETP yang memperlancar transfer cholesteryl ester CE dari HDL ke VLDL trigliserida dan mengakibatkan terjadinya katabolisme dan
apoA, komponen protein HDL. Obesitas abdominal meningkatkan terjadinya lipogenesis, peningkatan jumlah insulin sehingga sensitivitas insulin turun dan
terjadi resistensi insulin, akumulasi trigliserida serta meningkatkan apoptosis adiposit yang menyebabkan produksi ROS meningkat, sehingga terjadi stres
oksidatif Susantiningsih, β015. Peningkatan trigliserida dan penurunan HDL kolesterol pada obesitas
abdominal yang disertai resitensi insulin akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif, maka jumlah SAT yang mengindikasikan seluruh pertahanan tubuh
berupa antioksidan terhadap ROS yang berlebihan turun. β.β.5.4 Peningkatan tekanan darah
Gambar β.5 Peningkatan ROS pada obesitas, sindrom metabolik dan hipertensi Tangvarasittichai, β015.
FFA: Free fatty acid; SM: Metabolic syndrome; HT: Hypertension; IGT: Impaired glucose tolerance.
Sindrom metabolik terkait dengan salt sensitive hipertension hipertensi yang
sensitif terhadap garam. ROS berperan dalam mekanisme sindrom metabolik dan salt sensitive hipertension, yang mana akan menyebabkan terjadinya over
produksi dari ROS. Pembatasan asupan garam dan diet penurunan berat badan pada pasien hipertensi yang mengalami obesitas ternyata dapat lebih menurukan
tekanan darah daripada pasien hipertensi yang tidak obesitas. Oksidatif stress pada lemak abdominal meningkatkan sekresi adipositokin seperti TNF-α,
angiotensinogen dan asam lemak non ester. Pada pasien tinggi renin non- modulating salt sensitive hipertension terjadi peningkatan level homeostasis
model assessment of insulin resistence HOMA-IR. Pasien dengan salt sensitive hipertension non obese memiliki sensitifitas insulin yang rendah dibandingkan
dengan non-salt sensitive hipertension. Resistensi insulin juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas dengan salt sensitive hipertension dan sindrom
metabolik. Peningkatan produksi ROS berlebih dari ginjal juga dapat meningkatkan salt sensitive hipertension. Peningkatan oksidatif stress pada ginjal
berkontribusi pada perkembangan salt sensitive hipertension. Selanjutnya produksi ROS yang berlebihan pada sel endotelial akan menekan vasodilatasi NO-
dependent yang juga berperan terhadap perkembangan salt sensitive hipertension
Tangvarasittichai, β015.
Resistensi insulin juga memegang peranan penting terhadap pathogenesis hipertensi, insulin merangsang sistem saraf simpatis dengan meningkatkan
reabsobsi natrium ginjal, mempengaruhi transpor kation dan mengakibatkan hipertrofi sel otot polos pembuluh darah. Pemberian infus insulin akan
menyebabkan terjadinya hipotensi akibat terjanya vasodilatasi, dengan demikian disimpulkan bahwa hipertensi pada resistensi insulin terjadi akibat
ketidakseimbangan antara efek pressor dan depressor Soegondo dan Purnamasari, β014.
Peningkatan tekanan darah sesuai kriteria SM yang terbaru berdasarkan IDF
tahun β005 adalah sistolik ≥ 1γ0mmHg dan diastolik ≥ 85mmHg Effendi, β01γ dan Soegondo dan Purnamasari, β014.
Peningkatan tekanan darah pada obesitas abdominal yang disertai resitensi insulin akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif, maka jumlah SAT yang
mengindikasikan seluruh pertahanan tubuh berupa antioksidan terhadap ROS yang berlebihan turun Tangvarasittichai, β015.
2.3 Radikal Bebas Radikal bebas free radical oleh Soeatmaji 1998 didefinisikan sebagai