17 2 Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi 3 Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri , Koperasi, BUMNBUMD, dan penyertaan modal badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat : 1 Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan
2 Bagi perseroan terbatas PT, BUMNBUMD, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25 dua
puluh lima persen dari jumlah modal yang disetor. 4 Dividen yang diterima oleh orang pribadi
5 Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang saham unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
6 SHU Koperasi yang dibayarkan oleh Koperasi kepada anggotanya 7 Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman danatau pembiayaan.
2.4 Tata Cara Penyetoran PPh Pasal 23
Berdasarkan UU KUP Nomor 28 tahun 2007 dan PMK Nomor 242PMK.032014 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak, PPh
Pasal 23 dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10
18 sepuluh bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Penerima penghasilan
yang dipotong PPh Pasal 23, akan diberikan bukti pemotongan PPh Pasal 23. Atas pemotongan yang telah dilakukan dalam suatu masa pajak, Wajib Pajak
sebagai pemotong pajak wajib melakukan pelaporan pemotongan PPh Pasal 23 yang telah dilakukannya. Pembayaran dan Penyetoran pajak harus dilakukan
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak SSP atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak SSP. Umumnya penyetoran PPh
Pasal 23 atas Jasa Lain-lain menggunakan SSP Surat Setoran Pajak namun menurut Peraturan Dirjen Pajak nomor PER-26PJ2014 tentang E-billing maka
mulai tahun 2016, penyetoran pajak bisa menggunakan E-billing. E-billing yaitu sistem pembayaran pajak secara elektronik. Billing tersebut harus diisi data dari
tanggal dan bulan sesuai dengan masa pajak dan jumlah yang harus disetor. Setelah mengisi data dengan benar dan lengkap maka Wajib Pajak akan
menerima kode billing pajak yang disebut bukti E-billing. Bukti E-billing tersebut harus disetorkan kepada Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh
pemerintah sebagai tempat pembayaran pajak. Apabila Wajib Pajak terlambat menyetor atau tidak membayar pajak maka sanksi yang dikenakan dapat berupa
sanksi administrasi, tetapi juga dapat berupa sanksi pidana apabila Wajib Pajak terlambat atau tidak menyetor SPT. Menurut pasal 9 ayat 2 huruf a UU KUP, bila
pembayaran atau penyetoran pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran yaitu tanggal 10 sepuluh, maka akan dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen per bulan yang
19 dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal
pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan. Sementara sanksi pidana akan dikenakan kepada Wajib Pajak yang tidak
menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong sehingga dapat menimbulkan kerugian Negara maka dikenakan sanksi pidana paling singkat 6
enam bulan dan paling lama 6 enam tahun dan juga denda paling sedikit 2 dua kali dan paling banyak 4 empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang bayar sesuai pasal 39 ayat 1 huruf i UU KUP.
2.5 Tata Cara Pelaporan PPh Pasal 23