berhubungan dengan masalah yang dibahas, dan pengolahan bahan hukum dengan cara menganalisa dan merangkum secara obyektif,
lebih banyak, lebih tepat, yang terpusat dan dapat dipertanggungjawabkan.
1.6.4. Tehnik Analisa Bahan Hukum
Bahan hukum primer dan sekunder diolah secara deskriptif analisis dengan menganalisa yang didasarkan atas gambaran dan
pemaparan yang senyatanya, hal ini digunakan untuk dapat menjawab permasalahan yang dibahas.
1.6.5. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pemahaman hasil penelitian. Penulisan skripsi dibagi dalam 4 empat bab, sebagai awal penulisan
merupakan pendahuluan yang ditempatkan pada Bab I, memaparkan latar belakang munculnya permasalahan yang menjadi kajian. Selain itu
Bab I menjadi awal dari penulisan skripsi yang menerangkan hal yang paling utama sebagai pemaparan keadaan yang terjadi berisikan hal-hal
yang berhubungan dengan perceraian dan hak asuh anak tsb. Bab II ini membahas tentang permasalahan yang pertama,
tentang apa saja tanggung jawab dan sangsi hak asuh anak yang masih minderjarig pada orang tua setelah penetapan putusan perceraian.
Bab III Pembahasan terhadap permasalahan yang terakhir karena dalam Bab ini akan membahas tentang Bagaimana penerapan
atau pelaksanaan peraturan perundang-undangan dalam Putusan
20
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor : 83Pdt.G2005PN.Sda. terkait dari pertimbangan hakim dalam Penetapan Pengadilan pada pemberian
hak asuh anak yang masih minderjarig. Bab terakhir dari penulisan ini adalah Bab IV karena dalam Bab
ini merupakan kesimpulan dari semua pembahasan permasalahan di atas, dan memberikan saran terhadap semua permasalahan yang telah
dibahas oleh penulis, dengan beberapa harapan serta masukan guna mempertegas dari pembahasan permasalahan dalam skripsi.
Pemaparan sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk membantu mempermudah pemahaman pada keseluruhan dari skripsi.
21
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II TANGGUNG JAWAB DAN SANGSI HAK ASUH ANAK YANG MASIH
MINDERJARIG PADA ORANG TUA SETELAH PENETAPAN PUTUSAN PERCERAIAN
Pada saat seseorang memutuskan menikah dan berikrar hidup bersama, ia sedang masuk pada kehidupan baru yang penuh tanggung jawab dan amanat. Kedua
belah pihak hidup dalam satu ikatan yang kokoh. Semua hal yang dikerjakan adalah kesepakatan bersama dan hasil kerja bersama. Karenanya benar, kesuksesan rumah
tangga adalah kesuksesan bersama, suami-istri dan anak-anak. Antara suami dan istri mempunyai kewajiban setara yang harus dipenuhi keduanya, seperti kewajiban
nafkah dan pengasuhan anak. Dalam pemahaman klasik, kewajiban nafkah ada pada suami, sebab suami memang wajib memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya,
dengan nafkah yang baik dan patut. Hanya saja, perbedaan mendasar antara kewajiban nafkah kepada istri dan anak adalah, jika nafkah kepada istri akan berakhir
seiring berakhirnya ikatan pernikahan. Sementara nafkah kepada anak tidak dibatasi perceraian orang tuanya, tapi terus ada sampai anak tersebut mencapai akil baligh
dewasa atau setelah bisa hidup mandiri. Perceraian merupakan salah satu peristiwa yang dapat terjadi dalam suatu
perkawinan. Perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan.
16
Namun seringkali apa yang menjadi tujuan dari perkawinan kandas di perjalanan. Perkawinan harus putus di tengah jalan. Sebenarnya putusnya
perkawinan ini adalah merupakan suatu hal yang wajar, karena makna dasar dari suatu akad adalah ikatan atau dapat juga dikatakan Perkawinan pada dasarnya adalah
sebuah kontrak. Konsekuensinya ia dapat lepas yang kemudian dapat disebut dengan
22
16
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta-Internusa, 1994, h. 42.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Talak. Makna dasar dari talak itu adalah melepaskan ikatan atau melepaskan perjanjian.
17
Soal pengasuhan anak, jika suami-istri masih dalam ikatan pernikahan, maka
itu jadi kewajiban berdua. Tapi, jika terjadi perceraian dan anak masih di bawah umur, yakni tujuh tahun atau belum memiliki pilihan mandiri, maka ia diasuh ibunya.
Kalau anak telah bisa memilih, maka ia diberikan pilihan untuk ikut ibu atau ayahnya.
2.1. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Yang Masih