Eksipien Emulgel PENELAAHAN PUSTAKA

dari bagian tanaman cengkeh yang berbeda memiliki kandungan kimia dengan konsentrasi yang bervariasi. Minyak cengkeh dapat larut dalam 2 bagian volume etanol 70, dapat larut dalam etanol 90 dan eter. Minyak cengkeh mengandung tidak kurang dari 85 vv substansi fenolik. Minyak cengkeh memiliki bobot jenis 20 o C20 o C sebesar 1,025-1,049 dan indeks bias n D 20 sebesar 1,528-1,535 BSN, 2006. Minyak daun cengkeh memiliki bobot jenis 25 o C25 o C sebesar 1,036-1,044 Guenther, 1990. Berdasarkan International Standard ISO 3141:1997 E dan Foos Chemical Codex, indeks bias minyak daun cengkeh pada 25 o C adalah 1,526- 1,533 Armando, 2009. Minyak cengkeh bersifat sebagai antiseptik dan bakterisidal Guenther, 1990. Minyak cengkeh memiliki aktivitas sebagai antibakteri pada beberapa mikroba patogen, seperti: S. aureus, S. epidermidis, B. subtilis, B. cereus, Bacillus sp., Listeria monocytogenes, Kleibsiella sp., dan Micrococcus aerogenosa Gupta, C., Garg, A.P., Uniyal, R.C., Kumari, A., 2008.

E. Eksipien Emulgel

1. Emulgator Dua cairan taktercampurkan disebabkan oleh gaya kohesif antarmolekul masing-masing cairan yang lebih besar dari gaya adhesif antar kedua cairan tersebut. Oleh karena itu, surfaktan digunakan untuk mengurangi tegangan antarmuka minyak dan air sehingga dapat membentuk emulsi yang stabil Sinko, 2012. a. Sorbitan Monooleat Sorbitan monooleat atau yang sering disebut Span 80 merupakan cairan kental berwarna kuning, memiliki bau dan rasa yang khas. Span 80 banyak digunakan dalam sediaan kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasetis sebagai surfaktan nonionik lipofilik. Jika digunakan secara tunggal, Span 80 dapat menghasilkan emulsi air dalam minyak yang stabil. Tetapi biasanya, Span 80 digunakan bersama dengan polisorbat dengan berbagai proporsi polisorbat untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air. Nilai HLB Span 80 adalah 4,3. Penggunaan ester sorbitan sebagai emulgator dalam emulsi dan mikroemulsi tipe minyak dalam air berkisar antara 1-10 jika dikombinasikan dengan emulgator hidrofilik Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Owen, S.C., 2006. R 1 = R 2 = OH, R 3 = C 17 H 33 COO Gambar 4. Struktur Span 80 Rowe et al., 2006. b. Polioksietilen sorbitan 80 Polisorbat 80 Polisorbat 80 atau yang sering disebut Tween 80 merupakan cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda hingga coklat muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat. Tween 80 memiliki sifat sangat mudah larut dalam air Dirjen POM, 1995. Nilai HLB Tween 80 adalah 15. Penggunaan polisorbat sebagai emulgator dalam emulsi minyak dalam air berkisar antara 1-10 Rowe et al., 2006. Gambar 5. Struktur Polisorbat 80 Department of Health and Human Services, 2013. 2. Carbopol 940 Carbopol carbomer merupakan polimer asam akrilik sintetis dengan bobot molekul yang tinggi, membentuk crosslinked dengan sukrosa alil atau eter alil dari pentaeritritol Rowe et al., 2006. Carbopol dalam keadaan tidak dilarutkan adalah berupa serbuk putih yang terdiri dari molekul rantai panjang Curteis, 1991. Carbopol terdiri dari 56-68 gugus asam karboksilat COOH dalam bentuk kering. Carbopol yang didispersikan ke dalam air akan membentuk dispersi koloid asam dengan viskositas yang rendah. Ketika dinetralkan dengan basa, maka akan terbentuk gel yang sangat kental. Pendispersian serbuk carbopol harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah terbentuknya gumpalan yang tidak terdispersi dengan sempurna. Bahan-bahan yang dapat digunakan dalam penetralan polimer carbopol adalah borax, kalium hidroksida, natrium bikarbonat, dan amin organik polar seperti trietanolamin. Carbopol harus disimpan di tempat kering, wadah resisten korosi di dalam tempat dingin, dan kedap udara karena sifatnya yang higroskopis Rowe et al., 2006. Gambar 6. Struktur monomer asam akrilik Rowe et al., 2006. Bobot molekul rata-rata 450.000 carbopol 907 hingga 4.000.000 carbopol 940. Bobot molekul berpengaruh pada tegangan permukaan dan viskositas produk akhir. Oleh karena itu, akan lebih cocok bila dipilih carbopol 940 sebagai gelling agent untuk menghasilkan viskositas yang tinggi pada konsentrasi yang rendah Curteis, 1991. Curteis 1991 menyatakan bahwa terdapat dua mekanisme pengentalan carbopol, yaitu metode ikatan hidrogen hanya dapat terjadi dalam sistem pelarut polar dan metode netralisasi dapat terjadi baik pada sistem pelarut polar maupun nonpolar. a. Metode ikatan hidrogen Sistem ini membutuhkan solven yang dapat mendonor gugus hidroksil. Hasil ikatan hidrogen antara gugus karboksil dari carbopol dan gugus hidroksil dari solven akan menyebabkan molekul menjadi uncoil dan terjadi kekentalan. Observasi empiris melalui percobaan telah menunjukkan bahwa proses ini tidak dapat mencapai viskositas seperti pada sistem netralisasi dengan menggunakan sejumlah carbopol yang sama. b. Netralisasi Pada metode ini carbopol dinetralkan oleh basa untuk menghasilkan garam yang larut dalam pelarut. Selanjutnya molekul carbopol berubah menjadi bentuk uncoil dan terjadi kekentalan pada gel. Penambahan basa yang berlebihan membuat gel menjadi encer karena kation-kation melindungi gugus-gugus karboksil dan juga mengurangi gaya tolak-menolak elektrostatis. Jika ditambahkan amina yang berlebih pada sistem dispersi carbopol, konsistensinya tidak berkurang, kemungkinan karena efek sterik mencegah pelindung karboksil yang diserang Barry, 1983. 3. Parafin cair Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral. Pemerian berupa cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa Dirjen POM, 1979. Parafin cair bersifat larut dalam kloroform, eter, minyak atsiri, sedikit larut dalam etanol, dan praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95 dan air. Parafin merupakan bahan yang tidak toksik dan tidak mengiritasi ketika digunakan dalam sediaan topikal Rowe, Sheskey, Owen, 2006. Nilai HLB parafin adalah 11,8 Meher, 2012. 4. Gliserin Gambar 7. Struktur gliserin Rowe et al., 2006. Pemerian gliserin seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat, dan higroskopis. Gliserin dapat bercampur dengan air Dirjen POM, 1979. Gliserin dapat berfungsi sebagai pengawet antimikroba, kosolven, emolien, humektan, plasticizer, pelarut, bahan tonisitas, dan bahan pemanis Rowe et al., 2006. 5. Aquadest Aqua destillata aquadest merupakan air suling yang dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Pemerian aquadest adalah jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa Dirjen POM, 1979. 6. Propilparaben Pemerian propilparaben berupa serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna. Propilparaben sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter Dirjen POM, 1995. Propilparaben menunjukkan aktivitas antimikroba pada pH antara 4-8. Penggunaannya dalam sediaan topikal berkisar antara 0,01-0,6 Rowe et al., 2006. Gambar 8. Struktur Propilparaben Rowe et al., 2006. 7. Metilparaben Pemerian metilparaben berupa hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah. Metilparaben sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter Dirjen POM, 1995. Metilparaben menunjukkan aktivitas antimikroba pada pH antara 4-8. Penggunaannya dalam sediaan topikal berkisar antara 0,02-0,3 Rowe et al., 2006. Gambar 9. Struktur Metilparaben Rowe et al., 2006. 8. Trietanolamin Pemerian trietanolamin TEA adalah cairan yang kental, tidak berwarna sampai kuning muda, dan berbau amoniak Dirjen POM, 1995.TEA berperan sebagai bahan pembasa dan bahan pengemulsifikasi. TEA banyak digunakan dalam formulasi sediaan topikal terutama emulsi. Konsentrasi yang digunakan dalam emulsi berkisar antara antara 2-4. TEA bersifat sangat higroskopis, larut dalam air Rowe et al., 2006. Gambar 10. Struktur Trietanolamin Rowe et al., 2006.

F. Uji Sifat Fisik Sediaan Topikal

Dokumen yang terkait

Perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh (oleum caryophylli) sebagai obat jerawat dengan variasi suhu dan lama pencampuran.

1 3 108

Formulasi emulgel minyak cengkeh (Oleum caryophylli) sebagai anti bau kaki : pengaruh carbopol 940 dan sorbitol terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik.

1 11 106

Formulasi emulgel minyak cengkeh (Oleum caryophylli): pengaruh lama dan kecepatan putar pada proses pencampuran terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik.

0 3 111

Pengaruh tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel antiacne minyak cengkeh (Oleum caryophill) aplikasi desain faktorial.

3 4 98

Formulasi emulgel minyak cengkeh (Oleum caryophylli) sebagai anti bau kaki pengaruh carbopol 940 dan sorbitol terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik

1 7 104

Pengaruh kecepatan putar dan suhu pencampuran terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh ( Oleum caryophylli)

0 0 105

Perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh (oleum caryophylli) sebagai obat jerawat dengan variasi suhu dan lama pencampuran

0 0 106

Formulasi emulgel minyak cengkeh (Oleum caryophylli): pengaruh lama dan kecepatan putar pada proses pencampuran terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik - USD Repository

0 0 109

Formulasi emulgel anti acne ekstrak kulit buah manggis (garcinia mangostana l.) : pengaruh kecepatan putar pada proses pencampuran terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik - USD Repository

0 0 171

Formulasi krim sunscreen fraksi etil asetat daun jambu biji (Psidium guajava L.) : pengaruh lama dan kecepatan putar pada proses pencampuran terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik - USD Repository

0 0 105