Jaksa Agung
dalam penyampingan
perkara pidanadeponering berdasarkan azas oportunitas
Nama Ardilafiza, S.H.,M.Hum dan Riky Musriza,
S.H.,M.H Tahun
2010 Judul
Jurnal Independensi
Kejaksaan sebagai
Pelaksana Kekuasaan Penuntutan dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia. Substansi
Jurnal ini merupakan salah satu kerangka pemikiran tentang Independensi Kejaksaan RI.
Pembeda Jurnal ini merupakan acuan dasar tentang hal-hal yang
berkaitan Independensi Kejaksaan dalam Penuntutan. Sedangkan
penulis akan
membahas tentang
Independensi Jaksa Agung dalam penyampingan perkara
pidana deponering
berdasarkan azas
oportunitas
E. Kerangka Konseptual
1. Azas oportunitas adalah hak Jaksa Agung yang karena jabatannya untuk
mendeponir perkara-perkara pidana, walaupun bukti bukti cukup untuk menjatuhkan hukuman, jika ia berpendapat bahwa akan lebih banyak
kerugian bagi kepentingan umum dengan menuntut suatu perkara daripada tidak menuntutnya.
9
2. Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
10
9
Karim Nasution, Rapat Dengar Pendapat Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Mengenai Masalah Hukum Acara Pidana
, Jakarta : DPR, 2004, h.36.
10
Komisi Hukum Nasional dan Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia, Pembaharuan Kejaksaan ; Pembentukan Standar Minimum Profesi Jaksa,
Jakarta : KHN dan MaPPI, 2004, h.3.
3. Diskresi adalah keputusan danatau tindakan yang ditetapkan danatau
dilakukan pejabat pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan
perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, danatau adanya stagnasi pemerintahan.
4. Dominus litis berasal dari bahasa latin yang artinya pemilik. Penuntut
umum ialah dominus litis. Pengertiannya ialah wewenang penuntutan dipegang oleh penuntut umm sebagai monopoli dan tidak ada badan lain
yang boleh melakukan penuntutan selain penuntut umum.
11
5. Penuntut umum adalah jaksa yang menuntut perkara yang disidangkan dan
berwenang menyerahkan perkara seorang terdakwa kepada hakim, dengan permohonan, supaya hakim memeriksa dan kemudian memutuskan
perkara pidana itu terhadap terdakwa. 6.
Penuntutan yang berasal dari kata tuntut yang berarti meminta dengan keras setengah mengharuskan supaya dipenuhi; menagih, menggugat,
membawa atau mengadu ke pengadilan.
12
7. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini
KUHAP untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
11
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Revisi, Jakarta :Sinar Grafika,2004, h.48.
12
O.C. Kaligis, Pengawasan Terhadap Jaksa Selaku Penyidik Tindak Pidana Khusus dalam Pemberantasan Korupsi
, Jakarta: PT. Alumni, 2006, h.91.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian
Penelitian research berarti pencarian kembali. Pencarian yang dimaksud adalah pencarian terhadap pengetahuan yang benar ilmiah,
karena hasil dari pencarian ini akan dipakai untuk menjawab permasalahan tertentu. Dengan kata lain, penelitian research merupakan
upaya pencarian yang amat bernilai edukatif, ia melatih kita untuk selalu sadar bahwa didunia ini banyak yang kita tidak ketahui, dan apa yang kita
coba cari, temukan dan ketahui itu tetaplah bukan kebenaran mutlak, oleh sebab itu, masih perlu diuji kembali.
13
Tipe penelitian yang penulis gunakan pada skripsi ini adalah kualitatif dengan pendekatan empiris yuridis.
14
yaitu penelitian hukum yang menitikberatkan pada kajian literatur kepustakaan serta data sekunder
yang bertujuan untuk meneliti asas-asas hukum, sistematika hukum, taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum, dan perbandingan hukum.
Jenis penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan library research dengan menggunakan
pendekatan perundang-undangan statute approach, pendekatan historis historical approach serta pendekatan konseptual conceptual approach.
2. Sumber Data
a. Bahan Hukum Primer
13
Amirudin dan Zaenal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada, 2012, h.5.
14
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Pengertian Hukum Normatif Suatu Tindakan Singkat,
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2004, h. 14.