Keadaan Umum Wilayah Penelitian

b. Kanal 2, spektrum hijau Digunakan untuk mengukur pantulan warna hijau dari puncuk vegetasi untuk mengetahui seberapa sehat vegetasi tersebut dan menguji daya tegak vegetasi. Juga untuk identifikasi kenampakan kultur. c. Kanal 3, spektrum merah Energi pada spektrum ini sangat kuat diserap oleh klorofil sehingga membantu perbedaan spesies tanaman. Diserap oleh banyak vegetasi. d. Kanal 4, spektrum inframerah dekat Energi pada saluran ini diserap seluruhnya oleh air, sehingga berguna untuk mengidentifikasi badan atau kolom air. Dipantulkan seluruhnya oleh vegetasi, sehingga berguna untuk menentukan tipe vegetasi, daya tegak, dan kandungan biomassanya. Menghasilkan kontras yang nyata antara darat dan air.

2.7. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Kepulauan Karimunjawa merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah. Taman Nasional Laut ini terletak 45 mil laut di sebelah barat laut kota Jepara. Secara geografis Karimunjawa terletak antara 5 40’-5 71’ LS dan 110 4’-110 41’ BT. Kepulauan Karimunjawa terdiri dari 27 pulau kecil dengan luas terkecil 0,5 ha P.Batu dan P.Merica dan terbesar 4.302,5 ha P.Karimunjawa. Kepulauan ini membentang dari barat ke timur seluas 114.345 ha yang terdiri dari 107.225 ha perairan dan 7.210 ha daratan. Pulau Karimunjawa mempunyai topografi bergelombang dengan puncak tertinggi mencapai 506 m di atas permukaan laut. Substrat dasar tanah di P.Karimunjawa adalah kwarsa pasir putih, sedangkan substrat tanah di P.Kemujan berupa pasir putih dan sedikit pecahan-pecahan karang yang termasuk substrat campuran substrat berpasir dan campuran gravel. Temperatur udara di daerah ini antara 23° - 32° C, dengan musim hujan antara Bulan November sampai dengan Maret Musim Barat. Pada musim ini angin cukup kencang dan terjadi gelombang yang besar. Umumnya pada musim hujan tersebut perhubungan kepulauan Karimunjawa dengan Pulau Jawa praktis terputus. Taman Nasional Laut Karimunjawa merupakan kawasan konservasi laut yang memiliki kandungan potensi keanekaragaman flora dan fauna dan ekosistem laut yang khas. Kandungan potensi tersebut serta letaknya yang berada pada lintasan wisata bahari antara Indonesia Bagian Barat dan Timur menjadikan wilayah ini sebagai obyek wisata bahari yang strategis BTNKJ, 2004. Kawasan Taman Nasional Laut Karimunjawa dibagi ke dalam beberapa zonasi, agar berbagai kepentingan pemanfaatannya dapat berjalan selaras dan serasi. Pembagian zonasi adalah sebagai berikut : a Zona Inti : zona ini diperuntukkan bagi upaya pelestarian sumber genetik dan perlindungan proses ekologi, meliputi P. Geleang dan P. Burung. b Zona Perlindungan Rimba : peruntukan zona rimba sama dengan zona inti tetapi dapat dilakukan kegiatan wisata terbatas, meliputi P. Krakal Besar, P. Krakal Kecil, P. Menyawakan, P. Cemara Besar, P. Cemara Kecil, P. Bengkoang dan sebagian P. Karimunjawa dan P. Kemujan. c Zona Pemanfaatan : pada zona pemanfaatan dapat dilakukan kegiatan yang dapat menunjang pengembangan taman nasional antara lain kepariwisataan. Zona ini meliputi P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Kumbang, P. Kembar, P. Karang Katang, P. Karang Besi dan sebagian P. Parang, P. Karimunjawa dan P. Kemujan. d Zona Penyangga : zona ini merupakan daerah pemanfaatan sumber daya alam secara tradisionil oleh masyarakat setempat dan merupakan tempat bermukimnya penduduk, meliputi P. Nyamuk, sebagian P. Karimunjawa dan P. Kemujan, P. Parang dan pulau-pulau lain di perairan sekitarnya. Hutan mangrove di Kepulauan Karimunjawa dapat dijumpai di Pulau Karimunjawa, Kemujan, Cemara Kecil, Cemara Besar, Krakal Kecil, Krakal Besar dan Sintok BTNKJ, 2002. Pulau Karimunjawa dan Kemujan memiliki hutan mangrove yang paling baik dan paling lebar dibandingkan pulau lain. Data hasil penelitian hutan bakau tahun 1984 menunjukkan bakau yang dominan di P.Karimunjawa adalah bakau hitam Rhizophora mucronata dan bakau putih Rhizophora conjugata. Jenis lain yang umum dijumpai di P.Karimunjawa adalah Avicenia sp dan Bruguiera sp.

3. BAHAN DAN METODE