11 memperlihatkan efek termitisida terhadap C. formosanus dan R. speratus dan
perkecambahan serta pertumbuhannya cukup baik. Maniania et al. 2002 melaporkan bahwa M. anisopliae dapat mengendalikan rayap di ekosistem
pertanaman jagung. Desyanti 2007 menyatakan bahwa M. anisopliae, M. brunneum
, M. roridum, B. bassiana, F. Oxysporum, dan A. flavus, dengan kerapatan konidia cendawan 10
7
konidiaml dapat membunuh rayap C. gestroi 100 setelah 6 hari inokulasi
Karakteristik Cendawan Entomopatogen
1. Metarhizium anisopliae Metschnikoff Sorokin
Metarhizium anisopliae adalah salah satu cendawan entomopatogen yang
termasuk ke dalam divisi Eumycota, subdivisi Deuteromycota reproduksi aseksual fungi imperfect, klas Hyphomycetes spora dibentuk secara tunggal
pada konidofor, ordo Moniliales yaitu berdasarkan tipe generatif konidia dan konidiofornya tidak dibentuk pada piknidium tempat pembentukan konidia dan
konidiofor atau acervulus struktur yang terdiri dari kumpulan konidia pada setiap konidiofor. Famili Moniliaceae dicirikan oleh konidiofor yang solid,
kadang-kadang dalam bentuk grup tetapi tidak pernah dalam bentuk synnemata struktur grup konidiofor yang panjang atau sporodochia. Moniliaceae juga
dikarakterisasi oleh konidia dan konidiofor yang terang atau tidak bewarna Ainsworth 1963 dalam Butt et al. 2001.
Metarhizium anisopliae biasa disebut dengan green muscardine fungus
tersebar luas di seluruh dunia Strack 2003. Koloni cendawan M. anisopliae pada awal pertumbuhannya berwarna putih, kemudian berubah menjadi hijau gelap
dengan bertambahnya umur. Strain lain dari Metarhizium akan membentuk warna koloni yang berbeda, strain brunneum menghasilkan warna koloni kuning sampai
coklat. Miselium bersekat, konidiofor tersusun tegak, berlapis, dan bercabang yang dipenuhi dengan konidia. Konidia bersel satu berwarna hialin, berbentuk
bulat silinder dengan ukuran 9,94 x 3,96 mµ. Temperatur optimum untuk pertumbuhan M. anisopliae berkisar 22
- 27
C Roddam dan Rath 1997. Pada umumnya cendawan tersebut dapat tumbuh pada kisaran pH 3,3 - 8,5 Domsch Gams 1980. Konidia akan membentuk
12 kecambah pada kelembapan di atas 90, namun demikian Milner et al. 1997
melaporkan bahwa konidia akan berkecambah dengan baik dan patogenisitasnya meningkat bila kelembapan udara sangat tinggi hingga 100. Koloni dapat
tumbuh dengan cepat pada beberapa media seperti potato dextrose agar PDA, jagung, dan beras.
Metarhizium anisopliae tergolong ke dalam patogen fakultatif, dapat hidup
dan berkembang biak pada serangga hidup maupun pada bahan organik. Cendawan tersebut bersifat parasit pada beberapa jenis serangga dan bersifat
saprofit di dalam tanah dengan bertahan pada sisa-sisa tanaman Alexopoulus dan Mims 1996. Cendawan ini pertama kali digunakan untuk mengendalikan hama
kumbang kelapa lebih dari 85 tahun yang lalu, dan sejak itu digunakan di beberapa negara termasuk Indonesia. M. anisopliae telah lama digunakan sebagai
agen hayati dan dapat menginfeksi beberapa jenis serangga, antara lain dari ordo Coleoptera, Lepidoptera, Hemiptera, dan Isoptera Starck 2003. M. anisopliae
telah terbukti mampu mematikan Plutella xylostella dari ordo Lepidoptera yang menyerang tanaman kubis Winarto dan Nazir 2004. M. anisopliae juga mampu
mematikan Ostriania furnacalid Guenee pada tanaman jagung Freimosser et al. 2003.
Kemampuan entomopatogenitas M. anisopliae dikarenakan cendawan M. anisopliae
menghasilkan destruxin A, B, C, D, E dan desmethyldestruxin B. Efek destruxin berpengaruh pada organel sel mitokondria, retikulum endoplasma dan
membran nukleus, menyebabkan paralisis sel dan ganguan fungsi tabung malphigi, hemocyt dan jaringan otot Tanada dan Kaya 1993.
2. Beauveria bassiana Bals. Vuill.