6 Rayap hidup ditempat yang temperaturnya hangat serta karakteristik
tanahnya subur. Kisaran temperatur yang disukai rayap adalah 21,1 - 26,6
o
C dengan kelembaban optimal 95 - 98 Susanta 2007. Koloni rayap dapat hidup
pada kedalaman tanah 5 hingga 6 meter untuk berlindung dari perubahan cuaca yang kurang menguntungkan Pearce 1997.
Rayap mengalami perubahan bentuk metamorfosis yang disebut dengan metamorfosis tidak sempurna hemimetabola. Siklus hidupnya dimulai dari telur,
nimfa, dan imago. Larva atau individu muda yang berasal dari telur di dalam koloni akan
berkembang menjadi pekerja, prajurit, dan alata. Jantan dan betina reproduktif bersayap akan pergi meningalkan koloni melakukan swarming atau terbang
memencar dan biasanya terjadi dalam waktu yang singkat, beberapa jenis rayap di daerah tropis melakukan swarming pada awal musim hujan. Masa swarming ini
merupakan masa perkawinan dimana sepasang imago alata bertemu dan segera menangalkan sayapnya serta mencari tempat yang sesuai di dalam tanah atau kayu
Krishna 1969. Pemilihan sarang dapat pula terjadi sebelum kasta reproduksi berpasangan Lee Wood 1971.
3. Pembentukan koloni
Seketurunan rayap yang hidup dalam satu kelompok dengan pola hidup sosial disebut koloni. Menurut Harris 1971; Lee Wood 1971; Tarumingkeng
1985 pembentukan koloni rayap dapat terjadi dengan tiga cara yaitu: 1 melalui sepasang imago rayap yang bersayap laron; 2 melalui pemisahan koloni secara
pasif dari koloni utama karena ada ganguan atau adanya bencana yang menimpa koloni dan membentuk kasta reproduksi suplementer; dan 3 melalui proses
migrasi dari sebagian koloni rayap termasuk kasta reproduktif ketempat yang baru, selanjutnya koloni yang tertinggal menggembangkan kasta reproduktif
suplementer.
7
4. Rayap Tanah C. curvignathus
Menurut Nandika et al. 2003, C. curvignathus merupakan rayap tanah yang paling luas serangganya di Indonesia, dan diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum :
Arthropoda Kelas
: Insecta
Sub-klas : Pterigota
Ordo :
Isoptera Famili
: Rhinotermitidae
Sub-famili :
Coptotermitinae Genus
: Coptotermes
Spesies : Coptotermes curvignathus
Thapa 1981 menyatakan kasta prajurit C. curvignathus memiliki kepala bewarna kuning, antena, labrum dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala
hampir bulat dengan ukuran panjang sedikit lebih besar dari pada lebarnya, memiliki fontanel yang lebih lebar. Antena rata-rata terdiri atas 15 ruas; ruas
kedua dan ruas keempat sama panjangnya. Mandibel berbentuk seperti sabit dan melengkung di ujungnya; batas antara sebelah dalam dari mandibel kanan sama
sekali rata. Rata-rata panjang kepala tanpa mandibel lebih kurang 1,56 – 1,68 mm. Lebar kepala lebih kurang 1,40 – 1,44 mm. Bagian abdomen bewarna putih
kekuning-kuningan yang ditutupi rambut menyerupai duri. Suratmo 1974 menyatakan panjang badan kasta reproduktif 7,5 – 8,0 mm, kasta pekerja 4,5 – 5,0
mm, dan prajurit 5,0 – 5,3 mm.
5. Rayap Tanah S. javanicus
Schedorhinotermes javanicus termasuk rayap tanah yang paling luas
penyebaranya dan dapat mencapai hingga ketinggian 1000 m dari permukaan laut. Menurut Trumingkeng 1971, S. javanicus termasuk kedalam famili
Rhinotermitidae, sub famili Rhinotermitinae dan genus Schedorhinotermes. Tho 1992 menyatakan bahwa jenis rayap dari genus Schedorhinotermes masih sulit
dibedakan secara teliti dengan rayap tanah lainya, terdapat beberapa jenis yang
8 secara morfologi sangat mirip tetapi telah dipisahkan berdasarkan perbedaan yang
sangat kecil. Rayap
S. javanicus memiliki dua tipe kasta prajurit yaitu kasta prajurit
berukuran besar dan kasta prajurit berukuran kecil. Menurut Nandika et al. 2003 karakteristik morfologi kasta prajurit berukuran besar adalah sebagai berikut:
kepala berwarna kuning muda, panjang kepala dengan mandibel 1,47-1,57 mm, lebar kepala 1,37-1,47 mm dan jumlah ruas antena sebanyak 16 ruas. Panjang
labrum 0,40-0,45 mm dan lebarnya 0,16-1,17 mm. Sedangkan kasta prajurit berukuran kecil mempunyai kepala yang berwarna kuning muda dengan panjang
kepala beserta mandibelnya 1,09-1,21 mm, lebar kepala 0,9 mm, dan jumlah ruas antena sebanyak 15 ruas.
Menurut Krisna Weesner 1970 rayap S. javanicus dijumpai hampir di semua daerah di pulau jawa terutama di daerah dengan ketinggian di bawah 1000
m dari permukaan laut. Harris 1971 menyatakan bahwa rayap tersebut menyerang tungak-tungak kayu di hutan, log yang sudah busuk dan juga merusak
kayu konstruksi.
Pengendalian Rayap 1. Pengendalian dengan cara fisik
Pengendalian ini dilakukan dengan cara membentuk penghalang barrier di permukaan tanah di bawah bangunan untuk mencegah penetrasi rayap ke dalam
bangunan. Walaupun cara ini tidak mutlak mampu mencegah serangan rayap karena rayap mampu membuat terowongan kembara di atas tembok, lantai dan
dinding untuk mencapai obyek kayu makanannya tetapi bagi bangunan sederhana cara ini dapat memperlambat serangan rayap, dan adanya terowongan-terowongan
dapat dideteksi Tarumingkeng 2001. Bahan yang digunakan sebagai penghalang antara lain pasir, perlit, granit, mesh stainless steel, dan sebagainya. Pengendalian
secara fisik di Indonesia belum populer, namun sudah dilakukan dibeberapa negara antara lain sebagai berikut Susanta 2007.
9
2. Pengendalian dengan cara kimia